kamu nanya? kamu nanya ini judulnya apa?

1.3K 119 22
                                    








Azell sebenarnya tidak tau ini benar atau salah saat dirinya mengiyakan saja permintaan Saga untuk ke rumahnya, meninggalkan sekolah saat bahkan dia baru sampai di sana.

Dan sekarang ia sedikit khawatir. Bukan tentang acara membolos ini, namun saat kini ia berdiri di depan pintu kamar Bara yang terkunci. Di sampingnya ada Saga yang kini berusaha menendang pintu di depannya setelah ia ketuk beberapa kali tapi tak ada jawaban apapun dari dalam. Pikirannya mulai melayang kemana-mana, apakah Bara pingsan?

"Kak...." Azell ingin menghentikan Saga, namun ia sedikit takut melihat wajah serius yang jarang diperlihatkan pria itu. Jadi ia memilih menggigit jari telunjuknya dengan harap-harap cemas. Ia berdoa agar pintunya bisa terbuka dan Dhito tidak datang tiba-tiba. Walaupun Azell tak tau alasan Saga melakukan ini, tapi firasat Azell mengatakan kalau ini situasi gawat darurat.

"Kamu diem dulu, ya. Sini." Anak itu pasrah saja ketika lengannya ditarik untuk menjauh dari depan pintu; memberikan ruang yang lebih leluasa untuk Saga mendobrak pintu.

Saga berjalan dua langkah menjauh dari pintu untuk mengambil ancang-ancang, kemudian ia tabrakan tubuhnya sendiri sampai akhirnya pintu itu terbuka. Ia menghela napas lega sekaligus lelah. Ia menoleh pada Azell, menganggukkan kepalanya dengan mantap lalu mereka berdua masuk ke dalam.

Sambil mengatur napas akibat kelelahan mendobrak pintu berkali-kali, Saga dibuat emosi untuk beberapa saat karena di depannya saat ini ialah Bara yang sedang tengkurap sambil memainkan subway di handphone nya. Asu ngga?

Maka tak ada yang bisa Saga lakukan selain melempar anak itu dengan bantal sampai sang empu menoleh dengan kesal.

"Bangke, lo! Gue udah capek-capek dobrak pintu dikira lo mati, anj---"

"AZELL....!?"

Tak pedulikan ocehan Saga, Bara dengan gerakan cepat lompat dari atas kasurnya untuk memeluk Azell dengan erat. Azell yang masih bigung dengan semuanya, hanya pasrah saja saat badannya digoyang ke kanan ke kiri lalu dicium kepalanya beberapa kali oleh Bara.

"Kakak ngga jadi pingsan, ya?" Tanyanya dengan polos.

Bara langsung melepas pelukan mereka. Memandangi wajah lucu adiknya yang sangat dia rindukan.

"Kan Kakak udah bilang; kalo masih ada kamu disekitar Kakak, Kakak bakal baik-baik aja."

Azell berkedip selama tiga kali sebelum mengangguk. Terdengar helaan napas kesal dari Saga yang membuat mereka menoleh seolah bertanya kenapa.

"Udahan, kan? Mau cabut dari sini atau nungguin Kakak lo balik, hah?" Tanya Saga dengan muka betenya kek bayangin aja lo berusaha keras buat nyelametin orang yang ternyata ngga kenapa-kenapa. Fak lah.

Mendengar itu Azell segera mendongak untuk menatap Saga. "kenapa ngga nungguin Kak Dhito? Azell mau minta maaf karna udah bolos tadi, kan."

"Ck. Lama!" Saga tanpa menunggu banyak drama lagi langsung mengangkat Azell seperti karung beras dengan perasaan kesal bercampur gemasnya.

Bara mau protes saat adiknya dibawa pergi, tapi itu hanya akan membuang waktu. Maka ia memilih untuk menyusul mereka.

Dihalaman rumahnya, Azell sudah didudukkan di atas motornya bagian depan oleh Saga yang ikut mendudukkan diri dibelakang Azell kemudian tangannya melambai pada Bara.

"Sini cepet. Kita bonceng tiga," ajaknya.

Bara hendak protes tapi Saga segera memotong saat melihat wajah anak itu sudah nyolot sambil menudingnya pakai jari tengah. "Udah jangan bacot! Panas, nih."

CRAZY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang