Beberapa karyawan tengah berbaris rapih di aula. Seperti biasa,setiap pagi mereka akan melangsungkan apel pagi. Dan saat itu pula nyali mereka akan diuji.
Suara langkah berat dari arah pintu utama menggema hingga membuat kebisingan yang dilakukan oleh karyawan senyap seketika. Mereka meneguk ludah masing-masing saat mata tajam yang menghunus bak belati menatap mereka satu persatu.
Setelan jas biru tua dengan merk ternama melekat pada tubuhnya yang indah. Wajah datar yang selama ini tidak menampakkan senyuman ramah bintang lima sukses membuat semua orang kembali takut.
Sebuah tongkat kecil yang menjadi senjata utama ikut mengayun seiras dengan goyangan tangannya.
Kakinya berhenti tepat dihadapan semua bawahan. Di belakangnya terdapat beberapa bodyguard yang senantiasa mendampinginya kemana pun dan dimana pun.
"Pukul berapa ini? Aku bahkan sudah tiba satu jam yang lalu namun hanya beberapa orang yang datang.." bibirnya yang tebal dan pedas saat berucap berhasil membuat semua orang bungkam dan bergetar.
Ia memanggil salah satu bawahannya yang bertindak sebagai kepala bagian untuk mendekat.
"Tuan Kim..kau adalah kepala bagian keuangan. Maka dari itu aku menyuruhmu untuk memotong semua gaji pekerja yang datang terlambat hari ini. Araseo?" ucapnya dengan nada dingin.
"Y-ye Sajangnim!" sahut pak Kim dengan tubuh bergetar.
"Baiklah. Kalian boleh pergi dan kembali ke tempat masing-masing!" titahnya pada semua karyawan.
"Ne,sajangnim! Kamsahamnida!" teriak semua karyawan. Tidak lama kemudian mereka berlari tunggang langgang menuju tempat masing-masing.
+++
Disebuah toko bunga kecil, seorang gadis tengah buru-buru memakai heelsnya. Dia berdiri dengan susah payah dengan semua dokumen yang harus dibawanya hari ini.
"Omo! Aku sudah terlambat!" ia memekik ketika melihat jam tangannya. "Eomma! Aku berangkat ke kantor!!" teriaknya pada ibunya yang tengah sibuk memetik bunga.
"Ne! Hati-hati di jalan!" balas ibunya.
Gadis itu yang sudah berpakaian rapih langsung berlari menerjang jalan yang cukup padat itu. Tidak ada waktu baginya untuk memberhentikan bus. Melihat situasi yang tidak memungkinkan, sekiranya dia memang harus mencari jalan alternatif.
"Aish! Sajangnim pasti akan memarahiku!!" dengan susah payah berlari dengan dokumen di tangannya,gadis itu berlari tanpa memperdulikan kakinya yang sudah lecet akibat bergesekan dengan heels.
Hingga ia menemukan sebuah sepeda. Tanpa berlama-lama lagi ia mengambil sepeda itu tanpa tahu siapa pemiliknya.
Mengayuh dengan cairan keringat telah membasahi kemeja kerjanya.
"Hufft! Fighting Nayeon-ah!! Kau harus datang ke kantor jika karirmu ingin bagus!" gadis itu terus menyemangati dirinya sendiri.
Beberapa menit pun berlalu akhirnya ia sampai di sebuah perusahaan nomor satu di Seoul. Ia memarkirkan sepedanya di depan kantor lalu mengambil dokumennya. Kembali ia berlari dengan kencang memasuki area perkantoran yang luas itu.
Sementara itu di tempat lain...
"Dimana sekretaris Im?" pria yang merupakan pemilik sah perusahaan ternama itu menatap penuh intimidasi beberapa karyawan yang ia temui.
"S-s-sekretaris Im?! K-kami belum melihatnya sajangnim! S-sepertinya dia terlambat!" ucap gadis berambut pendek itu dengan gugup.
Pria yang merupakan bos besar itu mengeraskan rahangnya lalu pergi begitu saja tanpa mengucap satu kata pun.
"Astaga! Dimana Nayeon eonni?! Kenapa dia belum datang?! Aku yakin sajangnim pasti akan memarahinya habis-habisan!" gadis berambut pendek tadi menggigit kukunya dengan perasaan yang khawatir akan nasib rekan mereka.
"Sepertinya dia terlambat. Kemarin dia mengeluh padaku karena sajangnim memberikan banyak sekali pekerjaan!" sahut gadis berambut pirang yang juga merupakan rekan Nayeon.
"Semoga saja Nayeon eonni tidak mendapat masalah.." mereka menghela nafas lalu kembali ke tempat masing-masing.
+++
"Sial! Aku terlambat! Aku terlambat!" Nayeon berlari menuju ruangannya namun tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Sekretaris Im.."
Nayeon menggigit bibir bawahnya. Ia jelas mengenali suara itu. Jantungnya yang belum normal akibat berlari, kembali memompa laju saat langkah berat itu mendekatinya. Bisa ia rasakan atmosfir dingin menyelimuti dirinya.
Perlahan Nayeon membalikkan tubuhnya untuk menghadap si pemegang kuasa. Ia menunduk takut saat melihat wajah yang tidak bersahabat dan juga tatapan mematikan dari bosnya yang terkenal galak.
Tamatlah riwayat mu Im Nayeon!
"Kau terlambat 10 menit. Itu artinya,10% gajimu akan dipotong.." ucapnya dengan penuh penegasan hingga membuat Nayeon mendongak terkejut.
"Ne?! T-tapi sajangnim.."
"Jika kau membantah,maka aku akan memotong dua kali lipat.."
Nayeon menghela lemah dengan wajah yang ikut tertekuk masam.
"Oh,ya. Laporan yang kau kerjakan kumpul saja di mejaku.." setelah mengatakan itu,sang bos besar pun pergi meninggalkan Nayeon yang tengah berdumel tidak jelas.
"Dasar! Padahal aku terlambat juga karena kau! Sajangnim iblis tidak bertanduk itu benar-benar kelewatan! Aku begadang demi menyelesaikan laporan ku atas perintahnya! Dan sekarang dia memotong gajiku hanya karena terlambat 10 menit?! Ugh! Aku benar-benar tidak kuat menghadapinya jika terus seperti ini!"
Nayeon melangkah menuju ruangannya dengan lemas.
"Yoo Jeongyeon sialan!" umpatnya dengan nada lesuh.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Is Secretary Im? | 2yeon (END)
FanfictionSetelah kejadian satu malam itu, Nayeon menghilang tanpa jejak membuat Jeongyeon frustasi. Sekretaris pribadinya pergi meninggalkan dirinya di hotel tempat mereka menghabiskan malam.