CHAPTER 12

6.6K 290 22
                                    

Vella tengah berjalan seorang diri di jalanan trotoar. Ia sedang berada di perjalanan pulang dari pasar swalayan belanja bahan makanan karena stok di rumah sudah habis.

Saat di tengah perjalanan, netranya tak sengaja menangkap sosok wanita muda yang terlihat masih sangat cantik. Dilihatnya wanita itu tengah beradu mulut dengan kedua lelaki yang terlihat seperti preman. Benar saja, kedua lelaki itu adalah preman pasar yang tadi memalak beberapa pengunjung pasar.

Ia terkejut kala salah satu preman itu berusaha merampas dompet wanita itu. Tak mau berlama-lama di sana, ia segera berlari menghampiri mereka, tak lupa meletakkan barang belanjaanya terlebih dahulu. Gadis itu juga sempat mengambil balok kayu untuk melawan mereka karena jujur saja ia tak jago bela diri.

Bugh

Dengan keras ia memukul punggung salah satu preman yang hendak mengambil dompet wanita itu dengan balok kayu yang ia genggam tadi.

Dilihatnya teman dari pria iru pun menatapnya tajam membuat nyali Vella seketika menciut. Ia mundur kala preman itu mendekat maju. Ini bukan saatnya untuk takut. Dengan keberanian yang ia kumpulkan berhasil membuat pria itu kesakitan akibat pukulannya menggunakan balok kayu

Salah satu pria membantu temannya lalu mengambil balok kayu itu dari tangan Vella membuat Vella terkejut. Gadis itu mundur kala pria itu mengangkat balok kayu itu tinggi-tinggi. Dengan gerakan cepat ia menghindar kala preman itu hendak memukulnya.

"Brengsek!"

"Bocah ingusan kayak lo sok jadi pahlawan kesiangan," desisnya.

Pria itu kembali memukul Vella. Namun, kali ini berhasil mengenai lengan kirinya karena Vella yang lengah.

"Awss ..." Ringisan kecil keluar dari bibir gadis itu. Lengan kirinya terkena pukulan balok kayu sangat keras membuatnya terasa ngilu.

Pria itu hendak memukul Vella kembali membuat wanita muda itu berniat menghentikannya. Namun, kedua tangannya dicekal oleh salah satu preman membuatnya segera memberontak meminta dilepaskan.

Bugh

Bugh

Akhh!

Tubuh Vella tersungkur ke bawah kala dipukul dan tubuhnya di tendang oleh pria itu.

"Cih, udah tua banyak tingkah," desis Vella dengan sesekali meringis ngilu.

Dilihatnya preman itu hendak mengambil kembali dompet wanita itu. Vella segera mendendang kaki pria itu sehingga lelaki itu malah jatuh tersungkur.

Vella kembali mengambil alih balok kayu lalu memukul kedua preman itu tanpa memperdulikan rasa sakitnya lagi.

Preman itu terlihat kesakitan karena beberapa kali pukulan keras yang diberikan Vella. Alhasil, mereka memilih pergi dari sana.

Vella membuang balok kayu itu asal lalu menghampiri wanita itu.

"Tante gakpapa?" tanyanya dengan cemas.

Wanita muda itu tersenyum meyakinkan Vella bahwa dirinya baik-baik saja. "Tante gakpapa, badan kamu pasti sakit banget, ya?"

Vella menggeleng lalu tersenyum tipis. "Nggak kok, dikit doang."

Wanita itu tersenyum tulus seraya menatap gadis itu teduh. "Makasih, ya udah bantuin, Tante."

"Kalo boleh tau nama kamu siapa?"

"Vella Tante," ujarnya ramah.

"Namanya cantik seperti orangnya. Bahkan, hati kamu sangat cantik."

Vella terkekeh pelan. "Tante bisa aja. Bay the way, rumah Tante di mana biar Vella anterin."

"Ah.. Gak usah, Tante bisa sendiri."

"Lebih baik kita ke rumah sakit dulu, tubuh kamu luka-luka, tuh," kata wanita itu tak enak hati. Ia merasa bersalah dengan gadis itu.

Vella tersenyum tipis. "Vella gakpapa kok Tante, luka dikit doang."

"Yaudah kalo gitu Tante anterin kamu pulang aja, ya. Biar Tante hubungin supir Tante dulu."

Vella menggeleng pelan. "Gak usah Tante, nanti ngerepotin."

Wanita itu menghela nafas panjang. "Masa nolak terus dari tadi, Tante jadi gak enak."

"Biar Tante yang anterin kamu. Mau, ya?"

Vella terdiam sejenak. Sedetik kemudian ia mengangguk. Tidak enak juga jika harus menolak terus. "Iya, Tante. Sebelumnya makasih, ya."

Wanita itu tersenyum. "Tante yang harusnya bilang makasih sama kamu."

"Karena nyelamatin Tante, kamu jadi luka gini."

Vella tersenyum manis. "Udah jadi kewajiban kita buat tolong-menolong, Tante."

Wanita itu mengangguk seraya tersenyum. "Tapi terkadang keperdulian mereka sangat kecil dan memilih acuh terhadap sesama."

"Pasti orang tua kamu bangga sama kamu."

Vella terdiam sejenak. Sedetik kemudian senyuman manis terbit dari bibirnya. "Semoga."


TBC

Voment please?

See you next part!

Ketos VS WaketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang