CHAPTER 09

7K 309 52
                                    

Besok acara pensi akan segera dilaksanakan. Bahkan, Alva dan sebagian osis rela menginap di sekolah hanya untuk mempersiapkan segala keperluan untuk acara pensi.

Kini Alva memilih mengumpulkan semua anggotanya baik yang semalam menginap maupun yang baru saja datang.

Vella berlarian menghampiri Alva dengan tergesa-gesa. Alva yang melihat itu pun berdecak sebal.

"Jangan lari Vella, nanti jatuh."

Bruk

Baru saja diperingatkan, dan sekarang gadis itu malah terjatuh dengan lutut yang tergores.

Alva menghela nafas berat dan segera berjalan menghampiri Vella.

Lelaki itu berjongkok untuk mengecek lutut Vella. Ternyata lututnya terluka dengan darah segar yang mengalir tak begitu deras.

"Ceroboh," desis Alva membuat Vella menunduk seakan tak berani menatap Alva.

Sedetik kemudian Vella terkejut hingga memejamkan matanya kala merasa tubuhnya melayang di udara karena Alva yang menggendongnya ala bridal style. Dengan refleks ia melingkarkan tangannya di leher lelaki itu.

Alva hanya bergeming di tempat. Lelaki itu menatap ke bawah tepat di mana Vella berada di dalam gendongannya. Ia gemas sendiri dengan Vella yang memejamkan matanya.

Sebagian anggota osis menatap pemandangan itu dengan iri ada juga yang terkagum-kagum dengan keduanya yang terlihat serasi.

Vella yang tersadar pun terkejut kala Alva yang menggendongnya. Dengan cepat kakinya menendang angin ia menggeliat meminta dilepaskan. Namun, Alva seakan tak mau menurunkannya.

Seketika wajah Alva berubah menjadi datar. "Lutut lo sakit, jangan banyak tingkah."

Setelahnya lelaki itu segera membawa Vella ke UKS.

Sesampainya di UKS, ia segera merebahkan tubuh gadis itu di atas brankar. Vella hanya mengamati Alva yang terlihat tengah mengetikkan sesuatu di keyboardnya.

Perihal anggota osis yang sudah kumpul sebagian, lelaki itu mengundur sebentar karena harus mengobati Vella terlebih dahulu.

Setelah mengetikkan pesan pada grup osis, Alva segera mengambil kotak p3k.

Setelah dapat, ia segera duduk di kursi, dan mulai membuka kotak obat tersebut lalu mengambil betadine dengan kapas, kemudian ia mulai mengobati lutut Vella dengan telaten.

Saat Alva tengah mengobati lututnya, Vella hanya mengamati wajah Alva. Pahatan wajah lelaki itu sangat sempurna, terlebih lagi rahang tegas milik Alva membuat pesonanya semakin bertambah. Pantas saja para murid di sekolahnya sangat-sangat menyukai Alva, terlebih lagi kaum hawa.

Lelaki itu tidak hanya tampan. Namun, lelaki itu sangat pandai mengira-ngira sesuatu juga bisa mengolah sesuatu dengan teliti. Intinya lelaki itu pintar juga pandai, sama seperti Vella.

"Makannya jangan ceroboh," desis lelaki itu masih dengan raut wajah datar.

Ucapan Alva membuat Vella tersadar dan segera menunduk.

"Maaf," cicitnya.

Alva mendengkus kesal. "Lo minta maaf pun tetep aja ceroboh lo udah mendarah daging," sungutnya.

Vella semakin menundukkan kepalanya dalam. Mengapa Alva berubah menjadi galak? Padahal ia sangat suka sekali dengan Alva yang sangat baik padanya. Bahkan, perlakuannya membuat hatinya luluh.

Usai mengobati Vella, Alva segera berdiri dari duduknya hendak menyimpan kotak p3k. Namun, sebuah tangan yang terasa mungil itu mencekal pergelangan tangannya membuatnya mengurungkan niatnya dan segera berbalik menatap Vella.

Ketos VS WaketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang