chapter fourteen

507 63 0
                                    

"The only way out of the labyrinth of suffering is to forgive."


-

Draco berakhir tidur di sofa. Dia tidak peduli, itu nyaman meskipun warna merah maroon.

Dia bangun lebih dulu sebelum Hermione jadi dia berencana untuk membuat teh untuk mereka berdua. Rencananya berjalan dengan cepat, namun, dia tiba-tiba mendengar suara 'pop' dari belakangnya.

"Oh Hermione! Aku minta maaf karena bertingkah- Bloody Hell apa yang kau lakukan disini, Malfoy?" Ron bertanya.

Draco berbalik dan mengangkat alisnya, tetapi dia tak melakukan apapun. Dia perlahan menyesap tehnya. "Aku sedang membuat teh untukku dan Hermione. Bagaimana denganmu, Weasley?" Tanya Draco tenang.

"Aku datang untuk meminta maaf pada Hermione karena menjadi seorang bajingan tapi sepertinya sekarang tidak bisa sejak kau menculiknya!" balas Ron.

"Menculik? Sejujurnya Ronald, aku ada disini." desah Hermione, berjalan memasuki dapur. "Pagi" Draco mengangguk padanya. Gadis itu tersenyum padanya begitu Draco memberinya segelas teh.

Ron tak sanggup berkata-kata saat 'pop' lainnya terdengar dibelakang mereka bertiga. "Ron bajingan! Sudah kubilang jangan ber-apparate kesini." erang Harry.
Hermione melirik Draco yang kini tengah menyeringai melihat situasi saat ini.

"Oh, pagi Malfoy." sapa Harry. Dia tampak bingung tetapi dia sama sekali tidak terganggu dengan hal itu seperti Ron. Draco balas mengangguk pada Harry namun setelah itu, keempatnya kini diam membisu.

"Well? Apa yang dilakukan Malfoy disini?" tanya Ron. Dia berusaha tenang namun dia masih terlihat tak terima. "Flatnya yang ada diseberang mendapat serangan serangga. jadi aku mengatakan padanya jika dia bisa tinggal disini hingga rumahnya aman." jawab Hermione.

"Malfoy tinggal diseberang?"
"Iya Weasley, fokuslah." Draco mendesah.
Ron memelototinya namun Draco hiraukan.

"Aku sungguh minta maaf Hermione. Aku sudah bilang pada Ron jangan datang tapi dia tidak dengar." kata Harry.

Hermione tersenyum padanya dan mengangkat bahu, "Tidak apa-apa."

Harry memberikan Hermione dan Draco senyum datar saat dia meraih lengan Ron dan ber-apparate sebelum dia bisa protes. "Goodness" Draco berseru, "pasti akan terjadi sesuatu."

"Aku akan berurusan dengannya nanti, tidak apa-apa." balas Hermione. "Aku rasa mereka tidak tahu bahwa kita adalah soulmates, bukan?" tanya Draco.
Hermione mengangguk dan memberinya sebuah senyum penyesalan.

Pria itu hanya mengangkat bahunya, "Aku tidak peduli. Tunggu saja sampai mereka bisa menerima fakta jika aku tinggal disini."

Gadis itu mengangguk dan keduanya tetap tinggal di dapur, menikmati tehnya.

-

"Apa kau ingin keluar dan melakukan sesuatu yang menyenangkan?" Draco bertanya beberapa jam kemudian. Hermione mengangkat alisnya, "Menyenangkan untukku atau menyenangkan buatmu?"

"Menyenangkan untuk Draco." seringainya. Hermione tertawa mendengar kata orang ketiga dan mengelengkan kepalanya, "Baiklah."

"Apa yang akan kita lakukan?" Tanyanya.
"Blaise dan Pansy ada di Zabini Manor. Mrs. Zabini sedang ada di Italy jadi mereka hanya berdua." jawab Draco.

Hermione menyilangkan tangannya, "Dan?"
"Oh Granger. Kita akan pergi bersenang-senang dengan mereka!" ujarnya

Mata Hermione melotot dan Draco tertawa melihatnya, "Tidak, tidak seperti yang kau pikirkan. Maksudku kita hanya akan menghabiskan waktu dengan mereka."

Gadis itu menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, "Bawa aku, sebelum aku berubah pikiran."

Draco menyeringai dan meraih tangan Hermione dan sebelum gadis itu protes, dia telah membawa mereka ber-apparate didepan sebuah pintu kayu gelap.

Draco mengeluarkan tongkatnya dan mengucapkan beberapa mantra pada kuncinya. Hermione berasumsi bahwa dia sedang menghancurkan sihir protection-nya tapi dia juga tidak begitu yakin.

"Setelah dirimu," Draco menyeringai begitu dia berhasil membuka kunci pintunya.

Hermione hanya menggelengkan kepalanya namun dia sadar bahwa dia tengah tersenyum sendiri. Keduanya melangkah melewati pintu dan bertemu dengan sebuah bantingan keras.

-

"Sweet Merlin." kata Hermione begitu dia dan Draco ber-apparate ke apartemennya.

"Jadi? Bukankah menyenangkan?" Draco tertawa. Dia mengacak-acak rambutnya dan membuka sepatunya. "Aku merasa menjadi Voldemort, namun lebih buruk." Hermione mengerang.
"Oh tolong, jangan terlalu mendramatisir." Draco meringis.

Hermione mengerang saat tubuhnya menyentuh sofa.

"Beritahu satu hal padaku." kata Hermione, "sehingga aku tidak merasa seperti seorang penjahat gila."

Draco mendekati sofa dan berdiri disampingnya. "Kau bukanlah seorang penjahat gila." jedanya, "Apa itu membantu?"
"Sayangnya, tidak." jawab gadis itu, meskipun dia tahu dia sedang tersenyum.

"Ceritakan padaku sesuatu tentangmu. Kupikir itu akan membuatku lebih baik."
"Tidak ada apa-apa tentangku yang bisa membuatmu lebih baik." pria itu meyakinkannya dengan sebuah seringai, namun segera menghela nafas saat gadis itu melotot padanya. "Baiklah, apa yang ingin kamu tahu?"

"Apapun." Hermione tersenyum.
Draco menggerutu tetapi dia tetap menatap langit-langit sambil berpikir. "Baiklah," jedanya, "Namaku adalah Draco Lucius Malfoy, Ulang tahunku beberapa hari lagi dan aku penuh dengan penyesalan."

Draco tiba-tiba terdiam dan kesenangan karena mengerjai Blaise dan Pansy menghilang begitu saja. Dia merasa seperti kenyataan tengah memukulnya seperti batu bata.

"Ulang tahunmu beberapa hari lagi? Hermione bertanya, mencoba mengganti topik. Draco mengangguk, "5 Juni"

"Apa kau punya rencana?"
"Tidak."
"Kau punya sekarang!"

Draco mengangkat alisnya menatap Hermione namun gadis itu menyeringai kecil, "Ada sebuah restoran Muggles yang sering  orang tuaku kunjungi bersamaku dan.." Hermione tidak melanjutkan ucapannya.

Bahkan hanya menyebutkan orang tuanya saja sudah membuatnya emosional. "Kita tidak harus kesana jika kau tidak mau, tentu saja." Hermione terbatuk, menutupi kata-kata sebelumnya.
"Tidak, aku mau." kata Draco.

Senyum di wajah gadis itu sudah cukup membuat ia yakin dengan keputusannya.


-

Jangan lupa tinggalkan jejak yah


soulmates [indover] by irwinqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang