Awal

23.5K 628 94
                                    

Seorang pria tengah asik bermain game diponselnya. Namun, sayangnya hal itu tak berlangsung lama karena salah satu ponakannya selalu saja mengganggunya membuatnya terus dibuat kesal setengah mati.

Ingin sekali ia mencabik-cabik wajah bocah lelaki itu. Namun, ia masih mempunyai hati karena bocah itu adalah ponakannya sendiri.

"Bang, ayo main!"

Pria berwajah tampan yang memiliki mata tajam setajam elang itu berdecak sebal. "Main sama kakak kamu aja, Abang lagi asik main juga. Ganggu."

Bocah lelaki itu mencebikkan bibirnya bersiap akan menumpahkan tangisnya sekarang juga. Melihat itu membuat pria itu gelagapan lalu mengenggam lengan bocah itu. Pria itu adalah Alvaizi Athar Louis, sang ketua osis berparas tampan memiliki mata elang yang sangat tajam hingga menghunus membuat siapa saja yang melihatnya akan bergidik ngeri. Pasalnya, tatapannya sungguh terasa mencekam dan sangat menyeramkan. Pria yang kerap dipanggil Alva itu harus menjalankan amanahnya dari tantenya untuk mengurus kedua ponakannya karena kedua orang tua mereka harus mengurus bisnis di luar negeri yang sedang ada kendala.

Bagaimana dengan orang tua Alva? Bundanya kini tengah bekerja di kantor, sedangkan ayahnya sudah meninggal sejak ia masih berumur 7 tahun.

Alva berdecak kesal kala melihat gadis yang kini menduduki bangku SMP itu malah asik bermain ponsel sedangkan dirinya harus mengurus bocah lelaki yang sangat menyebalkan. Namun itu tak menutup kemungkinan bahwa ia sangat menyayangi mereka.

"Gimana kalo kita ke luar?" tanya Alva seraya berjongkok menyamakan tingginya dengan bocah lelaki itu.

Anak lelaki yang diketahui bernama Rigel itu nampak berfikir. "Ide bagus."

Bertepatan dengan itu senyuman tipis terbit dari bibir Alva. Dengan cepat Alva berdiri dan berlalu pergi dengan tangan yang menggenggam lengan Rigel.

Gadis cantik yang diketahui bernama Vio yang notabenya kakak dari Rigel itu memandang kepergian keduanya sekilas dan kembali memainkan ponselnya. Gadis itu tipikal orang yang memiliki sikap dingin. Bagi Alva gadis itu sangatlah menyebalkan.

***

Alva menghabiskan waktunya seharian di taman bersama ponakannya, siapa lagi jika bukan Rigel. Jika ia mengajak Vio pun percuma karena gadis itu akan bersikap acuh tak acuh.

Berhubung ini hari Minggu, ia jadi lebih banyak waktu bermain dengan ponakannya itu. Setiap dirinya pergi ke sekolah, Rigel bermain bersama teman-temannya sama halnya dengan Vio yang bermain dengan teman sekolahnya atau biasanya gadis itu berdiam diri di rumah.

Setelah puas bermain dengan Rigel di taman, Alva mengajak Rigel untuk pulang. Berhubung sejak awal Alva tidak membawa motornya, terpaksa mereka harus pulang degan berjalan kaki.

"Gimana kalo kita balapan?" tawar Rigel membuat Alva mengernyitkan dahinya heran.

"Balapan?"

Rigel tersenyum aneh membuat Alva menatap bocah itu dengan tatapan tak terbaca.

Tanpa di duga, Rigel lari terlebih dahulu meninggalkan Alva yang menatap lelaki itu cengo. Bagaimana bisa bocah lelaki itu berlaku curang?

Tanpa mau berlama-lama di sana, ia segera berlari menyusul Rigel.

Bocah itu berlari dan hendak menyebrang jalan hingga tak memperhatikan sekitar membuatmya tak sadar jika ada mobil hitam melaju sangat kencang ke arahnya.

Alva terdiam mematung di tempat kala mobil hitam melaju kencang ke arah Rigel.

"RIGEL!"

Dengan cepat Alva berlari untuk menyelamatkan Rigel. Namun, seseorang terlebih dahulu menyelamatkan bocah itu membuatnya bisa bernafas lega.

Jantungnya berdebar tak karuan. Ia takut jika Rigel benar-benar tertabrak oleh mobil hitam itu.

Tubuh Rigel berada di atas seorang gadis yang barusan menyelamatkannya. Gadis itu segera membangunkan Rigel lalu mengecek kondisi bocah itu.

"Kamu gakpapa kan? Ada yang sakit?"

Bocah itu menggeleng lalu atensinya teralihkan pada luka di lutut gadis cantik itu. Matanya pun mulai berkaca-kaca membuat gadis itu gelagapan.

"Ada yang sakit, ya?"

Bocah itu menggeleng lalu menunjukkan jarinya pada lutut gadis itu yang terluka.

"Lutut kakak luka," lirihnya membuat gadis itu menunduk melihat lututnya, dan ternyata benar, lututnya terluka hingga mengeluarkan darah.

Gadis itu tersenyum tipis pada Rigel. "Kakak gakpapa, ini cuma luka kecil, bentar lagi sembuh."

"Rigel!"

Grep

"Kamu gakpapa kan?" tanya Alva merasa khawatir.

Rigel mengangguk pelan.

Alva menatap bocah itu kesal. "Dasar ceroboh."

Pandangan lelaki itu teralihkan pada seorang gadis berparas cantik yang barusan menolong Rigel.

"Lo?"

Gadis yang semula menatap lututnya yang terluka pun sontak beralih menatap seorang pria yang menurutnya tak asing.

"Lo?"

Alva bedehem pelan. Ternyata yang menyelamatkan Rigel adalah wakil ketua osis di sekolahnya. Orang yang menjadi partnernya. "Thank's."

Seorang gadis yang diketahui bernama Keiza Louvella itu mengangguk.

Netra lelaki itu teralihkan pada lutut Vella yang terluka. Ia meringis pelan. "Lutut lo luka."

Gadis yang kerap dipanggil Kei/Vella itu tersenyum kikuk. "Gakpapa, ini luka kecil doang."

Gadis itu menatap jam ditangannya. Matanya membulat kala melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. "Gue cabut dulu, ya."

Vella beralih menatap Rigel. "Kakak pergi dulu, ya."

Tangannya terangkat untuk mengacak pelan puncuk kepala Rigel. "Lain kali hati-hati."

Rigel tersenyum lalu mengangguk. "Dadah kakak cantik."

Vella berdiri lalu berjalan mundur seraya melambaikan tangan ke arah Rigel. Setelahnya, gadis itu membalikkan badannya ke depan lalu berlari menjauh dari sana.

Alva menatap kepergian gadis itu dengan pandangan yang sulit di artikan.


Allo-!!
Balik lagi di cerita ku yang baru..
Semoga suka ya wkwk

Voment please?

See you next part!

Ketos VS WaketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang