CHAPTER 20

6.6K 235 59
                                    

Vella menggeliat kecil kala tidurnya merasa terusik oleh sinar matahari yang mulai menelusup masuk ke dalam kamar melalui celah jendela kamar.

"Enghh..." lenguhnya.

Gadis itu mulai membuka matanya perlahan dengan berusaha menyesuaikan pengelihatannya.

Ia menatap jam beker yang menunjukan pukul 07.46 itu artinya ia terlambat masuk sekolah.

Vella membulatkan matanya kaget. "Aishh!"

Gadis itu segera turun dari kasur lalu berlari menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

Dilain tempat tepatnya di dapur, kini Alva tengah memasak nasi goreng untuk sarapannya dengan Vella.

Setelah nasi goreng jadi, ia segera menyajikannya di piring dan menatanya dengan rapi. Setelahnya, barulah ia menaruhnya di meja makan.

Ia memilih berlalu dari sana hendak membangunkan Vella yang sepertinya masih tertidur.

Dibukanya pintu kamar Vella olehnya. Namun, netranya sama sekali tak melihat keberadaan Vella. Sedetik kemudian ia tak sengaja mendengar gemercik air keran, mungkin saja Vella sedang mandi. Ia menunggu seraya duduk di pinggiran kasur.

Tak berselang lama, pintu kamar mandi pun terbuka menampakkan Vella yang tubuhnya hanya berbalut dengan handuk. Alva meneguk salivannya susah payah kala melihat bahu gadis itu yang sangat mulus. Ia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain hingga dengan refleks lelaki itu berdiri dari duduknya.

Vella pun sempat terkejut kala melihat Alva yang berada di kamarnya. Ia malu karena ia keluar hanya berbalut dengan handuk. Pasalnya, ia memang jarang sekali memakai pakaian di dalam kamar mandi dan sudah menjadi kebiasaannya menganti pakaiannya di kamar bukan di dalam kamar mandi.

Alva berdehem untuk menutupi kegugupannya. Semoga saja Vella tak melihat wajahnya yang memerah. "G-gue tunggu di depan. Udah gue bikinin nasi goreng."

"Gak usah sekolah, udah gue izinin."

Setelah mengatakan hal itu, Alva segera mengacir keluar kamar meninggalkan Vella yang masih terdiam dengan pipi yang merona menahan malu.

Alva masuk ke dalam kamar mandi dekat dapurnya. Ia meruntuki dirinya sendiri karena memilih menunggu di dalam kamar gadis itu.

"Arghh! Gila lo, Al!"

"Lama-lama gue bisa gila karena lo, Vel."

Alva meneguk salivannya susah payah. Jantungnya kini berdegup sangat kencang dari biasanya. Ia teringat akan tubuh Vella yang bak model guitar spanyol, terlebih lagi bahunya yang putih nan mulus serta leher jenjangnya yang arghh! Sial! Ia menepis pikiran buruknya yang sudah kemana-mana.

Ia berusaha mati-matian menahan hasratnya. Alva juga lelaki normal yang penuh dengan nafsu. Jujur saja, tubuh Vella barusan sangat menggoda iman.

Beruntung dirinya cepat keluar dari kamar Vella. Jika tidak, sudah habis Vella dimakannya.

Ia menatap wajahnya di cermin. Perlahan Alva menata rambutnya dengan gaya yang beda. Sedetik kemudian lelaki itu kembali mengacak rambutnya frustasi.

"Anjing! Apaan si lo, Al."

"Jelek nyet jelek!"

"Gak jadi ketemu Vella, dah."

Alva memilih keluar dari kamar mandi dengan mengendap-endap. Ia tak mau jika Vella melihatnya dengan keadaan wajahnya yang jelek ini. Ia memilih menghindar dari pada harus bertemu dengan Vella. Ia malu, sungguh.

Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil jaket. Setelahnya, lelaki itu bergegas keluar kamar dan berlalu dari apartemennya. Niatnya hari ini ia akan berduaan dengan Vella. Bahkan, dirinya sengaja tidak menemani Vella yang sangat kebo hingga terlambat pergi ke sekolah. Namun, ia mengurungkannya niatnya karena malu karena insiden barusan.

Ketos VS WaketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang