Usai melakukan acara makan, Vella dan Rigel memutuskan untuk bermain PS dengan duduk di karpet berbulu sementara Alva memilih duduk di sofa berusaha mengabaikan mereka dengan memfokuskan dirinya dengan ponselnya. Jujur saja, saat ini dirinya tengah menahan kesal karena Rigel yang terus menempel pada Vella, terlebih lagi Vella menjadi acuh padanya. Entah mengapa hatinya terasa panas.
"Yes! Rigel menang!"
Rigel beralih menatap Vella yang tengah mengerucutkan bibirnya. Bagi siapa saja yang melihatnya, Vella akan terlihat sangat menggemaskan.
"Kakak kenapa cantik banget?" celetuk bocah itu membuat Vella menatap Rigel.
"Rigel kan jadi suka, kakak mau gak jadi pacar Rigel?"
Mendengar hal itu membuat Alva mengeraskan rahangnya. Cukup sudah ia tak tahan lagi dengan kedekatan Vella dengan bocah semprul itu.
"RIGEL!"
Vella dan Rigel tersentak kaget mendengar pekikan itu. Sontak saja keduanya beralih menatap sumber suara.
Dilihatnya Alva yang sejak tadi tengah duduk di sofa kini berjalan menghampiri keduanya lalu menarik lengan Vella agar gadis itu berdiri.
"Dia punya gue, lo masih bocah udah tau pacar-pacaran mau jadi apa lo?!" desis lelaki itu membuat Rigel ketakutan.
Rigel mencebikkan bibirnya, terlebih lagi matanya mulai berair bersiap akan menumpahkan tangisnya saat itu juga. Vella yang melihat itu pun gelagapan dan segera menghentakkan lengan Alva kasar sehingga tautan tangan itu terlepas begitu saja. Setelahnya Vella segera berjongkok seraya memeluk Rigel.
"Jangan nangis dong, tadi bang Alva cuma bercanda."
Alva yang melihat itu semakin dibuat naik pitam. Ia memilih mengalihkan pandangannya ke sembarang arah seakan tak mau melihat interaksi keduanya.
Seketika tangis Rigel pecah. "Bang Alva jahat, kakak cantik punya Rigel bukan punya Abang."
Mendengar hal itu membuat Alva kembali menatap Rigel tajam. "Dia punya gue!"
Atensi lelaki itu teralihkan pada seorang gadis yang baru saja datang. Namun, ia rasa kini ada yang berbeda dari biasanya.
"Lo ngapain pake lipstik? Mau ngejamet?" sungut Alva membuat Vio yang hendak menaiki anak tangga terpaksa menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya seraya menatap Alva tajam.
Ya, Vio memang memoles lipstik dibibirnya sangat tebal hingga Alva dapat melihatnya dengan jelas.
"Kalo ngomong kagak difilter," ketusnya.
Alva menatap tajam gadis itu. Lelaki itu memilih berjalan menghampiri Vio.
"Hapus," titahnya membuat Vio menggeleng.
"Hapus," tegasnya masih dengan menatap Vio tajam.
Vio tak mengubris ucapan Alva dan memilih membalikkan badannya hendak melangkah pergi. Namun, tangannya terlebih dahulu dicekal oleh Alva.
"Gue bilang hapus ya hapus!" sentaknya membuat Vio menatap Alva tak kalah tajam.
Gadis itu segera menghapus lipstiknya dengan salah satu tangannya sendiri lalu menghentakkan lengan Alva kasar hingga cekalan itu terlepas.
Setelahnya ia memilih pergi dari hadapan Alva berlalu menuju kamarnya. Vella dan Rigel sempat terkejut kala mendengar pintu yang ditutup kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
Alva menghela nafas berat dan berusaha mengontrol emosinya.
Rigel melepas pelukannya dengan Vella dan memilih berlari menghampiri Alva lalu menarik ujung baju lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos VS Waketos
Teen FictionMenceritakan seorang gadis yang hidup dengan penuh liku-liku diantara hiruk pikuknya kehidupan. Gadis yang hidup sebatang kara itu tengah menyandang status sebagai wakil ketua osis di sekolahnya. Dia Vella, Keiza Louvella. Vella tak pernah menyangka...