chapter thirtynine

243 29 0
                                    

"Maybe home is nothing but two arms holding you tight when you're at your worst."


-

Hermione meyakinkan Pansy dan Blaise untuk tetap tinggal dirumah. Sekarang sudah tengah malam dan dia tidak ingin membebani keduanya.

Dia lalu ber-apparate dari ruang tengah menuju Manor, tidak begitu yakin dimana tepatnya Draco. Matanya kini berpendar disekeliling ruangan, sebelum akhirnya memutuskan untuk memeriksa ruang makan saat sadar tak ada siapapun disana.

Hermione berjalan mendekati ruangan itu namun seketika berhenti beberapa meter dari sana. Dia bisa mendengar suara Draco dan Narcissa dari ambang pintu dan menyadari jika pilihannya salah, tak dapat dihindari dia bisa mendengar semua percakapan mereka.

"Apa artinya, Mother?"
"Dia membuat soulmatenya mengandung."
"Mengandung siapa?"
"Mengandung dirimu, Draco."

Tak ada apapun yang diucapkan Draco selama beberapa menit. Hermione dapat melirik dari tempatnya dan satu-satunya yang dia perhatikan adalah wajah pria itu. Draco menunduk menatap kedua tangannya, mengerutkan kening.

"Tapi bukankah kau mengatakan jika soulmate father seorang muggle-born?" Tanyanya. Narcissa menggenggam tangan pria itu dan mengangguk, "Kupikir kau tahu apa maksudnya itu."

Draco menarik tangannya dan menatap ibunya tajam. "Aku seorang Half-blood, bukan begitu?" tanyanya pelan.

Narcissa kembali mengangguk.

"Kau telah membohongiku selama ini." Draco bergumam, matanya gelisah. "Sorry dear, aku tidak mendengarnya. Apa yang kau katakan?"

Draco bangkit berdiri dan menggebrak meja didepannya. "Kau telah berbohong padaku selama ini!" Jawabnya, kini dengan suara lebih keras.

Narcissa tidak terlihat kaget. Hermione menyadari jika itulah ekpresi yang dia harapkan dari wanita itu.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Lucius, memasuki ruangan. Draco menegang saat dia berbalik perlahan berhadapan dengan ayahnya, hingga dia menarik nafasnya berat.

"Aku bukan seorang  Pureblood, aku Half-blood." Katanya.  Lucius mengangkat alisnya dan melirik Narcissa yang berada dibelakang Draco, "Kau memberitahunya?" tanyanya.

Narcissa menyesap tehnya perlahan dan mengangguk, "Dia tidak akan diam tentang itu jadi aku pikir ini saatnya dia untuk tahu."

"Itu bukahlah hakmu."
"Sudah terlambat."

"Kau tahu apa yang harus kita lakukan sekarang, Narcissa."
Wanita itu menghela nafas, "Yes."

Draco menatap kedua orang tuanya. "Apa yang akan kalian lakukan?" tanyanya bingung.

Lucius diam-diam mengeluarkan tongkatnya.
"Oblivi-"
"Expelliarmus!"

Hermione berlari kedalam ruangan dan menghentikan Lucius, membuat para Malfoy melebarkan mata terkejut.

"Jangan sentuh Draco dan jangan coba-coba untuk menghilangkan ingatannya. Apa kau tidak lihat dia sedang tidak sehat?" Tanya Hermione, menunjuk Draco.

"Jangan menentangku, Mudblood." cibir Lucius, "Accio wand." katanya, membuat tongkat gadis itu terbang ke tangannya.

"Sekarang, kau ingin ini berakhir secara baik-baik atau pakai paksaan."
"Bagaimana jika tidak dua-duanya?"

"Ap-"

Hermione meraih tangan Draco dan ber-apparate ke apartemennya.


-

"Seluruh hidupku penuh kebohongan."
"Aku tahu."
"Tidak ada yang boleh tahu bahwa aku bukanlah seorang Pureblood."
"Aku mengerti, karena itu aku membawamu kesini bukan keapartemenmu."

Draco saat ini tengah duduk disofa, pandangannya kosong menatap dinding. Hermione juga duduk disampingnya, mencoba menenangkan pria itu.

"Semuanya akan baik-baik saja, Draco. Ini bukanlah masalah besar." Katanya, merangkul pundah pria itu. "Bukan masalah besar?" Ulangnya, dan akhirnya menatap gadis itu. "Hermione, semua ini membuat segalanya berubah."

"Oh, aku tahu. Kemarilah." Gadis itu mendesah, sebelum membawa pria itu kepelukannya. Draco melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu dan mengistirahatkan kepalanya di bahu Hermione.

"Aku harus tahu seluruh cerita lengkapnya." Gumam Draco. Hermione perlahan menarik diri dan menatap matanya. "Apa lagi yang harus kau tahu?" Tanya gadis itu, mengerutkan keningnya.

"Aku tidak tahu, tapi aku harus tahu semuanya. Setidaknya aku berhak untuk tahu hal itu."
"Baiklah. Tapi tidak sekarang, lukamu masih butuh penyembuhan dan ini sudah tengah malam."
"Tapi- "
"Ayo bersihkan dirimu, Draco. Kita akan melakukannya besok."


-

2.38 am

-

"Draco? Apa yang kau lakukan?" Gumam Hermione, membalik posisi tidurnya. Draco terdiam dan berbalik menatap gadis itu.

"Aku hanya ingin kekamar mandi, tidurlah kembali." Bohongnya.
"Ok," Balas gadis itu, sambil tersenyum dikegelapan.

Draco berjalan memasuki kamar mandi dan mengunci pintu. Dia meraih tongkatnya keluar dari kantong dan menggumamkan lumos , menerangi kamar mandi kecil.

Dia menatap tongkatnya sambil menggelengkan kepala, tahu apa yang harus dia lakukan.


Pop


"Aku penasaran kapan kau akan datang."

Draco sedikit terkejut saat cahaya lilin tiba-tiba menerangi ruangan itu.

Dia akhirnya sadar, membersihkan tenggorokannya dan berjalan mendekati ibunya. "Aku harus tahu semua cerita lengkapnya." Kata pria itu, "tentang ayah dan apa yang terjadi."

"Aku tahu kau berhak, tapi kau harus mengerti jika tak ada yang boleh tahu hal ini, bahkan Hermione."

Draco memikirkan perkataan itu selama beberapa saat, "Aku mengerti." Dia mengangguk.

"Very well. Duduklah, dear." Kata Narcissa, menunjuk kursi disampingnya.

"Kakekmu akhirnya mengetahui kehamilan ibumu, itu adalah hal yang sulit untuk disembunyikan. Kami akhirnya memutuskan untuk berpura-pura jika akulah yang mengandung. Itu agak sulit namun dengan bantuan sihir glamour, itu bisa dipercaya." Jelas Narcissa.

"Tapi apa yang terjadi dengan soulmate ayah?" Tanya Draco, condong sedikit ke depan.
"Pangeran Kegelapan bisa saja tahu tentang wanita itu sehingga Lucius mengambil tindakan sendiri dan dia akhirnya membunuh wanita itu setelah melahirkan."balas Narcissa sungguh-sungguh.

Draco agak terkejut pada awalnya namun dia segera menyadarkan dirinya jika pria yang mereka bahas adalah Lucius.

Tidak sulit untuk mempercayai hal itu setelah semua yang terjadi.

"Bukankah itu sangat menyakitinya?" Lanjut Draco. Ibunya mendesah dan mengangguk, "Yes. Dia mengatasinya dengan minum pada awalnya tetapi semakin kuat ikatan pernikahan, semakin sedikit yang dia rasakan."

Keduanya kini duduk dalam keheningan selama beberapa saat, sebelum Draco kembali bersuara. "Itu saja?" Tanyanya.
"Iya, sudah semuanya."
"Baiklah. Kau harus istirahat Mother, Aku akan menemuimu nanti."
"Goodnight." Senyum wanita itu.

Begitu Draco ber-apparate keluar dari Manor, Lucius berjalan memasuki ruangan.
"Apa kau mengatakan padanya jika dia sudah meninggal?"
"No, Aku mengatakan kaulah yang membunuhnya."

Lucius tertawa dan duduk dikursi yang ditempati Draco sebelumnya.
"Selama dia berpikir jika wanita itu telah meninggal, semuanya aman."
"Percayalah padaku, Lucius. Dia tidak akan tahu jika wanita itu masih hidup."


"Itulah yang kita butuhkan."


-

hayo gimana nih, plot twist lagikan?

soulmates [indover] by irwinqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang