Setiap ada awal, pasti ada akhirnya, ada pahit ada pemanis, ada sedih ada bahagia. Terkadang, kehidupan memang tak seindah yang diharapkan. Namun, roda kehidupan akan selalu berputar.
📍
Sedari tadi Alva tak pernah bosan memeluknya. Bahkan, saat dirinya ke kamar mandi pun Alva menunggu di luar, begitupun sebaliknya. Setelah ia keluar dari kamar mandi, lelaki itu kembali menghambur ke dalam pelukannya.
"Alva udah dong, gak pegel emang?"
Alva mendongak menatap gadisnya. "Satu tahun itu bukan waktu yang sebentar Vella, gue masih kangen."
Vella menghela nafas berat. "Terserah."
Setelahnya keheningan kembali menyelimuti keduanya.
"Alva," panggil gadis itu membuat Alva kembali mendongak.
"Hm?"
"Kangen bunda," cicitnya membuat Alva terdiam. Padahal ia masih ingin melepas rindu dengan Vella. Namun, ia lupa jika belum mengabari bundanya.
"Yaudah ayo."
Mendengar itu membuat Vella tersenyum merekah.
Cup
"Ayo!"
Vella mengurai pelukannya dan berdiri dari duduknya menunggu Alva yang masih terdiam mematung di tempat. Ia masih belum tersadar dari keterkejutannya saat Vella tiba-tiba saja mengecup pipinya. Ah sial! Jantungnya berdisko di dalam sana.
"Vella," rengeknya seraya berdiri dari duduknya dan kembali memeluk gadisnya.
Rasa cintanya pada Vella kian membesar. Ia tak akan pernah melepaskan Vella, ia tak akan pernah lagi membiarkan Vella pergi dari hidupnya.
"Gue baper Vel, tanggung jawab," lirihnya membuat Vella melepas tawanya.
"Emang gue hamilin lo apa?" kata Vella setelah meredakan tawanya.
Alva mengurai pelukannya. Ia menatap Vella lekat. "Cium lagi coba "
Vella meneguk salivannya susah payah. "A-apaan sih lo," ujarnya seraya terkekeh berusaha menutupi kegugupannya.
"Cium Vel," ujarnya lagi.
Vella menggigit bibir bawahnya. Sungguh ia sangat gugup sekarang. Ia menyesal sudah berani-beraninya mengecup pipi lelaki itu.
"Alva ihh malu," rengeknya membuat Alva terkekeh.
"Ayo dong," goda lelaki itu membuat Vella memeluk Alva lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu.
Alva melepas tawanya karena tak tahan dengan tingkah gadisnya yang begitu menggemaskan. Ia membalas pelukan Vella dengan beberapa kali mengecup puncak kepala gadisnya.
"Sini lo aja gue cium."
"Gemes deh pengen gue halalin."
Ucapan Alva membuat Vella semakin tersipu malu. Lelaki itu bisa saja membuatnya salah tingkah.
"Vel," panggil lelaki itu lembut dengan mengusap rambut gadisnya.
"Hm?"
"Nikah yu," ajaknya membuat Vella berhasil dibuat bungkam.
***
"Bunda," seru Vella saat dirinya dan Alva sudah sampai di rumah Sonya.
Sonya terdiam mematung di tempat kala Vella memeluknya erat. "I-ini beneran kamu, Vel?"
Vella mengangguk. "Iya Bunda, ini Vella. Maaf ya Vella pergi tanpa pamit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos VS Waketos
Teen FictionMenceritakan seorang gadis yang hidup dengan penuh liku-liku diantara hiruk pikuknya kehidupan. Gadis yang hidup sebatang kara itu tengah menyandang status sebagai wakil ketua osis di sekolahnya. Dia Vella, Keiza Louvella. Vella tak pernah menyangka...