Gawat! Arin terlanjur suka dengan Soobin, si duda anak satu yang ditinggal sang mantan istri untuk mengejar karirnya sebagai aktris ternama.
Tapi siapa sangka, anak Soobin itu ternyata Odi, si buntalan berduri yang sudah diadopsinya selama kurang l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arin terbangun dengan kedua kelopak matanya yang berkedip beberapa kali. Gadis itu masih berusaha menyesuaikan cahaya remang disekitarnya, juga suhu dingin yang mulai merasuk ke dalam tulang-tulangnya. Walaupun masih samar, kedua bola matanya langsung menangkap objek panjang di bawahnya. Sekali lagi, dia mengerjap cepat, seonggok tubuh lelaki tinggi tengah berbaring pada kasur lipat nan tipis disana. kerutan tipis pada dahi Arin semakin terlihat sekarang.
Ah, ya, dia akhirnya ingat. Semalam, ia terpaksa bermalam di rumah Soobin, yang tidak lain merupakan lelaki yang tidur di bawahnya sekarang ini. Juga dengan kamar tidur minimalis yang ditempatinya sekarang, di atas ranjang yang hanya muat untuk satu orang saja, itu juga tidak lain merupakan kamar tidur dari lelaki yang sama.
Jangan bertanya kenapa dia bisa ada disana. Itu semua karena dia terjebak dengan ancaman lelaki jangkung tersebut. Semalam benar-benar bagaikan mimpi buruk baginya. Usai perdebatan dan perkelahian kecil, yang jelas dimenangkan oleh Soobin, Arin dengan sangat amat terpaksa menyetujui usulan lelaki itu untuk bermalam disana.
Kira-kira begini ceritanya. Dimulai saat Soobin memberikan penawaran pada Arin yang tentu saja menolaknya dengan keras. Soobin yang masih terlihat santai akhirnya mengeluarkan ponselnya, memberikan sebuah bukti kuat yang tidak akan bisa disangkal apalagi ditolak oleh Arin. Arin mulai berpikir untuk bisa lolos dari situasi tidak menguntungkan itu. Cara yang dipilihnya adalah ia harus bisa merebut dan menghapus bukti rekaman itu dari ponsel Soobin. Soobin terdorong hingga punggung kokohnya membentur pintu kayu. Merasa jika lawannya menolak, Soobin balas mengangkat tinggi-tinggi lengan kanannya. Selama beberapa saat saling berebut dan mempertahankan ponsel, kedua memilih mengalah. Rasa lelah lebih menguasai tubuh masing-masing. Soobin segera mengunci pintu. Arin tersentak sadar, berusaha membuka pintu berkali-kali. Kunci kamar berada pada kantung celana Soobin. Arin dengan terpaksa mengiyakan ajakan bermalam tersebut.
Sedangkan pada orang rumah, terutama sang ayah dan ibu, Arin beralasan jika dirinya tidur di tempat Yuqi, membuat sang ibu langsung percaya seutuhnya. Tidak tau saja jika anaknya itu malah tidur di rumah orang lain yang bahkan gadis itu sendiri tidak kenal dengan siapa saja penghuni disana.
Kini, begitu kesadarannya sudah kembali sepenuhnya, hal pertama yang dia lakukan adalah mencari ponselnya. Arin ingat jika semalam dia meletakkan benda itu dibawah bantal. Dan benar saja, benda pipih itu masih ada disana. Ia dengan cepat menyalakan benda tersebut, harus segera mengabari Yuqi jika dia akan kesana setelah ini. Namun rencana tidak mantap itu langsung berjalan tidak sesuai dengan bayangannya setelah cahaya ponsel yang tiba-tiba menyala terang sedikit menyilaukan kedua matanya.
Bluk!
Ponselnya jatuh ke atas lantai, Arin yang masih setengah memejam begitu terkejut hingga dia sendiri langsung membuka kedua kelopak matanya lebar-lebar. Namun dia sadar, Soobin juga terbangun karena bunyi ponselnya yang menghantam lantai. Dengan cepat, gadis itu kembali menutup kedua bola matanya. Berpura-pura seolah dirinya belum terbangun sama sekali. Ia takut jika lelaki itu marah. Sebab, begitu ponselnya terjatuh, Soobin langsung mengangkat kepalanya. Bisa Arin bayangkan betapa pening kepala lelaki itu sekarang.