chapter thirteen

477 62 1
                                    

"You're like perfection."


-

A few days later

-

"Granger, aku dalam masalah."

Hermione menguap dan bersandar pada daun pintunya.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya.
"Setengah tujuh malam." kata Draco, mengetuk-ngetukkan kakinya dengan tidak sabar.

"Ada apa?"
"Aku tidak bisa tinggal di apartemenku."
"Kenapa?"
"Uhm.." Draco terdiam sejenak. Dia tidak berpikir sejauh ini. "Ada serangan serangga. Aku tidak bisa tinggal dirumahku selama sebulan."

"Oh!" Hermione mendesah, "Kau membuatku berpikir ada sesuatu yang bu-Apakah kauperlu tempat tinggal??

Pria itu mengacak-acak rambutnya dan menunjukkan senyum bersalah, "Well.."
"Bagaimana dengan Pansy dan Blaise? Bukankah mereka tinggal denganmu?" tanya gadis itu.
Draco mengangguk. "Iya benar. Mereka baru saja pindah."

"Baiklah, kalau begitu."katanya, membuka pintu lebih lebar. "Tinggallah, selama yang kau butuhkan."

Draco mengangguk dan menggumamkan sesuatu tentang mengambil beberapa pakaian. Begitu dia berjalan masuk kedalam rumahnya, seringai lebar terkembang di wajahnya.

Dia menangkapnya.

-

"What the fuck, film apaan sih?"
"Bahasamu, Draco. Aku akan menunjukkannya padamu." 

Hermione berbalik menghadap lemarinya yang terbuka dan mengeluarkan sekantong biji popcorn.

"Kita akan memakan jagung selama menonton film?" tanya Draco.
Hermione berusaha menyembunyikan senyum saat dia menggelengkan kepalanya, "Ini bukan jagung, ini popcorn."

"Itu ada di namanya! Aku hampir benar." sanggahnya.

Hermione menghiraukannya saat dia kini menempatkan popcorn-nya ke dalam panci di atas kompor dan menyalakannya. "Mengapa kau tidak mengawasi popcorn sementara aku pergi memilih film?" kata Hermione.

Draco tampak sedikit ragu, tetapi pria itu akhirnya mengangguk dan berjalan ke kompor.

-

Hermione akhirnya memilih Titanic. Dia telah menontonnya bersama Harry di bioskop beberapa tahun yang lalu namun dia tidak masalah menontonnya lagi. Dia hanya ingin melihat reaksi Draco.

"Tunggu, jadi kapal akhirnya tenggelam?" tanya Draco, berjalan ke sofa dengan semangkuk popcorn.
"Yah, maksudku" jawab Hermione, sibuk mengutak-atik pengaturan TV, "Kau harus menunggu dan melihat aku ketakutan."

Pria itu berjalan memutari sofa dan duduk disebelah kanan, Setelah Hermione berhasil mengatur tampilan layar TV, dia membawa remote dan duduk disebelah pria itu.

Tidak begitu dekat namun tidak begitu jauh juga.

Film mulai terputar dan Hermione melirik Draco yang membungkuk di atas mangkuk, mengerutkan dahinya. "Jadi ini yang dilakukan para muggle? Mengisi kotak ini sepanjang hari? Sihir macam apa ini?" katanya, jelas terkejut dengan apa yang dia lihat.

Hermione mengangkat alis padanya dan menggelengkan kepala ketika pria itu menatapnya. "Dunia muggle, Draco. Tidak ada sihir, ingat?" Jawabnya, mengalihkan pandangannya pada film.

-

Draco telah terdiam selama film berlangsung namun begitu para penumpang mulai melompat dari kapal, dia kembali kebingungan.

"Aku tidak mengerti!" serunya.
Hermione mengecilkan volume filmnya tetapi masih bisa terdengar disekitar mereka. "Mengerti apa?"

"Jika Potter bisa memanggil sapu ketika dia dikejar oleh naga di tahun keempat, mengapa para muggle kecil ini tidak bisa melakukan hal yang sama dan tidak basah kuyup?"

Hermione tertawa namun tawanya kini berubah menjadi tersedak. Draco menghela nafas begitu dia mengambil tongkatnya dari meja kopi dan mengarahkannya pada tenggorokan Hermione, menggumamkan 'anapneo'. Seketika Hermione kembali benafas dengan baik.

"Terima kasih." gumamnya. Draco mengangguk namun fokusnya kembali ke film.

Pertanyaannya tidak terjawab hingga mereka selesai menonton filmnya karena Hermione tertidur. Pria itu bahkan tidak menyadarinya sampai dia melirik sisi kirinya dan tidak melihat rambut keriting disebelahnya.

Dia menunduk dan melihat kepala Hermione si sebelah pahanya.
"Oh Hermione." gumamnya.

Credit film kini mulai masuk dan Draco menaruh mangkuk kosongnya pada meja kopi. Dia tidak ingin membangunkan gadis itu jadi dia terpaksa mengangkat gadis itu dengan bridal style.

"Kau lebih berat dari kelihatannya, Granger." erangnya saat dia berjalan melewati koridor menuju kamar Hermione. Yang hanya ditanggapi dengan gumaman yang tidak jelas.

Begitu mereka tiba dikamar Hermione, Draco membaringkannya dikasur tetapi dia seketika menyadari jika gadis itu masih mengenakan pakaiannya yang semalam. "Shit." dia mengutuk.

Draco mendesah dan mendorong bahunya. "Granger, bangun." Hermione membalikkan posisinya dan mencoba menepis tangannya.

"Buat aku" gumam gadis itu.

Daco memutar matanya dan mengedarkan pandangan pada kamar itu. Ada tempat tidur ganda di satu sisi dan beberapa rak di sisi lain. Hal lain yang diperhatikan Draco adalah banyaknya gambar yang terpajang di dinding. Mereka bergerak, tentu saja, bukan bingkainya.

Dia bisa melihat beberapa foto Hermione, Harry dan Ron berdiri bersama, tersenyum seperti kumpulan idiot. Mereka mengenakan sweater kembar Weasley dan meskipun Draco sering muntah saat melihat mereka, dia menerima kenyataan bahwa dia hanya cemburu.

Draco tersenyum saat melihat bagaimana bahagianya ketika dia beralih pada set berikutnya. Foto kali ini terlihat lebih personal sepertinya diambil oleh Hermione sendiri.

Foto-foto itu kebanyakan pemandangan alam dan foto candid temannya namun satu foto menarik perhatiannya. 

"Hey Granger, apakah ini fotoku?" tanya pria itu, menunjuk ke gambar seorang anak laki-laki di tepi danau. Hermione tersandung dari tempat tidurnya dan berjalan kesebelah Draco. "Uh, mungkin?" jawabnya.

Hermione melepaskan foto itu dari dinding dan mereka berdua kini menatapnya. "Kupikir begitu, lihat rambutnya." Draco menyeringai.

"Ini pirang dan gila, maksudmu?"
"Hey! Rambutku terlihat menakjubkan di tahun keenam!" belanya.
Hermione menggelengkan kepalanya dan berjalan ke lacinya. "Terserah apa katamu, Malfoy" katanya, mengambil pajamanya.

Mata Draco mengikuti pergerakan gadis itu saat mengelilingi kamarnya untuk mengambil beberapa barangnya. "Jadi? Draco, aku mau ganti pakaian." Hermione menyilangkan tangannya. 

"Aku akan berbalik!"
"Malfoy, keluar."
Draco mengangkat tangannya menyerah dan menghela nafas, "Baiklah, baiklah."

Dan dengan itu, dia meninggalkan kamarnya.

Pada akhirnya.


-

Double UP

Jangan lupa tinggalkan jejak.


soulmates [indover] by irwinqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang