26. Can't Accept

621 80 7
                                    

Guratan lurus yang samar terlihat begitu jelas di keningnya saat suhu sejuk dari AC menusuk permukaan kulit. Belum lagi waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi dimana saat itu suhu memang sedang turun.

Dan lagi,ia merasa tubuhnya sangat pegal dan kurang nyaman saat bersentuhan dengan kulit orang lain. Yoo Jeongyeon, terbangun di pagi buta dengan kepala yang pening.

Ia melenguh pelan dan sedikit demi sedikit membuka mata. Karena posisinya saat ini tengah menindih Nayeon dimana wajahnya tepat di tengah-tengah bulatan empuk milik si wanita.

Masih belum sadar,ia menyandarkan dagunya di dada Nayeon. Penglihatannya masih kabur dan tidak berselang lama akhirnya ia melihat dengan jelas. Sejenak ia terdiam dan bertanya, sebegitu rindukah ia dengan Nayeon bahkan saat ini ia bermimpi tidur dengan wanita itu?

Tapi saat ia menatap dengan teliti barulah ia tersadar bahwa itu bukan mimpi. Jeongyeon terbelalak dan langsung bangkit dari tubuh Nayeon. Jantungnya berdegup kencang melihat keadaan mereka yang hampir telanjang. Apalagi Jeongyeon melihat dengan jelas bukit kembar milik Nayeon yang begitu segar.

"Astaga!!" pekik terkejut. Ia melompat dari sofa sembari menutupi bagian bawahnya yang hanya menggunakan celana dalam saja.

Mendengar pekikan Jeongyeon membuat Nayeon pun ikut terbangun. Wanita itu dengan santai terduduk dengan mata sayu menatap sang pria yang melotot ke arahnya.

"Ng..kau sudah bangun.." lirih Nayeon dengan suara seraknya.

"Yak! P-pakai bajumu!!" Jeongyeon membuang muka saat ia kembali melihat bukit kembar milik Nayeon yang bergantung manja dan seperti memanggilnya untuk disentuh. Sementara si pemilik tak peduli dan justru dengan santai mengambil kemeja Jeongyeon untuk menutupi bagian depannya.

"Jangan berisik. Anak-anak masih tidur.." Nayeon mengucek matanya yang terasa gatal. Saat pikiran dan jiwanya sudah kembali normal, akhirnya ia menatap Jeongyeon dengan senyuman manis.

"Kita akan bicarakan ini nanti!" Jeongyeon dengan cepat berdiri dan hendak ke kamar mandi. Namun karena Bae yang terbangun dan langsung memanggilnya membuat Jeongyeon terhenti.

"Appa..kau sudah pulang?" Bae terduduk di ranjang dengan mata sayu. Ia segera turun dari ranjang dan memeluk kaki Jeongyeon.

"B-bae.." Jeongyeon tertegun melihat Bae yang memeluknya dengan erat dan tak lama terdengar tangisan kecil dari mulutnya. Jeongyeon yang panik langsung berjongkok dan menatap putrinya dengan sendu.

"Hiks..kenapa appa balu pulang? Aku dan Yujin mencalimu sedali tadi malam. Appa kemana saja?" tanya Bae dengan sesegukan.

"Maafkan appa sayang...appa sedang sibuk di kantor. Uljima..appa juga akan sedih jika Bae menangis seperti ini.." Jeongyeon mengusap rambut Bae. Jujur,ia pun merasa bersalah karena beberapa hari ini menghiraukan anak-anaknya.

"Bae..appa.." Yujin yang mendengar kebisingan pun ikut terbangun dan mendekati Jeongyeon dan Bae.

"Appa sudah pulang!" seru Yujin dan langsung memeluk Jeongyeon. Lagi-lagi pria dua anak itu merasa bersalah karena telah membuat si kembar menunggu.

"Maaf karena appa pulang terlambat.." Jeongyeon mencium kening anak-anaknya dengan rasa sesal yang teramat. Sementara itu Nayeon menatap sendu para kesayangannya yang tengah mengobati rindu satu sama lain.

Maaf sayang... seharusnya semalam eomma membangunkan kalian saat appa pulang. Tapi bagaimana ya..eomma juga merindukan appa kalian hingga akhirnya bersenang-senang sendiri. Kekekek!

Nayeon tersenyum geli saat mengingat kejadian semalam yang begitu menyenangkan saat bersama Jeongyeon.

"Hikss..appa kenapa tidak memakai baju dan celana?" Bae yang masih menangis tiba-tiba salah fokus dengan keadaan Jeongyeon yang hampir tidak memakai pakaian.

Where Is Secretary Im? | 2yeon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang