bad feeling

3.9K 274 16
                                    

Guys...ngga ada niatan buat follow? Ayo di follow, gratis kok. Bye.


























Kesokan paginya, Azell keluar dari kamar menuju dapur dengan seragam rapihnya. Di sana sudah ada Dhito dan Bara yang sedang sarapan. Tumben banget ngga nungguin Azell, pikirnya.

"Loh, Dek, mau ke mana?" tanya Dhito, Azell menatapnya bingung. Udah pake seragam, pake sepatu, bawa tas, ya jelas mau mabar PUBG lah.

"Mau sekolah, dong, Kak."

"Siapa yang ngijinin kamu?" Bara menimpali. Azell semakin bingung dibuatnya. Apalagi sekarang?

"Ganti baju sekarang."

Mendengar perintah Dhito, anak itu langsung menggeleng ribut, "ngga mau, Kak, Azell mau berangkat."

"Kamu pasti ke sekolah cuma mau ketemu Rangga, kan??" Bara bangkit, menghampiri adiknya yang masih saja berdiri. Ia menatap anaak itu yang akhir-akhir ini seringkali membuatnya marah, terlebih lagi saat bergaul dengan Rangga.

"N-nggak, Azell cum--"

"Ayo cepet ganti baju."

"Tapi--"

Bara dengan tak sabarannya menarik bagian depan seragam Azell secara berlawanan sampai kancing-kancingnya terlepas, memperlihatkan kaos dalam yang Azell kenakan. Anak itu terperanjat, menatap seragam koyaknya dengan wajah tak percaya.

"K-kak, seragam A-azell..." Matanya mulai berkaca-kaca, sungguh hatinya sakit sekali. Padahal Azell hanya ingin sekolah. Apa kakaknya ini tidak berlebihan?

"Apa?? Mau nangis?  Kakak ngga suka, ya, kalo kamu ngebangkang!"

Dhito menghela napasnya menyaksikan kejadian itu, bahkan kini Azell mulai terisak. Dhito tak habis pikir, kenapa Bara sangat mudah terpancing emosi apalagi saat menyangkut Rangga. Lebih tak habis pikir lagi; kenapa Azell mudah sekali menangis.

"Udah. Ngga usah pake cara kasar bisa ngga, sih?" Dhito menggeser tubuh Bara agar tidak terlalu dekat dengan Azell.

"Kakak aja yang terlalu lembek. Azell tuh kalo ngga digituin ngga bakal nurut." Bara mulai berceloteh dengan kesal lalu memilih pergi dari sana, dia mau bolos saja kalau begini. Mood belajarnya hilang entah ke mana.

Sedangkan Dhito langsung menggendong adik bungsunya, tak mau membiarkan anak itu menangis lama. Dan menurunkan si manis di ranjang lalu mengambil pakaian santai dari dalam lemarinya.

"Ganti baju dulu, ya." Azell diam saja saat kakaknya melepas seragam compang-camping dari tubuhnya lalu digantikan dengan kaos oversize berwarna lilac dipadukan dengan celana pendek sepaha.

Mata sembabnya menatap Dhito dengan sendu, "s-seragamnya, k-kak..nanti Azell sekolahnya g-gimana?"

Dhito tersenyum, menghapus jejak air mata Azell lalu mengecup seluruh bagian wajah anak itu.

"Nanti Kakak beliin yang baru, oke? Azell istirahat dulu hari ini di rumah."

"Tapi besok sekolah, kan?"

"Iya~"

Dhito mengusap kepala Azell sebelum pergi dari sana karena dia juga harus berangkat kuliah.

Pintu kamarnya tertutup kembali, lalu ia merebahkan dirinya di ranjang bak Patrick star. Pikirannya tiba-tiba melayang ke mana-mana, bertanya apakah di luar sana ada orang yang diperlakukan sebegini kasarnya. Bahkan Azell hanya ingin berangkat sekolah, Bara sampai tega merusak seragamnya.

Apakah orang lain ada yang hanya boleh keluar rumah untuk sekolah lalu setelahnya benar-benar tidak bisa ke manapun, apakah ada? Azell penasaran, kenapa kedua kakaknya begitu membatasi segala hal yang dia lakukan. Apa benar dunia di luar sana begitu menyeramkan seperti yang kakaknya bilang? Semenyeramkan apa, dan apa yang membuat dunia terlihat seram.

CRAZY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang