CHAPTER 01

12.5K 487 72
                                    

Seorang gadis sudah bersiap untuk pergi ke sekolahnya dengan seragam yang sudah melekat di tubuh indahnya.

Setiap hari ia merasa kesepian saat berada di rumah. Rumah yang kecil ini menyimpan sejuta kenangan dengan keluarganya, terutama neneknya yang sejak dulu mengurusnya sedari kecil hingga ia beranjak dewasa. Namun, ia harus merasakan rasanya kehilangan orang yang ia sayangi lagi. Satu persatu dari mereka pergi meninggalkannya.

Bulan kemarin, neneknya meninggal dunia dan pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Kini, ia hidup sebatang kara. Tak akan ada lagi yang bisa mengikat rambutnya setiap dirinya akan pergi ke sekolah. Tak akan ada lagi kasih sayang yang ia rasakan dari seorang nenek. Karena memang sejak kepergian ibunya, neneknya yang selalu mengurusnya dengan penuh kasih sayang.

Dia Keiza Louvella. Gadis cantik itu menyandang status sebagai wakil ketua osis di sekolahnya. Siapa sangka gadis pintar yang setiap tahunnya mendapat peringkat pertama di kelasnya selalu kesepian setiap harinya. Dia hidup didalam kesunyian menikmati setiap detiknya dengan kesepian seorang diri. Namun begitu, ia tetap berusaha untuk bertahan hidup seorang diri dengan bekerja paruh waktu.

Gadis itu berjalan keluar rumah lalu menunggu angkot di sisi jalan. Setiap harinya selalu saja begitu, ia berangkat sekolah dengan menggunakan alat transportasi angkutan umum. Ia sama sekali tidak malu karena sudah terbiasa.

Sesampainya di sekolah, ia berjalan ke arah gerbang. Namun, seorang gadis terlebih dahulu menariknya dan membawanya ke arah gudang belakang. Tidak ia tebak pun ia sudah mengetahui siapa orang itu.

Bruk

"Serahin uang jajan lo," ujar seorang gadis yang kerap dipanggil Reny.

Tanpa pikir panjang, Vella mengeluarkan uang sakunya dan memberikannya pada Reny.

Reny dan kedua temannya tersenyum smirk.

Dug

Tanpa rasa kasiahan Reny menendang kepala Vella dengan keras membuat kedua temannya itu melepas tawanya.

"Gitu dong."

"Cabut."

Setelah mengatakan itu, Reny berlalu dari sana diikuti oleh antek-anteknya meninggalkan Vella seorang diri yang terduduk di lantai.

Gadis itu menguatkan hatinya agar tetap tegar. Baru saja ia datang ke sekolah, tetapi uang sakunya yang kemarin ia kumpulkan dengan susah paya sudah diperas terlebih dahulu oleh Reny dan antek-anteknya.

Entahlah, ia hanya tak mau membuat keributan. Lebih baik ia mengalah dari pada harus dihajar habis-habisan oleh ketiganya. Ya, Reny dan kedua temannya itu adalah perundung di sekolahnya.

Pernah ia melaporkan aksi bejat mereka. Namun, dirinya malah diancam dengan dicabut beasiswanya karena Reny adalah anak dari donatur besar di sekolahnya. Itu sebabnya ia lebih memilih diam.

Dengan sisa tenaganya ia berdiri dengan tertatih-tatih karena kepalanya yang pening akibat tendangan Reny yang cukup keras.

Dengan cepat, ia bergegas keluar gudang dan berjalan menuju area sekolah.

Tanpa ia sadari, sejak awal Vella keluar gudang, seorang pria menatap gadis itu dengan raut wajah yang tak bisa diartikan.

***

Sejak selesai rapat osis tadi, Vella memilih membenamkan wajahnya di meja ruangan osis dengan tumpuan kedua tangannya.

Alva yang baru saja masuk ruangan osis heran kala mendapati Vella yang masih berada di ruangan osis.

"Lo masih di sini," celetuknya membuat Vella mengangkat kepalanya menatap ketua osis. Sontak saja hal itu membuatnya berdiri dari duduknya.

"Ah, I-iya."

"Lo sakit?" tanya Alva kala melihat wajah Vella yang sangat pucat.

Vella menggeleng. "Nggak, gue baik-baik aja, kenapa?"

Alva terdiam sejenak. "Muka lo pucet, kalo sakit ke UKS."

Vella terkekeh pelan. "Gue gak sakit juga, ngapain ke UKS."

"Ck, pala batu," decak lelaki itu sebal.

Vella mengangkat bahunya acuh dan memilih berjalan menuju pintu. Namun, langkahnya terhenti kala mendengar suara Alva.

"Kalo sakit jangan dipaksain, muka lo pucet, mending lo ke UKS."

Vella menoleh menatap lelaki itu. "Sekarang ada kuis, gue cabut."

Setelah mengatakan itu Vella membuka pintu dan berlalu keluar ruangan.

Alva menatap kepergian gadis itu dengan tatapan tak terbaca. Lelaki itu menghela nafasnya berat. Sejak dulu, gadis itu memang selalu keras kepala.


TBC

Voment please?

See you next part!

Ketos VS WaketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang