Selesai

1.1K 74 9
                                    

Selamat Hari Raya Idul Fitri buat kalian yang merayakan, mohon maaf lahir batin ya🙏 jangan lupa istighfar habis baca part ini!












Seragam Azell raib, disobek Bara di segala bagian. Kini ia hanya memakai celana sekolahnya, duduk di kursi tunggal dengan tangan terikat dibelakang.

Ia ketakutan jujur saja. Di depannya sudah ada Bara dan Nevan yang seolah menatapnya dengan lapar. Sedikit terkejut karena tatapan Nevan saat ini tak pernah ia lihat sebelumnya. Azell hanya berdoa semoga dirinya bernasib baik.

"Gue bisa mulai?" Suara Nevan memecah keheningan, Bara melirik pria di sebelahnya yang sama sekali tak melepas pandangan dari Azell. Untuk kesekian detik, ia menggertak rahangnya dengan marah.

"Lo liat apa, hah?!" Bara menarik kerah Nevan dengan penuh amarah.

"Lo pikir lo mau ngapain Azell, brengsek!"

"Bar--"

Bughh

Bara memukul wajah Nevan beberapa kali sampai anak itu jatuh untuk ditarik rambutnya lalu membenturkan kepala Nevan ke sudut meja tak hanya satu kali hingga darah meluber sampai mengotori tangan Bara sendiri.

Azell menjerit. Itu semua terjadi di depan mata kepalanya dan sangat mengerikan. Bahkan di TV pun ia belum pernah menonton adegan berkelahi atau semacamnya, lah ini? Tolong tanyakan keadaan Azell sekarang.

Nevan sukses babak belur, ia merasakan pening tak karuan dan darah tak hentinya keluar dari kepalanya. Ia pikir itu akan berakhir, namun Bara dengan tiba-tiba melemparnya begitu saja sampai ia terbaring lemah di lantai. Dan tanpa jeda, kaki dengan sepatu abu itu mendarat di wajahnya bertubi-tubi.

"K-kak udahh! Tolong...." Jeritan Azell nampak tak berguna. Ia rasakan perih dipergelangan tangannya karena terus berusaha melepas tali yang mengikatnya.

Sebenarnya juga ia bingung. Azell yang bikin salah kenapa malah Nevan yang dipukulin?

"Dugaan gue selama ini bener, ya, Van, lo itu otaknya ga normal! Tetep bisa sange kalo liat Azell! IYA KAN??!!"

Napas Bara memburu, dadanya naik turun, emosinya tak karuan. Ia marah, pada Nevan yang mengiyakan ajakannya beberapa menit lalu padahal sungguh; Bara hanya bercanda. Dan instingnya selama ini benar jika Nevan menaruh napsu tersendiri pada adiknya.

Seolah dirinya tidak demikian, Bara langsung menghajar Nevan dengan membabi-buta. Seolah dirinya tak pernah onani dengan bayang-bayang adiknya sendiri. Iya, itulah Bara. Selalu membenarkan perilakunya dan menganggap orang lain paling salah bahkan saat melakukan hal yang sama.

"Lo harus inget, ya, Van. Ngga ada yang bisa nyentuh Azell selama gue masih hidup."

Bara meludah disamping wajah Nevan yang kini sudah tak bergerak, merogoh saku celana saudara tirinya itu untuk mencari kunci mobil. Lalu tanpa pikir panjang, anak itu mengangkat tubuh Nevan, memasukannya ke dalam mobil Nevan sendiri yang terparkir di halaman rumahnya, meninggalkannya begitu saja.

Nevan membuka mata perlahan, seluruh tubuhnya seperti mati rasa, ia tak sanggup bergerak. Diambang kesadarannya ini, hanya tersisa bayang-bayang Azell telanjang dada barusan yang sukses membuat sesuatu dibawahnya berdiri tegak sebelum akhirnya ia kembali terpejam.

Di dalam ruangan serba merah ini, pemuda dengan tubuh seputih susu sedang terbaring dengan kedua tangan terikat diatas kepala sedangkan kedua kakinya ditekuk sampai lututnya menyentuh dada lalu mengikatnya diposisi seperti itu; seolah ia diciptakan hanya untuk mengangkang.

Ia menangis dalam diam, sampai satu pria yang sangat ia kenali menghampirinya. Membelai wajahnya, lalu berhenti saat sudah menyentuh belahan bibirnya.

"Bibir ini, sangat ingin Kakak bungkam dengan lumatan memabukkan, ingin sekali Kakak menghangatkan rongga mulut Azell dengan sesuatu yang sekarang sudah bangun setelah liat kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CRAZY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang