Chapter Eight

718 81 1
                                    

"You can't go back, even if you want to"

-

Hermione berdiri selama beberapa saat di depan pintu nomor 25 sambil merenungkan langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya. Saat ini pukul sepuluh pagi, sudah empat jam sejak Draco berlalu pergi. Dia sungguh tidak ingin mengganggunya, namun dia ingin memastikan jika pria itu baik-baik saja. Lagipula, semua ini salahnya.

Setelah beberapa kali ketukan, Blaise membuka pintu dan jika dia terkejut melihat Hermione, dia tidak menunjukkannya.

"Hello Granger." Katanya.
"Zabini! Apa Malfoy baik-baik saja?"

Blaise menyeringai sebelum membuka pintunya sedikit untuk menunjukkan Draco yang saat ini tengah berbaring di sofa. "Hey Drake, kau baik-baik saja?" teriaknya, suara pria itu menggema diseluruh apartement. Namun respon yang diberikan Draco hanya dengusan dan dia hanya mengganti posisinya di sofa- mencari posisi nyaman.

Tampaknya, respon pria itu tidak dihiraukan Blaise karena dia berbalik sambil menyeringai, "Dia sudah berbaring disana sejak pagi, tapi selain itu dia luar biasa. Kenapa?"

Hermione memberikan tatapan menyerah dan menggelengkan kepalanya. "Aku mendengar pintumu dibanting beberapa jam yang lalu. Jadi aku ingin memastikan jika semuanya baik-baik saja."

Blaise mengangguk dan mengakhiri pembicaraan mereka namun Hermione masih berdiri di depan pintu 25 bahkan setelah Blaise menutup pintunya. Dia bahkan memutuskan untuk mencobanya sekali lagi dan melihat apakah Draco akan keluar dari rumah kali ini. Ini bukanlah aksi menguntit tentu saja, lebih kepada...untuk tujuan pengamatan.

Tapi pria itu tidak keluar.

Sepanjang hari, yang Hermione lihat hanya Pansy yang pulang sambil membawa kantong belanjaan, Blaise yang membuang sampah, dan Theo yang berjalan masuk sambil membawa tas jinjing (pria itu keluar beberapa menit kemudian setelah beberapa teriakan terdengar dari dalam "Kau berbaring disini sepanjang hari seperti minggu lalu, menurutmu apa yang kamu lakukan?" dan "Oh for the love of Merlin, menyingkirlah Theo")

Hermione akhirnya menyerah dengan kegiatan pengamatannya dan memutuskan untuk keluar menuju balkon dan membaca sebuah buku.

Dia berjalan di sepanjang koridor dengan buku Soulmate. Dia bahkan tidak ingat kapan Draco mengembalikannya, namun dia hanya berpikir pria itu menaruhnya di kotak surat atau semacamnya.

Ada beberapa kursi plastik yang tersedia di balkon jadi Hermione memilih satu kursi yang dekat dengan tepian balkon dimana dia bisa melihat Sunset (yang luar biasa seperti sunrise).

Garis besar dari gedung-gedung London tampak seperti sebuah siluet dilangit, dimana sekali lagi, menampakkan warna orange dan merah muda. Namun kali ini, dengan tambahan warna biru dan ungu.

Hermione mengarahkan  pandangannya pada langit selama beberapa saat hingga dia mengalihkan pandangannya pada buku. Dia sangat ingin tahu darimana sebenarnya buku ini berasal.

Bagian depan buku itu terukir tulisan "Soulmates-All you need to know" dan dibagian bawahnya tertulis nama "T.M. Harrington."

Hermione menghela nafas dan membuka halaman pertama dibalik cover buku itu dan membeku ketika dia melihat lambang cap keluarga Malfoy diatasnya. Sebuah suara 'pop' yang berasal dari Apparation membawa gadis itu kembali dari lamunannya dan begitu ia mendongak, Draco sudah duduk di salah satu kursi yang ada diseberangnya.

"Kenapa kau ber Apparation?" tanya Hermione.
"Hm?"
"Kenapa kau repot-repot ber Apparation? Jarak rumahnya tidak begitu jauh."

Draco memalingkan matanya dari Hermione ke langit dan mengangkat bahu. "Aku ingin pergi tanpa harus ditanyai apapun"

Hermione mengangguk dan kembali memperhatikan bukunya dan ketika Draco menyadari apa yang sedang dia perhatikan gadis itu, matanya terbuka lebar.

"Aku tidak ingat sudah mengembalikan buku itu padamu." kata Draco.
"Aku juga tidak ingat jika lambang keluarga Malfoy tercetak di halaman pertama" balas Hermione, melirik balik Draco.

Draco berdiri dan berkata "Bacalah chapter 7" dan tanpa memberi kesempatan Hermione untuk merespon, pria itu kembali kekamarnya dan membuatnya tampak seolah-olah dia tidak pernah pergi.

-

"Kita adalah soulmate" ucap Draco begitu Hermione baru saja membuka pintu.
"Itu terlalu terang-terangan, bukan begitu, Malfoy?"
Draco menatap gadis itu dengan tidak sabar hingga penyihir itu menghela nafas dan membuka pintunya lebih lebar.

"Apa maksudmu, kau berpikir kita adalah soulmate?"
God Granger, kau tidak percaya?" draco mengerang, berlalu dari hadapan Hermione dan menjatuhkan tubuhnya di sofa.
Hermione mengerucutkan bibirnya dan menghela nafas namun memutuskan untuk tidak mengatakan apapun.

"Maaf. aku sedang stress." gumam Draco. Hermione memberikannya senyum kecil dan meraba-raba dengan jarinya sebentar sebelum bangun untuk membuat kopi untuk mereka berdua.

"Sepertinya beberapa kafein dalam darah akan membuat situasi lebih baik, bukan?" tanyanya, menaik turunkan kedua bahunya. Yang hanya dibalas pria itu dengan dengusan namun gadis itu menganggapnya sebagai ya.

-

Setelah Hermione menyajikan kopi untuk pria itu, dia mulai duduk dan menyilangkan kakinya.  Draco menyesap kopinya namun tiba-tiba meludahkannya.
"Apa-apan ini?" serunya
"Kopi, Malfoy."
"Aku hanya minum kopi bubuk Italia yang enak. Ini adalah penghinaan terhadap seni!"

Hermione seketika cemberut sebelum mengambil tongkatnya dari meja yang ada didepannya dan menggunakan itu untuk mengubah kopi menjadi segelas air mineral.

"Kau bahkan masih menjadi orang kaya brengsek, lalu apa maksudmu dengan soulmate?" tanya gadis itu, mulai menyesap kopinya sendiri.
"Apa kau tidak membaca chapter 7, tidak kan?" tanya Draco, mengangkat alisnya.

Hermione menggelengkan kepalanya dan Draco menyeringai. "Kupikir penyihir yang paling pintar kini telah berubah"
"Jangan ragu untuk memuji, Malfoy"

Draco menghela nafas dan mulai menghabiskan sepanjang waktu untuk menjelaskan pada gadis itu mengenai seluruh hal tentang soulmate, bagaimana cara kerjanya dan mengapa pria itu berpikir bahwa mereka adalah soulmate.

"-jadi saat bibiku yang buruk menyiksamu, aku merasakannya. Sebelumnya aku meminum sebuah ramuan jadi aku tidak dapat merasakan rasa sakit itu secara penuh, tapi aku sebelumnya juga pernah merasakan Crucio jadi aku tahu bagaimana rasa sakitnya ketika aku mulai merasakan hal itu." jelas Draco pandangannya masih terpaku pada gelas berisi air dihadapannya.

"Kau pernah berada dibawah pengaruh kutukan Crucio sebelumnya?" tanya Hermione, sedikit bingung. Draco sedikit tertawa dan mengangguk, "Kau tidak bisa membayangkannya, Granger."
"Tapi kenapa aku tidak merasakannya?"
"Siapa bilang, itu terjadi setelah aku berusia 16 tahun?"

Hermione segera menunduk menatap pahanya dan dengan cepat berkata "Touché"

-

Hermione dan Draco duduk di sofa itu selama berjam-jam mendiskusikan bukti apa yang mereka miliki dan pada akhirnya, Hermione meletakkan gelas kopinya yang telah kosong dimeja dan kembali menatap Draco.

"Jadi kita adalah soulmate. Lalu sekarang apa?"
"Aku tidak yakin. Kita mungkin harus mengetesnya teori jiwa itu." ucap Draco, menyesap airnya.

Hermione mengangguk dan berdiri, mengambil segelas kopi tambahan namun dalam perjalanan menuju dapur, sikunya tidak sengaja tersandung daun pintu. "Demi Merlin." rintihnya, mengelus sikunya, "Itu tidak disengaja, sumpah."

Dia berbalik menatap Draco dan menahan tawanya ketika ia melihat pria yang kini berbaring di sofanya juga tengah mengelus sikunya, "Setidaknya biarkan aku menyiapkan mental dulu." erangnya.

Setelah Hermione dan Draco merasa baikkan, keduanya lanjut mengetes teori yang ada dibuku hingga mereka berdua tertidur, secara tidak sengaja di atas satu sama lain.


-

Jangan lupa tinggalkan jejak

soulmates [indover] by irwinqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang