"Orang tua dan kakak perempuan ku akan datang besok. Kau tidak keberatan?"
Nayeon yang sibuk mengikatkan dasi Jeongyeon menghentikan kegiatannya sejenak lalu mendongak menatap sang tunangan.
"Tentu saja. Mereka keluargamu,itu artinya mereka boleh kesini sesuka hati mereka.." Nayeon kembali melanjutkan kegiatannya. Sebenarnya Nayeon begitu gugup. Bagaimana tidak,ini pertama kalinya ia bertemu orang tua Jeongyeon.
Hal wajar bukan ketika seorang calon menantu gugup ketika ingin bertemu dengan calon mertua?
Apakah mereka menyukainya atau tidak. Karena saat ini ia sudah menjadi calon menantu dari keluarga terpandang. Berbagai pikiran buruk mulai berdatangan. Mungkin saja kedua orang tua Jeongyeon tidak setuju karena akan menikahi wanita kalangan bawah seperti dirinya.
Wajah Nayeon berubah lesuh dan Jeongyeon menyadari itu.
"Tenanglah..mereka tidak akan memakanmu.." kekeh Jeongyeon.
"Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku? Aku tidak sekaya dirimu.." Nayeon mendongak dengan mata sayu. Ketidakpercayaan dirinya seketika datang dan itu membuat Nayeon resah.
"Mereka tidak seperti itu. Justru mereka akan senang saat tau aku akan menikah. Orang tuaku pasti akan menerima mu. Terlebih lagi kalau mereka tau kita memiliki anak-anak yang lucu. Kalaupun mereka menolak,aku akan terus bersamamu.." Jeongyeon mengusap lembut pipi Nayeon untuk menenangkan wanita itu.
Dan usapan itu terbukti membuat suasana hati Nayeon menjadi tenang. Ia menyadari bahwa Jeongyeon pun memiliki sisi selembut ini. Hatinya menghangat.
"Hmm.. baiklah aku harus pergi ke kantor.."
"Kau yakin? Tanganmu masih belum sembuh. Sebaiknya kau di rumah.."
"Aku baik-baik saja. Ada urusan penting di kantor dan kau tenang saja karena aku akan cepat pulang.."
"Kalau begitu berhati-hatilah.."
"Tentu.."
Jeongyeon yang baru melangkah kembali mundur dan menghadap Nayeon membuat wanita itu mengernyit kebingungan.
"Aku melupakan sesuatu.." Jeongyeon mendekatkan dirinya dan seketika memberikan kecupan manis di kening Nayeon. "Aku berangkat" setelah itu ia pergi dengan senyuman yang sudah menghiasai wajahnya.
"Ish! Selalu saja main cium seperti itu!" Nayeon menggerutu dengan tangan mengusap keningnya dimana bekas bibir Jeongyeon masih terasa hangat.
+++
Jeongyeon sudah menunggu di bandara untuk menjemput orang tua beserta kakak perempuannya. Sebentar lagi pesawat mereka akan lepas landas.
Beberapa menit menunggu akhirnya Jeongyeon melihat wajah ibunya dari jauh. Senyum tipisnya terlihat apalagi saat melihat ayahnya yang sudah bertahun-tahun pergi meninggalkan dirinya.
Jeongyeon melambai pada ketiga kesayangannya. Rasanya seperti mimpi kala melihat keluarga kecilnya bisa berkumpul lagi.
"Jeongyeon-ah!!" ibu Jeongyeon segera berlari memeluk putra satu-satunya yang teramat ia rindukan. Begitupun dengan sang ayah yang terlihat bahagia melihat Jeongyeon yang sudah berubah menjadi pria dewasa.
"Aw aw! Eomma...appo!" rengek Jeongyeon saat ibunya tiba-tiba saja mencubit telinganya dengan keras.
"Dasar anak nakal! Kau bertunangan tidak memberitahukan kami! Memangnya kau sudah menganggap kami mati?! Jika saja anak suruhanmu tidak memberitahuku, mungkin sampai sekarang kami tidak akan pernah tau bahwa kau sudah bertunangan dan memiliki anak! " kesal ibu Jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Is Secretary Im? | 2yeon (END)
Hayran KurguSetelah kejadian satu malam itu, Nayeon menghilang tanpa jejak membuat Jeongyeon frustasi. Sekretaris pribadinya pergi meninggalkan dirinya di hotel tempat mereka menghabiskan malam.