"Papa!" seru seorang gadis kecil yang kesenangan saat melihat papanya datang untuk menjemputnya.
Papanya itu memang selalu datang menjemputnya, jika bukan papanya, pasti mamanya yang menjemputnya pulang dari TK.
Gadis itu berlarian menghampiri papanya membuat pria berparas tampan itu bersuara.
"Jangan lari sayang, nanti jatuh!" peringatnya.
Benar saja, bertepatan dengan itu anaknya terjatuh karena tersandung batu.
Alih-alih menangis, gadis itu malah melihat lututnya lalu kembali berdiri dan berjalan menuju papanya dengan kaki yang sedikit terseret.
Alva dengan cemas segera menghampiri putrinya lalu berjongkok untuk melihat keadaan lututnya.
"Anna gakpapa, kok," ujarnya dengan pipinya yang menggembung lucu. Alva menatap anaknya gemas. Anna memang bilang bahwa dirinya baik-baik saja. Namun, wajah anaknya itu memerah serta matanya pun berair.
"Sakit sayang, hm?"
Anna menggeleng keras. "Anna gakpapa, Anna kan kuat."
"Ini," ujarnya seraya menunjuk lututnya yang lecet dan mengeluarkan sedikit darah. "Luka kecil doang gak bakal bikin Anna mati."
"Anna!" tegur Alva menatap putrinya tajam seakan tak suka dengan penuturan anak gadisnya itu.
Anna cengengesan. Antara lucu dan takut melihat papanya yang menatapnya tajam seperti itu. Ia menarik ujung jas di tangan papanya berharap papanya berhenti menatapnya tajam.
Seakan tersadar, Alva segera merubah raut wajahnya seperti biasa. Ia kembali menatap Anna teduh lalu mengecup dahi Anna.
"Gak boleh ngomong gitu lagi, Papa gak suka."
Anna mengangguk patuh. "Yaudah, yuk pulang. Anna pengen cepet-cepet ketemu Mama."
"Kangen, hm?"
Anna mengangguk antusias. "Kalo sama papa kangen gak?" tanya Alva dibalas anggukan cepat oleh putrinya.
Anna memeluk Alva dengan erat membuat Alva terkekeh dan membalas pelukan putrinya. "Anna juga kangen sama Papa."
"Tapi kan sekarang mama gak ada di sini gak bisa meluk juga, jadi Anna kangen banget sama mama."
Alva tersenyum hangat. Ia mengurai pelukannya dengan Anna lalu mengacak pelan rambut anaknya.
"Ayo kita pulang, pasti mama udah masakin makanan kesukaan kamu, An."
Anna mengangguk lalu menyengir menampilkan deretan gigi putih dan rapinya. "Ayoo!"
***
"Assalamualaikum, Mama! Anna yang cantik jelita ini kombek!"
"Papa juga kombek," seru Alva menirukan gaya bahasa Anna yang kelewatan buruk akan bahasa Inggrisnya.
"Papa ngikutin mulu dah, itu kan kata-kata Anna. Jangan bilang papa ngeledek Anna karena Anna gak bisa bahasa enggres," ketus Anna dengan tangan yang dilipat di dadanya.
Alva terkekeh geli mendengar perkataan Anna yang terkesan ngambek padahal aslinya begitu menggemaskan. Ingin sekali ia membuang Anna ke sungai Amazon. Tidak-tidak! Ia tidak akan setega itu mengingat perjuangan Vella yang sudah berusaha melahirkan Anna sekuat tenaganya.
Alva merasa heran dengan keadaan rumah yang sangat sepi. Apakah Vella sedang tidak ada di rumah?
Ia bergegas menuju dapur membuat Anna mengikutinya saja.
Sesampainya di dapur, ia terkejut kala melihat Vella yang sudah terkapar lemas di atas lantai.
"VELLA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos VS Waketos
Novela JuvenilMenceritakan seorang gadis yang hidup dengan penuh liku-liku diantara hiruk pikuknya kehidupan. Gadis yang hidup sebatang kara itu tengah menyandang status sebagai wakil ketua osis di sekolahnya. Dia Vella, Keiza Louvella. Vella tak pernah menyangka...