pipi Azell disedot

8.6K 449 19
                                    

Azzell masuk kelas kan, dia duduk di bangkunya di sebelah jendela dan langsung ngeluarin manga SPY X Familly yang ia beli mahal-mahal minggu kemarin. Ia tertawa gemas, seketika ia menginginkan seorang adik kecil yang kawaii seperti Anya. Ah, indahnya dunia bila itu terjadi.

"Zell," panggil seorang gadis bernama Rayna yang baru Azell sadari sudah duduk di sebelahnya.

"Males banget, ah sama Azell, anime mulu yang diurusin," gerutu Rayna yang kini enggan memandang Azell.

"Iya maaf, ya, habisnya 'kan Rayna diem aja dari tadi." Dengan wajah yang masih kesal, Rayna menatap Azell dengan cepat.

"Tutup dulu komiknya, nanti Ray maafin." Azell menurut, mereka berjabat tangan sambil tersenyum.

Dan percayalah, mereka melakukan hal ini setiap pagi.

Bodohnya.

.
.
.

"Zell, tau nggak? Kenapa gue suka nggak bisa tidur pas malem?"

"Nggak tau, emang kenapa?"

"Karena, tiap mau tidur tuh kadang gue suka mikir misalnya gini 'racun kalo udah kadaluarsa makin beracun apa racunnya ilang?'"

Azell terdiam, seketika ikut memikirkan perkataan Rayna. Ini posisinya mereka sedang duduk di kursi panjang sebelah kelasnya yang menghadap langsung ke taman, anginnya adem walau ada aroma tai kucingnya dikit.

"Tapi Ray, kamu tau Laut Mati?"

Rayna mengangguk, "tau."

"Itu kak Rangga yang bunuh."

"Kata siapa?"

"Kata kak Rangga." Azell kembali menggingit roti cokelatnya seolah tak terjadi apa-apa.

Mungkin kalo diliat dari kejauhan, dua orang ini seperti sedang membicarakan hiruk pikuk di bumi, tapi pada kenyataannya jika di dengarkan dengan seksama, obrolan mereka ini hanya akan membuat orang berkata anjing dalam bahasa jawa.

"Yaudah Ray, Azell pulang dulu. Kak Dhito udah nunggu nih, di depan. Dadah~"

Rayna mengangguk saja sambil membalas lambaian tangan sahabatnya itu. Dia berpikir, apa karena Azell sering bergaul dengan Rangga, Azell jadi tertular virus absurdnya? Tak bisa dibiarkan.

Sedangkan Azell yang tadinya berlari kecil keluar dari gedung sekolahnya, kini berhenti tepat di tengah gerbang dan di sebelahnya ada Bara yang duduk di atas motor besarnya.

"Udah dijemput kak Dhito?" Azell  mengangguk, lalu kembali berlari menuju mobil putih yang tak lain adalah mobilnya Dhito. Azell tak bisa berada di dekat Bara lama-lama, itu menakutkan.

Dan Bara hanya tertawa pelan di balik helm full face nya lalu kembali menjalankan motor. Adiknya ini menggemaskan sekali, mana larinya mirip penguin lagi. Jadi pengen gigit.

Di dalam mobil, Azell ditatap bingung oleh Dhito.

"Kenapa lari-lari, sih?"

"Ada kak Bara tadi," jawab pemuda manis itu sembari mengatur napas. Dhito menjalankan mobilnya dengan alis yang terangkat bingung.

"Masa sama kak Bara takut, emangnya dia gigit?" Dhito lanjut tertawa sambil geleng-geleng.

Dengan muka polosnya Azell mengangguk cepat, "iya, kak Bara tukang gigit. Pipi Azell aja suka di gigit sama dia."

Mendengar penuturan adiknya, Dhito dibuat makin tertawa.

"Itu karena Azell emang gemesin. Liat, tuh, pipinya meluber gitu kaya mochi." Dhito mencubit pipi adiknya dengan gemas sebelum akhirnya Azell menepis tangannya dengan kesal.

CRAZY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang