Gawat! Arin terlanjur suka dengan Soobin, si duda anak satu yang ditinggal sang mantan istri untuk mengejar karirnya sebagai aktris ternama.
Tapi siapa sangka, anak Soobin itu ternyata Odi, si buntalan berduri yang sudah diadopsinya selama kurang l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aish! Aku lupa bertanya kode pintu apartemennya."
Pukul empat sore hari, Arin baru sampai di apartemennya kembali. Sejenak teringat dengan kebodohannya, Arin langsung saja mencari nomor Soobin, melakukan panggilan telepon ke lelaki itu karena ia sudah sangat lelah membawa dua kantung besar berisi belanjaannya.
"Ya, Arin, ada apa?"
"Kode pintu, aku lupa bertanya tadi," ucap Arin tanpa basa-basi.
Terdengar suara tawa dari ponselnya, Arin memutar bola matanya, dia jengkel. Lalu setelahnya, jari telunjuknya menekan beberapa angka secara acak, dan pintu sepenuhnya terbuka. Arin dengan cepat menutup panggilan, membuka aplikasi pencatat dan mengetik ulang kode pintu tersebut. Takut jika sewaktu-waktu dia akan terlupa.
Begitu masuk ke dalam apartemennya, gadis itu segera meletakkan tas selempangnya pada kursi ruang tamu, ia juga melepas mantel panjangnya, lalu segera berjalan menuju dapurnya yang luas. Arin segera menata setiap barang ke dalam kulkas. Mulai dari sayuran segar, telur mentah, sekotak es krim besar, susu cair, beberapa buah-buahan segar, serta kebutuhan memasak lainnya. Beberapa bahan makanan kering disimpan pada laci-laci di atas meja-meja dapur. Makanan kering seperti mi instan berbagai rasa, tepung adonan serbaguna karena dia tahu jika Soobin sangat menyukai kue-kue manis, dan beberapa bubuk kopi. Ia cukup puas dengan barang belanjaannya.
Namun, rupanya membeli keperluan dapur itu menguras cukup banyak uang tabungannya. Arin jadi menyayangkan kelakuan borosnya yang tidak menabung sebagian besar gajinya sejak dulu. Lihat sekarang, dia kepayahan hanya untuk urusan belanjanya. Padahal itu baru perihal makanan harian, belum yang termasuk urusan lainnya. Hitungan satu hari hidup di apartemen bersama Soobin juga baru masuk hitungan satu hari. Arin tidak bisa membayangkan orang-orang yang memang memilih menikah di usia muda seperti dirinya. Jika tidak memiliki pekerjaan stabil, pastilah pasangan-pasangan diluar sana benar-benar akan kewalahan hanya untuk urusan biaya hidup.
Ting.. tong..
Arin terkejut, apa itu ibu mertuanya lagi, batinnya menerka-nerka. Berjalan hingga sampai di depan layar interkom, Arin langsung menyentuh layar datar itu cepat. Itu Yuqi, Arin tersenyum girang.
"Oh, kau baru pulang?" Tanya Arin cepat.
"Eoh, aku ada urusan dulu tadi. Jadi ke tempatku, kan?"
"Jadi, aku beres-beres rumah sebentar, ya."
"Ok, nanti langsung masuk saja. Tau kodenya, kan?" Arin mengangguk cepat.
*
"A ha ha ha," Yuqi tertawa keras. Lagi-lagi karena mendengar cerita lucu Arin tentang hari pertamanya bersama Soobin. "Bagaimana dengan malam pertama setelah resepsi itu? Bagaimana dengan malam itu?"