chapter thirtysix

289 30 0
                                    

"The blood in my veins is made up of mistakes."


-

"Aku akan pulang sebelum tengah malam." Ujar Draco, memberikan sebuah ciuman dipuncak kepala gadisnya.
"Kau akan berhati-hati bukan?" gumam Hermione. Draco menjauhkan dirinya dan memandang gadis itu.

"Tentu saja."
"Well, baiklah. Apakah kau tahu ke mana kau akan pergi?"
"Yeah, Weasley memberikan sebuah alamat untuk apparate."

Hermione mengerutkan keningnya namun perlahan senyum terbit dibibirnya begitu sebuah kecupan mendarat hidungnya.
"Aku berjanji padamu, aku akan extra hati-hati."
"Jika aku merasakan apapun karena ikatan kita, aku akan menghampiri dan menarik pulang pantat sombongmu. Kau dengar?" seru Hermione, memberinya tatapan tegas.

Draco memberikan tatapan yang sama dan mengangguk, memberikan hormat kecil "Yes ma'am!"
"Dasar orang aneh."
"Sangat aneh. Aku harus segera pergi."

"I love you."
"I love you too."


-

Draco ber-apparate  disebuah tempat yang tampak seperti ladang di tepi hutan. Ada sebuah gudang tua yang terletak beberapa meter dari pepohonan namun sebelum dia dapat memeriksanya, dia mendengar suara pop tanda apparate dibelakangnya.

"Baiklah, semuanya sudah disini?" Tanya Harry, memperhatikan grupnya. Ada empat wanita dan empat pria dalam grupnya, namun Draco hanya mengenali Ron dan Harry. Sisanya tidak berada ditahun yang sama dengannya.

Ron menghitung cepat jumlah anggotanya dan mengangguk, "Semuanya disini."

Harry mengangguk padanya dan berbalik memandang grupnya. "Kalian lihat gudang tua disana? Rupanya di situlah hal-hal aneh terjadi. jelasnya. "Hal-hal aneh macam apa?" tanya salah satu dari pria disana.

Harry mengangkat bahunya, "Keluarga Fawley tidak mengatakan terlalu merinci tentang itu."

Grup itu akhirnya terpecah menjadi pasangan dan Draco mengaturnya untuk memastikan Draco berpasangan dengannya. "Yang lain akan berkeliling di luar gudang dan sekitar hutan.  Aku berharap kalian akan dapat membantuku." Jelasnya sambil berjalan menuju gudang.

draco berhenti melangkah dan berbalik menatap Harry, "Membantu apa?"Tanyanya, mengangkat alis.
"Pasti ada objek gelap di sana. Aku berpikir kau dapat membantuku untuk mengidentifikasi mereka." Jawab Harry.

Draco berpikir sejenak sebelum kembali berbalik menatap gudang, "Akan kucoba." Pria itu mengangkat bahunya.

Begitu mereka berjalan memasuki gudang, Harry mengirim Draco untuk melihat sisi kanan sementara dia memeriksa sisi kiri.

"Harry! Kupikir aku menemukan sesuatu! Teriak seorang wanita dari luar gudang.
Harry sedikit meringis dan menghela nafas, "Jangan berteriak, Jess. Aku datang."

"Apa kau tidak masalah sendirian?" Tanya Harry, menaikkan alisnya.
Draco hanya mengangkat bahunya dan terkekeh, "Aku selalu sendiri sepanjang hidupku, aku bisa mengatasinya."

Harry baru saja ingin membalas namun dia kembali terintrupsi suara wanita diluar. Dia lalu meminta maaf dan berlari keluar dari gudang, meninggalkan Draco sendiri.

Pria itupun menghela nafas dan berjalan menuju tengah ruangan namun tiba-tiba dia tersandung kuali di lantai yang tersembunyi di balik tumpukan jerami. Pria itu mengerutkan keningnya saat dia membungkuk untuk memeriksanya lebih lanjut.

 Cairan itu masih diseduh saat dia mengambilnya dengan sendok pembuat ramuan. Dia dengan hati-hati mengendusnya, namun dia segera menjatuhkannya ketika menyadari apa itu.

"Sudah bisa menebaknya, Malfoy?" tanya sebuah suara.
Draco berdiri tegak dan menarik tongkatnya, mengarahkan pada orang asing didepannya. Dia tidak mengenali pria itu, namun dia terlihat seumuran dengannya.

"Siapa kau?" tanyanya, tatapannya tidak pernah goyah. Orang asing itu tertawa dan menggelengkan kepalanya, "Ouch. Apa kau tidak mengingatku, Draco?"

Draco mengangkat bahu, "Tidak."
"Memalukan, aku suka dengan akting pria baik yang kau lakukan saat ini."
"Ini bukan akting."
"Oh, mengakulah, Malfoy."

Draco memutar matanya, "Siapa kau dan apa yang kau inginkan?"

"Aku hanya calon penyihir gelap yang mencoba menyeduh ramuan body potion yang belum sempurna dengan tenang." ucap pria itu.

"Jawaban yang salah." Balas Draco. Dia baru saja akan mengumamkan expelliarmus kepada pria itu namun dia kurang cepat, pria itu telah melemparkan sihir immobulus padanya.

"You little son of a b-"
"Silencio."

Pria itu meraih tongkat milik Draco dan melemparkannya kesudut ruangan. "Jika kau benar-benar ingin tahu, Draco. Namaku adalah Jamie." dia menghela nafas, meraih kualinya.

"Aku takut aku harus meninggalkanmu di sini. Aku tidak bisa membawamu atau Potter akan menggagalkan rencanaku. Merlin Draco, kau yang menjadi pria baik kini tampak konyol." tawanya.

"Senang bertemu denganmu lagi, by the way." lanjut jamie. Dia baru saja akan pergi ketika tiba-tiba, Harry datang dari sudut mata Draco dan berteriak, "Expelliarmus!"

Jamie menghindari mantranya dan memutar mata, "Persetan denganmu, Potter."
Pria itu segera berlari mendekati Draco dan meraih lengannya, langsung ber-apparate membawa mereka berdua pada sebuah ruangan yang tampak seperti terowongan.

Draco melotot pada Jamie yang juga tengah menatap tajam padanya dan mencemooh, "Apa? Silencio akan segera hilang jadi jangan menatapku seperti itu."

Ucapan pria itu benar karena beberapa saat setelahnya, Draco sudah bisa mengancamnya.

"Ayahku akan mendengar hal ini." Geramnya, mencoba menarik tali yang diikat jamie padanya. Pria itu mendongak, dia hanya mengangkat bahu "Ini berhubungan dengan kegelapan, aku tidak berpikir dia akan peduli."

"Well, tentu saja dia tidak akan peduli dengan ramuan aneh itu. Yang kumaksud adalah tindakan penculikanmu." Desah Draco. Jamie terkekeh dan menggelengkan kepalanya, "Terakhir kali aku cek, kau sudah mengecewakannya."

Draco berusaha untuk tidak memberikan jamie kepuasan dari sebuah respon setelah perkataan itu. Jamie tidak peduli, dia justru kembali sibuk menyeduh ramuannya.

Satu-satunya yang memenuhi pikiran Draco adalah Hermione. Dia telah berjanji pada wanita itu untuk berhati-hati namun lihat dimana dirinya sekarang.

Saat itulah dia ingat tentang ikatan itu. Jika ikatan cukup kuat, Hermione akan tahu dimana lokasi Draco sekarang jika dia terluka. Dia tidak tahu apakah ikatan mereka sudah cukup kuat, tapi dia tahu jika dia harus mencobanya.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang, menyiksaku?" pancing Draco, mengangkat alisnya. Jamie terlihat memikirkan hal itu sejenak sebelum akhirnya mengangguk, "Ide bagus, Malfoy."

Dia menarik Draco berdiri dan melonggarkan tali yang mengikat tangan Draco. "Let's play a game. Kau berdiri disini dan menjadi targetku, aku harus berlatih beberapa mantra yang bagus." ucap Jamie.

Draco mundur perlahan dan berusaha menyiapkan dirinya untuk kutukan apapun yang akan Jamie lemparkan padanya.

"Kirimkan salamku untuk severus di neraka."
"What the fuck y-"

Draco tak dapat menyelesaikan ucapannya. Jamie mengangkat tongkatnya dan melemparkan Draco mantra sectumsempra.

Draco terlempar dan mengerang kesakitan begitu Draco terlihat mulai memenuhi kemeja putihnya. Dia seperti telah ditikam oleh pedang tak terlihat.

Dia jatuh ke belakang ke lantai beton, genangan darah terbentuk di sekelilingnya. "Hm, not bad. Aku akan segera kembali untuk memungut tubuhmu." Ucap Jamie, bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan itu.

Draco menatap langit-langit begitu darah mulai memenuhi dadanya.
"Come on, Hermione." gumamnya sebelum dia pingsan.


-


Damn Jamie

Draco juga kenapa mancing sih....

soulmates [indover] by irwinqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang