Alva memandangi wajah teduh milik gadisnya. Ia tak pernah bosan memandangi wajah cantik milik gadisnya.
"Mimpi indah, sayang."
Cup
Dikecupnya kening gadis itu olehnya. Entah mengapa ia sangat nyaman berada di dekat Vella. Rasanya ia ingin selalu berada di dekat gadisnya itu.
Setelahnya, ia segera beranjak dari sana berlalu ke luar rumah lalu menaiki motor besarnya. Ia pun segera menjalankan motornya menjauhi pekarangan rumah Vella.
Sesampainya di rumah, ia berjalan menuju kamarnya. Namun, netranya tak sengaja menangkap sosok bundanya yang tengah menonton televisi. Hal itu membuat senyumnya terbit.
Ia berjalan menghampiri bundanya lalu memeluk leher wanita itu dari belakang. Hal itu membuat Sonya tersentak kaget.
"Kamu ini, kebiasaan," ujarnya seraya terkekeh.
Alva terkekeh pelan. Ia memilih duduk di sofa tepat di samping bundanya.
"Bunda tau gak?"
"Nggak lah," sela Sonya.
Alva kembali terkekeh. "Ini mau Alva kasih tau."
"Apa emang?"
"Alva suka sama cewek," ujarnya seraya cekikikan.
Sonya membulatkan matanya tak percaya. "Demi apa kamu suka cewek?"
"Dikira bunda kamu sukanya batangan," ujar Sonya dengan nada yang bercanda.
"Bunda," dengus Alva membuat Sonya terkekeh geli.
"Berjanda, sayang."
"Siapa ceweknya? Pasti cantik, ya?"
Seketika semburat merah menjalar di telinganya. "Bunda tau aja."
Sonya terbahak-bahak kala melihat anaknya yang tersipu malu. "Kamu lucu deh, pengen jual aja rasanya."
"Bunda..." rengeknya membuat Sonya semakin melepas tawanya karena gemas.
Alva mencebikkan bibirnya kesal kala melihat bundanya yang masih saja tertawa. Melihat itu membuat Sonya segera meredakan tawanya.
"Kapan-kapan kenalin ya sama, Bunda."
"Bunda pengen liat calon mantu." Sonya meraih gelas yang berisi teh itu lalu meneguknya.
Alva mengangguk antusias. "Kita juga udah pacaran."
Byur
Uhuk.. uhuk...
Dengan refleks Sonya menyemburkan teh dari dalam mulutnya ke depan kala mendengar penuturan dari anaknya.
Alva menatap bundanya jengah. "Pelan-pelan dong, Bun."
Sonya menatap anaknya tak percaya. "Kamu serius?"
Alva tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Kenapa gak bilang?"
"Kan baru official, Bunda ..."
Sonya mangut-mangut. "Gitu, ya."
"Bunda jadi gak sabar pengen liat pacar kamu."
"Apalagi aku gak sabar pengen nikahin dia," gumamnya. Namun, masih didengar oleh Sonya.
"Sekalian kasih Bunda cucu banyak-banyak, ya?"
Alva mengerjapkan matanya. "Nanti kasian dong kecapean."
"Kan gak satu hari sekali juga, kamu pinter-pinter tapi belegug, ya," ujarnya Sonya seraya terkekeh miris.
Alva berdecak sebal. "Alva pinter gak belegug."
"Iya deh, si paling pinter."
Alva tersenyum kemenangan.
"Dia juga wakil ketua osis, dia suka bareng sama Al, Alva suka," ujar lelaki itu seraya cekikikan.
Sonya terkekeh geli akan tingkah anaknya. "Baru kali ini Bunda liat kamu segitunya suka sama cewek."
"Bagus deh, tapi jangan mainin perasaan dia, ya."
Alva mengangguk. "Alva gak gitu kali, Bun."
Sonya terdiam sejenak. "Kalo sampe iya, bunda bakal kecewa banget sama kamu, Al."
Alva tersenyum meyakinkan bundanya. "Gak akan bunda."
"Alva aja sayang banget sama dia, bahkan Alva gak sanggup kehilangan dia."
"Bunda tau kan, dia cinta pertamanya Al."
"Alva gak pernah suka sama cewek lain selain dia yang berhasil bikin Alva tertarik."
Sonya tersenyum hangat. Tangannya terangkat untuk mengelus rambut anaknya sayang. "Iya sayang, bunda percaya."
Sedetik kemudian wajah lelaki itu berubah menjadi murung. "Tapi Alva sedih karena dia tinggal sendiri, Bunda."
"Kalo aja kita nikah, pasti dia gak bakal kesepian."
"Maksud kamu dia udah gak punya siapa-siapa?" tanya Sonya dengan serius.
Alva mengangguk. "Iya, orang tuanya meninggal waktu dia kecil, terus neneknya yang sedari kecil ngurus dia juga nyusul mereka sampe dia sekarang tinggal sendiri."
Sonya tersentuh mendengarnya. Ia merasa iba dengan gadis yang disukai oleh anaknya itu.
"Namanya siapa, emang?"
Alva mengerucutkan bibirnya. "Kepo nih, Bunda."
Sonya menatap anaknya jengah. "Biarin, dia kan calon menantu Bunda. Masa Bunda gak boleh tau namanya."
"Bukan gitu, Bunda. Nanti aja kenalannya pas ketemu dia."
Sonya mengangguk paham. "Yaudah deh."
•
•TBC
Voment please?
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos VS Waketos
Teen FictionMenceritakan seorang gadis yang hidup dengan penuh liku-liku diantara hiruk pikuknya kehidupan. Gadis yang hidup sebatang kara itu tengah menyandang status sebagai wakil ketua osis di sekolahnya. Dia Vella, Keiza Louvella. Vella tak pernah menyangka...