done

938 47 4
                                    


Masalah kemarin selesai. Pertengkaran hebat yang akhirnya membuat Bara mendapat beberapa luka di wajahnya, Dhito yang penyabar dan lemah lembut pun tak bisa menahan diri dengan kelakuan anak setengah setan itu. Itu juga penyebab Azell demam tinggi karena menangisi mereka berdua semalaman.

Pagi-pagi sudah rewel, hanya mau digendongan Nevan. Tak mau disentuh Bara, bahkan Dhito sekalipun.

"Sama Kakak dulu ya, Zell, Nevannya mau pipis dulu bentar, ya?" Dhito coba membujuk anak itu sembari merentangkan tangan berharap Azell mau berpindah dalam dekapnnya.

Namun Azell menggeleng, mengeratkan tangannya pada leher Nevan, menyembunyikan wajahnya di sana.

Dhito menghela napas, tiba-tiba Bara menggeser badannya lalu menariki tangan Azell berharap anak itu melepaskan tangannya dari Nevan karena sungguh Bara tidak menyukainya kek shibal sekya bgt asal lo semua tau.

"Ngga mau, Kak, lepas.."

"Ah udahlah, kalo gue kasar ntar gue lagi yang kena," keluh Bara yang akhirnya menyerah. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana boxer yang ia kenakan sambil berjalan menuruni tangga dengan santainya.

"Zell? Nevan capek, loh, gendong kamu terus. Sini sama Kak Dhito."

Azell hanya membalas dengan gelengan kepala. Karena sungguh ia sedang tidak enak badan, jadi malas ngomong. Dan entah kenapa selepas kejadian semalam, Azell jadi malas dengan dua kakaknya itu. Karena entah kenapa jika terjadi kekerasan di depannya, Azell langsung trauma dikit.

"Gapapa, Kak, gue bisa. Kita makan dulu ya, Zell? Azell kan harus minum obat."

Nevan mulai membawa Azell ke dapur, diikuti Dhito dibelakangnya. Padahal, anak itu bahkan dari bangun tidur belum cuci muka, belum boker, belum col--

"Cih, orang tua lo emang selalau kayak gini ya? Gatau caranya komunikasi yang bener?" Itu pertanyaan yang keluar dari mulut Bara sambil menenteng secarik kertas berwarna pink yang tadinya tertempel di meja makan yang sudah terisi dengan berbagai macam lauk. Kertas itu bertulisan 'papa sama mama pergi dulu, jangan lupa sarapan. Akur-akur ya dirumah❤️' kiyut banget kan?

Nevan hanya meliriknya sekilas lalu mengangkat bahunya. "Udah biasa. Gue juga bukan lo yang selalu mempermasalahkan hal kecil kayak gini," jawabnya.

"Kasian amat sih lo."

Tepat setelah Bara menghabiskan kalimatnya barusan, Dhito langsung mencomot mulut adiknya yang lemes itu.

"Hus! Udah ayo makan!"

Mereka akhirnya diam menikmati makannya. Dhito tak fokus karena terus memperhatikan Nevan yang makan sambil memangku Azell lalu menyuapinya walaupun kadang Azell menolak suapannya dengan alasan nasinya kebanyakan lah, sayurnya kebanyakan lah, telornya ketinggalan lah dan itu berakhir dengan Azell yang berkata 'kenyang'

Dhito sedikit kasihan, Nevan pasti sangat-sangat berusaha untuk sabar menghadapi adiknya, terlihat saat anak itu menghela napasnya beberapa kali.

"Udah, Kak." Azell mendorong tangan Nevan yang hendak menyuapinya kan.

"Tapi ini masih banyak, Zell, kamu bahkan baru dua suap."

"Azell kenyang."

"Atau Azell mau sambil nonton tv?"

Anak itu hampir berkata tidak kalau saja ia tak melihat Bara yang menatapnya tajam. Karena masih takut dengan kejadian kemarin, Azell akhirnya mengangguk saja dari pada kenapa-kenapa kan. Soalnya dia juga bukan kucing yang punya 9 nyawa.

"Yaudah Kakak beli obat dulu, ya, bentar." Dhito pamit, Nevan membalas dengan mengacungkan jempolnya sebelum membawa Azell ke ruang tengah.

Saat diturunkan di atas karpet berbulu, Azell langsung mengambil salah satu koleksi puzzle nya yang belum ia pasang.

CRAZY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang