"Anonymously message me your credit card number and i'll reply with what i bought."
-
Present day, 5 juni.
-
"Draco! Tebak hari apa ini?" seru Hermione, berlari memasuki ruang tengah. Draco menggerutu dan menggeser posisinya di sofa, "Jumat?"
"Apa?" ucapan gadis itu terjeda, "Bukan! Ini hari ulang tahunmu!" Pria itu membenamkan kepalanya ke bantal dan mengerang, "Betapa bahagianya."
Hermione menghela nafas dan berjalan mendekati sofa. Dia meraih tepi selimut yang sering digunakan Draco bersembunyi dan melemparnya ke lantai.
Otot punggung Draco menegang karena kontak mendadak dengan suhu ruangan dan Hermione mendapati dirinya tidak bisa berpaling. "Granger, berhenti menatapku." gerutu Draco.
Pria itu tengah memakai sepasang celana Muggles, tanpa baju. Saat itu juga, Hermione merasa bersyukur karena Draco tidak memperhatikan pipinya yang memerah.
"Apa yang terjadi pada bajumu?" Tanya gadis itu. Draco menggerutu begitu dia mencoba mengangkat tubuhnya dan duduk namun pria itu seketika menyeringai kecil ketika dia melihat arah pandangan Hermione. "Jaga pandangan matamu, Granger."ucapnya, meraih kaos hitamnya yang tergeletak dilantai.
"Sepertinya aku punya masalah dengan suhu. Aku tadinya kepanasan dan kemudian sekarang merasa kedinginan." Jelasnya, memakai bajunya kembali. "Apa? Sini kuperiksa." Tawarnya, duduk di tempat kosong sebelah pria itu.
Hermione menaruh tangannya di dahi Draco dan segera merasakan getaran menjalari tubuhnya. "Aku akan memanggil Harry untuk membawa beberapa potions kesini." serunya begitu berdiri dari sofa.
"Jangan, sungguh. Aku baik-baik saja." Draco menolak. Hermione mengangkat alis menatap pria itu namun segera menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau harus punya hari ulang tahun yang menyenangkan tidak peduli kau suka atau tidak. Sekarang, tunggu disini beberapa menit aku akan pergi ber-apparate kerumah Harry."
"Tidak, sungguh Hermione. Kau tidak perlu mela-" sayangnya ucapan pria itu terhenti begitu dia tiba-tiba mendengar suara'pop'.
-
Hermione kembali ber-apparete beberapa menit kemudian dengan Harry yang tengah membawa sebuah tas penuh dengan potions.
"Hello Malfoy." Sapanya. Draco menarik lututnya ke dada dan mengangguk kecil pada pria itu."Jadi, dia merasa demam?" Tanya Harry, berjongkok dilantai untuk memeriksa kedalam tasnya.
"Yeah." jawab Hermione."Baiklah," jeda Harry, kembali berdiri, "Jika dia minum ini dua kali dalam satu jam maka dia akan merasa lebih baik sore nanti."
Hermione mengambilnya potion itu dari Harry dan memberikannya pada Draco. Dia memberikan Harry sebuah pelukan singkat dan Draco bisa merasakan sakit pada dadanya. Itu pasti ada hubungan dengan ikatan soulmate.
Sementara Hermione dan Harry tengah berpamitan, Draco justru tengah memandangi botol ditangannya. Botol itu terisi sebuah cairan berwarna hijau didalamnya dan dia yakin rasanya tidak sama seperti butterbeer dan rainbows.
"Baiklah," Hermione berseru begitu Harry pergi, "Harry bilang kau harus minum satu potions sekarang dan satunya lagi setengah jam kemudian." Gadis itu duduk di samping Draco yang tengah mengerutkan kening menatapnya.
"Aku tidak tahu jika Potter adalah seorang Healer." Katanya, menyilangkan kakinya. "Aku juga tidak berpikir dia Healer. Aku yakin dia masih seorang Auror di Ministry. Potions hanyalah sebuah hobby."
Draco mengangguk. "Apakah rasanya aneh?" Tanya pria itu, kembali memfokuskan pandangannya pad potion.
"Hanya satu cara mengetahuinya." Hermione tersenyum.Dia menatap botol itu sebelum mengeluarkan sumbat gabus dan menenggak setengah dari potion itu.
"Oh my God. Itu menjijikan." Draco hampir muntah begitu selesai meminumnya.
"Jangan membuatku melakukannya lagi." Seru pria itu, memelototi Hermione.
"Draco, kau harus melakukannya." desah gadis itu.
"Kalau begitu kenapa kau tidak kemari dan sedikit 'membantuku'?" tantang pria itu.
Hermione mengangkat alis padanya namun gadis itu hanya menyeringai sebelum berdiri. "Nanti saja."Pria itu berdiri dan mengikuti gadis itu tetap gadis itu segera mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkannya pada Draco.
"Tidak, kau tetap di sofa."
Draco mengangkat tangannya ke udara dan menggerutu, "Apa aku harus disana?""Draco, aku hanya ingin membuat teh. Aku akan segera kembali kesini beberapa menit." ucapnya, kembali memasukkan tongkatnya. Draco mengerang namun menahan diri untuk mengatakan apapun.
Hermione kembali dengan dua gelas teh beberapa menit kemudian. Dia memberikan satu gelas pada Draco begitu dia duduk di samping pria itu. "Apa kau pernah mencoba pizza?" Tanyanya, menyesap tehnya.
"Pizza sialan, apa itu?" Tanya Draco. Hermione seketika tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Kau akan segera tahu, saat di restoran nanti."
Draco mengangguk dan keduanya kini duduk dalam diam, menikmati teh mereka.
-
"Aku harus mengenakan apa?" Draco bertanya saat jam menunjukkan pukul empat sore.
"Casual tapi tidak begitu casual." balas Hermione sambil melihat melalui lacinya.
"Jadi sebuah kemeja dan dasi tidak masalah?"
"Sebaiknya memakai sesuatu di bagian bawah juga"
"Well, yeah."Hermione mendorong Draco keluar dari kamarnya dan mulai melihat-lihat lemarinya. Dia tidak ingin terlihat begitu berusaha keras memilih pakaian, namun dia juga ingin sedikit membuat usaha. Dia ingin mendapatkan reaksi yang sama dengan yang dia dapatkan pada Yule Ball di tahun keempat.
Hermione sibuk memeriksa lemari pakaiannya hingga dia menemukan sebuah gaun berwarna dark navy. Gaun itu memiliki desain halter dan bagian bawahnya mencapai tepat di atas lututnya. Layer atas memiliki semacam bahan tembus pandang namun layer bagian bawah mencegah gaun itu terlihat tembus pandang.
Hermione ingat saat dia membeli dress ini. Ginny yang telah berhasil menyeretnya keluar ketika dia memulai kehidupan barunya setelah Hogwarts. Mereka mengunjungi beberapa toko Muggles sebelum Ginny menemukan sebuah dress dan membelikan itu untuknya dengan alasan 'untuk jaga-jaga'.
Hermione memakai dress itu dan mengenakan celana dalam buram. Dia tidak tahu make up seperti apa yang akan dia gunakan, jadi dia memilih konsep natural: sedikit maskara, sedikit blush dan Lipstick nude merah jambu yang cerah. Dia memutuskan untuk membiarkan rambutnya tergerai. Pada akhirnya, dia menyadari jika dia harus menerima rambut gelombang naturalnya.
"Granger, cepatlah. Kita akan pergi lima menit lagi." Draco berteriak dari koridor. Hermione memutar matanya begitu dia membuka kunci pintunya dan berjalan keluar.
Draco kini menatapnya, "Aku akui, kau sudah cukup dewasa, Granger." Seringainya.
Hermione mengangat alisnya begitu dia melihat apa yang dikenakan pria itu. Dia mengenakan sebuah celana yang pas dibadannya dan kemeja lengan panjang putih yang dihiasi sebuah dasi navy. Itu tidak berlebihan, tapi tidak terlalu biasa.
"Kau juga tidak begitu buruk, Malfoy. Ngomong-ngomong, Dasi yang bagus." Gadis itu tertawa sambil melewati Draco untuk melihat sepatu yang cocok.
-
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Selamat berlibur...
KAMU SEDANG MEMBACA
soulmates [indover] by irwinq
Fanfic"We're soulmates." ucap Draco begitu Hermione membuka pintu "Itu sangat frontal, bukankah begitu, Malfoy?" _-_ Draco Malfoy 19 dan Penuh penyesalan Hermione Granger 19 dan Penuh keinginan untuk memulai lagi. _-_ THIS STORY IS NOT MINE Saya hanya seo...