Can I (?)

1K 52 19
                                    









Jam kosong. Seperti surga bagi semua murid di seluruh dunia. Dan kelas ramai terlalu mutlak terjadi saat ini, tudak ada lagi yang duduk dibangku masing-masing, semua bergerombol dengan lingkaran pertemanan kecil yang mereka buat. Menggibah, saling melempar lelucon sampai tawa mereka terbahak-bahak. Sedangkan Azell yang belum punya teman, hanya bisa diam memperhatikan. Seketika rasa rindunya pada Rayna kembali menghampiri.

Mungkin saja jika ada dia, sekarang ini pasti mereka sedang duduk didepan kelas memandang taman beserta aroma tai kucing yang lebih sedap daripada stella jeruk. Pikirannya kembali kalut, kejadian-kejadian tidak mengenakan yang akhirnya membuat ia pindah kembali berputar dan sampai baru menyadari jika ada Nathan yang sedang merangkulnya tiba-tiba.

"Main yuk, Zell," ajaknya dengan sok akrab sok dekat.

"Azell mager, Nat". Anak itu menguap kemudian, tapi Nathan seolah abai.

"Oke gue anggep lo mau. Bentar." Rangkulan itu terlepas, Nathan kembali ke bangkunya menghampiri Riki.

"Ayo,"

Riki mengangkat sebelah alisnya, "ayo apa? Rencana awal kita ngga gini, ya, Nat," jawabnya dengan nada kesal. Nathan nampaknya mencoba untuk menenangkan diri.

"Gue mau bantuin sepupu gue. Dia temen baik Azell, Rik, gue cuma mau ketemuin mereka karena mereka udah pisah lama. Ayolah."

"Lo lupa balas dendam lo sama Bara? Rencana kita mau ngebully Azell habis-habisan lo lupain demi sepupu lo?"

"Udah lah, Rik, itu kan masa lalu. Bara juga udah biasa aja ke kita, ikhlasin, ya?"

"Salah ya, Nat, gue percaya
sama lo."

Napas Riki memburu, terlihat sekali sedang meredam emosinya. Riki merasa kecewa, merasa jika Nathan menghianatinya. Dulu saat SMP Bara membullynya sampai ia harus pindah sekolah. Riki akui dia tidak punya power untuk membalas Bara, maka ia berpikir untuk melakukan itu pada Azell yang kebetulan dipertemukan dengannya. Tapi semua hanya rencana, nyatanya Nathan berubah haluan sekarang.

"Oke, gue tetep pergi sama Azell." Nathan pergi setelah menepuk pundak Riki.

Pemuda itu menatap kepergian mereka dengan perasaan marah. Maka ia segera bangkit, berjalan cepat menuju ruang guru menemui wali kelasnya.

"Bu."

"Loh, Riki? Mimpi apa kamu ke ruang guru?" Perempuan setengah baya ber name tag Yulian itu tertawa kecil. Sebenarnya guru-guru sedang sibuk saat ini, diberi waktu 15 menit untuk istirahat sebelum rapat kedua dilakukan.

"Itu ngga penting Bu. Sekarang Nathan sama anak baru yang namanya Azell lagi bolos."

Yulian tampak terkejut dengan penuturan Riki. "Azell? Masa sih? Bukannya Nathan selalunya sama kamu, ya?"

"Ngga, Bu. Saya udah tobat makannya sekarang Nathan ngajak Azell."

Yulian menghela napas, ditengah waktunya yang mencekik ini kenapa ada saja yang menghambat.

"Ibu bakal hubungin keluarga Azell sama Nathan biar mereka sendiri yang jemput. Kamu tau sekarang Nathan dimana?"

"Paling Nathan kalo bolos di warung belakang sekolah."

"Yaudah makasih ya, Rik, nanti tolong bilangin anak-anak suruh ngerjain soal-soal LKS aja biar ngga ribut."

"Siap, Bu!" Dengan hati sumringah, Riki kembali ke kelas sembari menyanyikan lagu munaroh.

Sedangkan Nathan dan Azell yang baru saja sampai dibelakang sekolah setelah berhasil melompati tembok yang tingginya sama seperti tinggi Azell itu berdiri di depan warung kecil. Anginnya sejuk, tapi puntung rokok dimana-mana, tempat minum kaleng bekas juga berserakan. Sangat tidak sopan dipandang mata.

CRAZY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang