22. He Changes

622 89 2
                                    

Jeongyeon berdiri memandangi hamparan sungai Han yang malam ini sangat tenang. Sudah lewat dari pukul sepuluh namun ia masih betah berlama-lama disana. Selain menghindari Nayeon,ia juga ingin menenangkan diri dan merehatkan hatinya yang saat ini tengah retak.

Benar kata orang. Cinta akan membuat kita bahagia dan akhirnya membuat kecewa. Selama hidupnya, Jeongyeon baru kali ini merasakan jatuh cinta. Namun ternyata nasib percintaannya tidak semulus yang ia kira.

Padahal ia belum mengungkapkan perasaannya namun ia sudah mendapat penolakan secara tidak langsung.

Ya. Nayeon menyukai Jackson, sahabatnya sendiri. Seharusnya dia sadar akan sikap Nayeon yang lebih condong baik pada Jackson. Dan saat ini ia pun merutuki diri karena terlalu mengekang Nayeon hingga membuat wanita itu tak nyaman dengannya.

"Aku hanya pecundang yang cintanya bertepuk sebelah tangan.." Jeongyeon menertawai dirinya sendiri. Hingga tawa itu hilang digantikan dengan raut wajah dingin.

Jeongyeon adalah tipikal orang yang mudah sakit hati dan sulit untuk diobati. Seperti sekarang. Ia yang mendengar pernyataan Nayeon tadi siang membuatnya memantapkan diri untuk menjauhi wanita itu tanpa berusaha membuatnya jatuh cinta padanya.

Itulah Yoo Jeongyeon. Sekali sakit hati maka ia tidak akan pernah memaafkan orang yang membuatnya seperti itu.

Hingga ponsel Jeongyeon berdering membuat pria itu tersadar. Ia memeriksa siapa yang memanggilnya. Jeongyeon menatap datar layar ponselnya saat melihat nama Nayeon tertera disana.

Jeongyeon memilih mematikan panggilannya sepihak. Ia masih belum siap untuk berbicara dengan wanita itu. Rasa kecewanya teramat besar.

Padahal akhir-akhir ini ia sudah berusaha mengubah diri seperti yang Nayeon inginkan.

Ternyata semua usahanya sia-sia. Bahkan perubahan sikapnya yang semula cuek mendadak manis tak mampu membuat Nayeon meliriknya.

"Aku tidak masalah jika kau menyukai pria lain. Tapi kenapa harus Jackson? Dia sahabat ku!" amarah Jeongyeon semakin besar hingga membuatnya tak dapat berpikir jernih.

Ia memilih pergi dan mencari obat penenang hati yang bisa membuatnya sedikit melupakan Nayeon.

+++

Nayeon mendengus kesal saat Jeongyeon mematikan panggilannya. Ia melirik jam yang sudah lewat dari jadwal pulang Jeongyeon. Mendadak ia khawatir karena tidak biasanya pria itu pulang terlambat. Apalagi si kembar juga sempat mencari ayah mereka.

"Kemana dia?" gumam Nayeon khawatir. Ia melirik kedua buah hatinya yang tertidur di atas sofa karena lelah menunggu Jeongyeon.

"Bibi..bisa bawa anak-anak ke kamar?" pinta Nayeon pada salah satu pelayan.

"Tentu nyonya.." kedua pelayan itu pun menggendong si kembar yang tertidur pulas menuju kamar Jeongyeon.

Nayeon mendesah kasar dan memilih untuk kembali menghubungi Jeongyeon. Sayangnya panggilan itu lagi-lagi tidak terjawab bahkan ponsel Jeongyeon mati.

"Sebenarnya apa yang terjadi?! Tidak biasanya dia mengabaikan panggilan ku!" rutuk Nayeon. Ia terus menunggu Jeongyeon pulang hingga tak sadar ia tidur di sofa.

Waktu sudah memasuki dini hari dan tepat saat itu juga Jeongyeon pulang dengan keadaan berantakan. Matanya memerah dan jalannya sedikit sempoyongan akibat pengaruh alkohol.

Nayeon yang mendengar suara mobil Jeongyeon lantas terbangun dan langsung berlari membukakan Jeongyeon pintu.

"Kau darimana saja?!" tanya Nayeon dengan kesal. Namun bukannya menjawab, Jeongyeon justru melewati Nayeon begitu saja. "Kau?! Kau mabuk ya?!" selidik Nayeon saat mencium bau alkohol di tubuh Jeongyeon.

Where Is Secretary Im? | 2yeon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang