25

89 10 1
                                        

Satu minggu berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu berlalu. Arin mulai terbiasa dengan rutinitas mual-mual di pagi harinya. Meski begitu, kebahagiaannya juga bertambah. Yuqi yang menjadi semakin protektif di tempat kerja membuatnya merasa memiliki teman yang mengerti dirinya. Soobin yang semakin giat mengerjakan pekerjaan rumah walau Arin sendiri masih sanggup mengerjakan itu semua seperti sebelumnya. Sepertinya semua orang sangat amat memanjakan dirinya. Arin mulai terbiasa dengan semua hal itu sekarang.

Saat itu, Soobin sendiri langsung memberitahu kedua orang tuanya mengenai kabar kehamilan Arin. Ibu dan ayahnya langsung kegirangan. Lebih karena bersyukur bahwa pernikahan putra mereka kali ini benar-benar berjalan sebagaimana mestinya. Cukup yang dulu saja anaknya itu merasakan pahitnya kehidupan pernikahan yang hanya seumur kecambah, sangat singkat. Kini mereka merasa sangat berbahagia dan bersyukur. Kini kebahagiaan itu semakin membumbung tinggi karena mereka bahkan kecipratan anugerah tersebut. Menantu mereka sedang mengandung, itu artinya mereka akan segera menjadi nenek dan kakek.

"Chagi-yaa," panggil Soobin yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ya, lelaki itu baru saja menyelesaikan ritual mandinya setelah selesai mencuci piring tempat makan malam mereka.

"Eeem.." sahut Arin singkat. Wanita itu fokus membaca buku barunya.

"Ayo kita liburan ke Jeju."

"Jinjja?" Arin segera mengalihkan perhatiannya dari buku bacaannya.

"Iya. Tidak usah lama-lama, paling ya dua atau tiga hari menginap. Kamu hanya bekerja sampai hari jumat saja, bukan?"

Melihat anggukan antusias Arin, Soobin tersenyum lebar hingga kedua lesung pipinya terlihat dalam. Syukurlah jika Arin senang dengan rencananya tersebut. Selain karena murni ingin mengajak sang istri pergi berlibur, Soobin ingin menuntaskan janjinya pada seluruh karyawan kantornya. Tentu dia masih ingat dengan perkataannya sendiri beberapa hari sebelum pernikahannya dilaksanakan, ia memberi perintah pada Kai untuk memberi tahu seluruh pekerja jika dia akan memberikan liburan gratis ke pulau terindah di Korea tersebut sebagai ganti karena mereka tidak bisa menyaksikan secara langsung resepsi pernikahannya. Namun karena terkendala banyaknya proyek besar dengan keuntungan yang tentunya juga sama besarnya, Soobin memilih menuntaskan seluruh pekerjaannya tersebut. Penantiannya bahkan berbuah manis pula, sebab kini dia mendapat hadiah terbaiknya dari sang istri. Buah cintanya tengah tumbuh diantara mereka sekarang.

"Kapan? Kapan kita berangkat?"

"Iya, iya, sabar dulu, ya. Tapi kamu keberatan tidak jika kita liburan bersama karyawan kantorku? Sebelum pernikahan dulu, aku sudah menjanjikan mereka sebuah trip kecil. Ya, memang agak lama, sih. Tapi aku pikir sekarang waktu yang tepat karena kamu juga sedang mengandung. Anggaplah hadiah kecil untuk kehadiran Horang."

"Boleh, malah bagus kalau bisa ramai-ramai, bukan?"

Soobin mengacak rambut Arin lembut, Arin segera merapikannya kembali. Lalu Soobin segera merebahkan dirinya pada ranjang, tepat di samping Arin yang saat ini sudah kembali fokus membaca, sebuah buku tentang kehamilan rupanya.

"Baca apa?" Soobin menempelkan kepalanya pada kepala Arin yang sedang bersandar pada kepala ranjang, ingin mengetahui apa yang sedang dibaca wanita itu. Mereka sudah selesai makan malam. Dengan Arin yang ngotot ingin masak sendiri karena sudah bosan dengan segala menu yang dipesan pria disebelahnya. Dan Soobin mengalah, berakhir dengan Soobin yang ngotot akan mencuci bekas makan mereka. Sedangkan ia menyuruh Arin untuk membersihkan dirinya lebih dulu.

"Panduan kehamilan. Sepertinya hanya bacaan ringan, jadi aku sengaja membelinya tadi siang."

"Aaah, begitu."

Soobin hanya terdiam, kedua bola matanya senantiasa menatap pada buku yang sedang dibaca Arin, tapi nyatanya dia tidak membaca barang satu katapun dari buku tersebut. Dia malah terus menyandarkan tubuh dan kepalanya pada bahu sang istri. Menikmati posisi tersebut sembari memeluk perut rata Arin yang tentu saja terus terdiam bersandar.

"Besok mau menginap di rumah eomma Hyeri?"

Arin nampak tertarik, mulai mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya. "Tumben mengajak duluan, ada apa?"

"Beritahu eomma sekalian, lah. Ajak mereka bertiga ke Jeju. Biar mereka bisa bersiap-siap."

"Eoh? Kamu mengajak mereka juga?"

"Harus, semua keluarga harus ikut. Aku bahkan mengajak pekerja paruh waktu di swalayan appa juga biasanya. Tapi kebanyakan dari mereka tidak bisa karena sedang ada ujian atau kendala di sekolah lainnya. Biasanya yang ikut itu pekerja yang sudah dewasa, mereka biasanya mau."

"Wah, daebak. Aku tidak sabar, Soobin. Pasti nanti ramai sekali." Arin semakin girang hingga menghentakkan kakinya seolah bisa menendang udara di sekitarnya. Soobin kembali tertawa pelan melihat tingkah wanita itu. Dia akhirnya menimpa kaki-kaki ramping Arin dengan kaki-kakinya sendiri yang panjang. Berusaha menghentikan gerakan antusias sang istri, takut jika akan berakibat buruk untuk calon anak mereka.

"Oke, mumpung besok juga hari sabtu, kan? Aku akan mengirim pesan pada eomma dulu." Arin segera mengetik pesan singkat untuk sang ibu.

Berbicara mengenai keluarga Arin, respon mereka sedikit berbeda saat mengetahui jika anak gadis mereka tengah mengandung. Tentu karena awalnya mereka mengira Arin sudah lebih dulu hamil. Disebabkan karena mereka melihat gadis itu muntah-muntah disaat Soobin datang berkunjung kesana. Namun saat mendapat kabar jika Arin tengah hamil dua minggu usia kandungan, mereka antara sedih dan senang. Sedih karena mereka sudah memaksa anak mereka untuk segera menikah, sekaligus bahagia jika mereka akan segera memiliki cucu, seorang anggota keluarga yang baru.

Mereka langsung mengunjungi anak dan menantu mereka keesokan harinya. Membawa berbagai macam kebutuhan untuk Arin, mulai dari susu untuk orang hamil, dan juga teh herbal yang bisa mengurangi efek mual-mual di pagi hari. Soobin dan Arin menerimanya dengan sukacita. Walau mereka juga mendapatkan hal yang sama dari orang tua Soobin tentunya.

Tidak hanya berhenti disitu, orang tua Arin bahkan memberi perintah pada Minkyu untuk sering-sering berkunjung ke rumah sang kakak. Dengan dalih agar bisa menemani sang kakak sepulang bekerja. Padahal mereka lebih berharap bisa mendapat kabar terbaru serta mengontrol keadaan sang anak perempuan jika saja terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dan Minkyu dengan senang hati melakukannya.

Beralih pada Soobin yang memperhatikan Arin yang kini berjalan menjauhi ranjang. Kedua kelopak mata lelaki itu seolah tidak ingin membiarkan sosok Arin lepas dari pengawasannya. "Mau kemana?"

"Menyiapkan baju untuk besok. Kamu mau pakai baju yang mana?"

Lalu, Arin segera sibuk menyiapkan perlengkapannya sendiri dan Soobin. Sedangkan Soobin juga meninggalkan ranjang, dia akan melanjutkan permainan gamenya barang sebentar. Yah, begitulah mereka melewatkan malam tersebut sebelum akhirnya memilih beristirahat agar bisa segera berganti hari.


*


Hari senin, pukul dua siang hari, Soobin baru menyelesaikan rapat dengan tim marketing kantornya. Sebuah projek besar baru saja mereka selesaikan. Walau hasilnya sangat memuaskan, Soobin tetap meminta mereka untuk mengevaluasi faktor-faktor keberhasilan mereka.

Mengenai trip kecil mereka, Soobin sudah memerintahkan Jisoo dan Kai untuk tidak sembarangan menerima klien dan pekerjaan baru. Paling tidak tunggu hingga minggu depan. Karena minggu ini, Soobin sudah sengaja mengosongkan jadwalnya untuk berlibur bersama keluarga dan karyawannya sendiri. Sebuah trip yang sudah dijanjikannya walau itu sudah kelewat terlampau jauh dari waktu awal yang ditentukan.

"Kamu sudah mengumumkan rencana ke Jeju, Jisoo?"

"Nde, daepyo-nim. Sore nanti saya akan mendata siapa saja yang ikut dan tidak."

"Baguslah kalau begitu, lebih cepat lebih baik. Tapi mungkin ada tambahan karena aku juga akan mengajak beberapa karyawan appa-ku nantinya. Besok akan aku beritahu ada berapa orang tambahan yang akan ikut, ya."

"Nde, daepyo-nim."

Pagi tadi, Soobin memang sudah menyampaikan rencana trip tersebut. Mendiskusikan semua hal terkait, termasuk destinasi apa saja yang akan mereka kunjungi nantinya. Pembagian kamar hotel, transportasi yang akan digunakan selama disana, dan hal lainnya. Semua persiapan hampir telah diputuskan, tinggal menunggu berapa banyak orang yang akan mengikuti trip kali ini.

"Daepyo-nim, ayah dan ibu anda berkunjung." Soobin mendongak begitu mendengar kalimat Kai. Lelaki itu sudah datang bersama kedua orang tuanya.

"Oh, eomma, appa? Kenapa tidak bilang kalau mau datang ke kantor? Untung aku sudah selesai rapat tadi."

"Hanya mau mampir, kok. Sekalian bilang, kalau anak-anak toko juga mau ikut. Semuanya ikut, jadi ada empat orang tambahan."

"Wah, bagus kalau begitu. Yang anak SMA itu juga ikut?"

"Mereka mau. Katanya akan beralasan ijin satu hari untuk hari sabtu itu, ha ha."

Semua orang yang ada di ruangan itu tertawa. Terkecuali Kai yang sudah kembali keluar tentunya.

"Biarlah kalau mau, biar sekali-kali mereka juga merasakan liburan. Anak sekolah pasti juga merasakan jenuh kalau setiap hari hanya bekerja dan belajar," ucap Soobin panjang lebar.

"Arin sudah pulang belum?"

"Harusnya sih sudah, tapi tidak tau juga, katanya tadi mau beli baju dulu. Mungkin sekarang masih jalan-jalan."

"Apa perlu saya menghubungi supir kantor, daepyo-nim?" Jisoo bertanya pada sang atasan. Sedangkan Soobin melirik sang ibu guna mendapatkan jawaban pendukung.

"Aniya, tidak usah. Biar dia belanja dulu kalau begitu."


TBC.

MENIKAH (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang