firts trouble

6.6K 392 6
                                    


Azell keluar dari mobil Dhito, dengan wajah kesal bercampur malu ia berjalan menuju kelasnya dengan sebelah tangannya terus menutup pipinya yang sial sekali masih sangat merah, mana bentuknya bulat lagi.

Pagi ini Azell benar-benar kesal, apalagi pas liat muka Bara. Kalau aja pipinya semalam ngga disedot sama dia, mungkin Azell nggak akan semalu ini untuk ke sekolah. Masa iya harus dipegangi terus pipinya? Jawab.

"Ngga usah dipegangin terus, itu bahkan keliatan bagus di pipi kamu." Satu suara yang sangat Azell kenal tiba-tiba menyapa. Bara hanya tersenyum miring sembari melewati adiknya begitu saja. Andai Azell punya keberanian yang banyak, dia pasti bakal ngelempar sepatunya biar kena kepala Bara. Iya, hanya andai.

"Ini juga gara-gara kakak, tau!" Mendengar itu Bara segera berbalik, dan Azell melotot kaget karena ternyata kakaknya dengar.

"Mau kakak tambahin di pipi satunya, hm?"

Azell menggeleng, lalu memundurkan kakinya saat Bara maju satu langkah.

"Lepasin tangannya," perintah Bara dengan nada dingin tak mau dibantah. Dengan terpaksa, Azell menurunkan tangan kanannya yang sedari tadi ia gunakan untuk menutupi pipinya.

"Jangan coba-coba ditutupin, atau mau Kakak gigit lagi?"

Azell menggeleng cepat, "n-nggak, maaf.."

Bara tersenyum penuh kemenangan, mengeluarkan tangannya yang sedari tadi dikantongi untuk mengusap kepala adiknya.

"Habis ini langsung ke kelas, jangan ke mana-mana." Setelah mendapat anggukan dari Azell, Bara berbalik badan dan melanjutkan langkahnya kembali.

Belokan di koridor menjadi pemutus pandangan Azell yang sedari tadi memandangi punggung Bara. Helaan napas pun terdengar begitu berat.

"Zell?"

Azell terkejut, reflek memegang dadanya saat tiba-tiba Rangga datang dari arah belakang.

"Kagetan banget sih, Dek. Padahal kan Kakak manggilnya biasa aja."

"Lagian ka--"

"Loh, pipi kamu kenapa??" ujar Rangga terkejut saat mendapati ruam merah keunguan yang berbentuk bulat tak sempurna di bagian tengah pipi gembil Azell. Itu cukup besar dan bakal keliatan banget karena kulit Azell yang terlalu putih.

Matanya berkedip lucu beberapa kali saat tangan besar Rangga menyentuh pipinya.

"N-ngga apa-apa kak, mungkin digigit nyamuk--"

"Kakak ngga bodoh, Zell. Nyamuk ngga segede ini gigitnya!" Kan, jadi kesel sendiri nih. Rangga cuma khawatir, barangkali adik kelas yang sangat ia sayangi ini habis dipukul orang atau gimana.

"Iya, ngamuknya emang gede. Namanya kak Bara," jawab Azell dengan nada kesal juga, ia menyingkirkan tangan Rangga dari wajahnya.

"Maksud kamu?"

Azell berdecak lalu menghentakkan satu kakinya dengan kesal, "ih! Maksudnya tuh, ini pipi Azell begini gara-gara digigit Kak Bara. Kakak ngerti ngga, sih!"

Melihat ekspresi marah Azell yang terkesan lucu itu, Rangga terkekeh gemas setengah mampus. Ngga jadi ikut marah deh.

"Lucu banget, sih, cowo yang paling lucu cuma Azell deh, kayanya."

"Azell ganteng, bukan lucu."

Rangga menggeleng tidak setuju, "Azell lucu, titik. Tau ngga? Saking lucunya, jantung kakak bisa menggila kalo di dekat Azell."

"Yaudah kalo gitu kakak jangan deket-deket Azell!"

"Wah, nanti malah kakak yang gila, Zell."

"Kak Rangga, ih!" Azell menyerang Rangga dengan cubitan-cubitan kecilnya yang bahkan hanya menggelitik bagi Rangga alias ngga berasa apa-apa cuy.

CRAZY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang