3 | Tak Bermaksud Mengungkit

1.5K 122 21
                                    

Tio--anak tertua Keluarga Harmoko--menatap ke arah Yvanna yang saat ini tengah mengemasi barang-barangnya sebelum pergi ke rumah Keluarga Adriatma untuk tinggal di sana selama beberapa hari. Ia menatap ke arah Tika--anak kedua Keluarga Harmoko--yang juga sedang melakukan hal serupa dengan Yvanna. Namun, Tika memberi tanda pada Tio untuk langsung saja berbicara pada Yvanna jika memang ada yang ingin dibicarakan.

"Enggak ada jalan lain gitu, selain kamu harus tinggal di rumah Keluarga Adriatma?" tanya Tio pada Yvanna.

"Aris juga sedang sakit saat ini, Kak. Aku takut ada apa-apa yang lebih parah jika tetap mempertahankan Jojo di sini dan membiarkan Bibi Arini serta anak-anaknya yang lain pulang. Masalah kali ini rasanya tidak seringan yang biasa kutangani. Firasatku merujuk pada sesuatu dan untuk membuktikannya, aku memang harus berada di sana," jawab Yvanna.

"Bagaimana dengan di sini? Siapa yang akan menjaga ketentraman di sini jika kamu pergi, Dek?" Tio sedikit terdengar khawatir.

Yvanna pun menghentikan kegiatannya mengemas barang, lalu menoleh dan menatap ke arah Kakak tertuanya. Tika juga ikut berhenti berkemas lalu memperhatikan Tio dan Yvanna.

"Reza sudah cukup kuat, Kak. Dia sama kuatnya seperti aku. Sekarang, dia yang akan memangku tugas itu di tangannya selama aku pergi dari sini bersama Kak Tika, Manda, dan Lili. Kak Tio tenang saja, semua akan baik-baik saja di sini selagi aku pergi. Lagi pula, sudah saatnya bagi Reza untuk menjalankan hal yang akan dipegangnya seumur hidup. Reza dan Kak Tio akan tetap ada di sini meski sudah menikah nanti. Tidak seperti kami para wanita yang akan pergi untuk mengabdi pada Suami yang kami nikahi. Percayakan semuanya pada Reza, aku yakin dia jauh lebih mampu dan sanggup daripada aku yang sudah memangku tugas itu selama hampir seumur hidupku," jawab Yvanna, meyakinkan Kakak tertuanya.

Pada akhirnya Tio hanya bisa pasrah dan menyetujui keputusan Yvanna saat itu. Ia bersama Reza--anak bungsu Keluarga Harmoko--serta kedua orangtua mereka, mengantarkan Yvanna bersama Tika, Manda, dan Lili untuk ikut bersama di mobil milik Keluarga Adriatma.

"Telepon Ayah jika sudah sampai. Sering-seringlah menelepon dan kabari kami mengenai keadaan di sana," pinta Narendra pada Tika.

"Baik, Yah. Insya Allah aku akan selalu mengabarkan pada Ayah mengenai kondisi di sana jika kami sudah tiba," jawab Tika.

"Titip anak-anakku ya, Rin. Anggap saja mereka seperti anak-anakmu sendiri. Insya Allah mereka tidak akan menyusahkanmu," pinta Dokter Larasati sambil memeluk Arini dengan erat.

"Tentu saja, Ra. Aku akan selalu menganggap anak-anakmu seperti anak-anakku sendiri," balas Arini sepenuh hati.

Yvanna kini menatap ke arah Reza yang berdiri tepat di samping pintu mobil milik Keluarga Adriatma. Nania, Naya, dan Ben ikut menatap diam-diam ke arah Reza dan Yvanna saat itu.

"Ambil alih tugasku. Jaga menara dengan baik. Jaga juga Ayah, Ibu, dan Kak Tio. Insya Allah aku akan segera kembali jika masalah Keluarga Adriatma sudah selesai," ujar Yvanna.

"Iya. Tolong Kakak jangan lupa shalat. Sesulit apa pun kondisinya di sana, jangan pernah lupa untuk menghadap kepada Allah. Atas izin-Nya kita memiliki kelebihan seperti ini, maka dari itu kita harus selalu menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah," pesan Reza.

"Insya Allah. Kakak tidak akan pernah lupa untuk shalat di mana pun dan kapan pun itu," balas Yvanna.

Setelah semuanya siap, Yvanna pun masuk ke dalam mobil tersebut dan duduk tepat di samping Jojo yang baru saja dibangunkan dari tidurnya. Tika, Manda, dan Lili duduk di belakang. Sementara di kursi tengah ada Arini dan Nania yang ikut menjaga Jojo. Ben mengemudikan mobil tersebut, ia didampingi oleh Naya yang duduk di kursi depan. Mobil itu berjalan keluar dari menara milik Keluarga Harmoko dan tiba di jalan raya besar menuju kota Garut. Keadaan begitu hening, Jojo telah kembali tertidur setelah Yvanna menepuk-nepuk pelan pundaknya yang sejak tadi ia rangkul. Ben bisa melihatnya dengan jelas dari pantulan kaca spion yang ada di bagian dalam mobil. Membuatnya sedikit ingin lebih tahu banyak hal mengenai Yvanna.

"Jadi yang memiliki kelebihan di dalam Keluarga Harmoko bukan hanya kamu, ya?" tanya Nania tiba-tiba.

Yvanna pun menoleh dan mengangguk setelah bertemu tatap dengan Nania.

"Hanya anak ketiga dan keenam ya berarti?" tanya Arini, ikut ingin tahu.

"Iya, Bibi Arini. Hanya anak ketiga dan keenam saja yang memiliki kelebihan. Itu sudah turun temurun di dalam keluarga kami. Apakah Ibu kami tidak pernah bercerita kepada Bibi Arini sebelumnya?" Yvanna balik bertanya.

"Pernah, Ibumu pernah menceritakannya pada Bibi. Tapi Bibi tidak berpikir bahwa hal itu adalah sesuatu yang benar-benar nyata. Bibi pikir, itu hanya khayalan Ibumu semata saat masih remaja. Tapi saat tahu kalau hal itu bukanlah khayalan semata, Bibi masih sering merasa bingung menghadapinya," jawab Arini dengan jujur.

"Jangan terlalu dipikirkan, Bibi. Kami saja yang nyata-nyata adalah Kakak dan Adik Yvanna serta Reza masih sering bingung jika mereka sudah mulai membahas hal-hal yang ganjil," ujar Manda menengahi.

"Itu benar sekali. Bahkan setelah Yvanna bekerja untuk memecahkan kasus beberapa orang yang berhubungan dengan hal-hal mistis, kami masih juga selalu bingung menghadapi hal tersebut," tambah Tika.

"Kak Tika dan Kak Manda sendiri bekerja di mana sekarang?" tanya Naya dari arah depan.

"Kami Polisi, Dek. Kami bekerja di kantor yang sama kok," jawab Tika.

"Jadi yang bekerja sebagai pemecah kasus mistis hanya Kak Yvanna dan Reza saja ya? Atau, hanya Kak Yvanna yang bekerja sebagai pemecah kasus mistis?" Naya penasaran.

"Hanya aku, Dek. Reza enggak bekerja seperti aku. Aku melarangnya. Karena aku takut dia akan ditolak oleh keluarga calon Istrinya jika akan menikah suatu saat nanti, seperti yang aku alami lima tahun lalu," jawab Yvanna.

Keadaan pun mendadak kembali hening setelah semua orang mendengar jawaban yang Yvanna tuturkan. Yvanna pun langsung sadar bahwa mungkin ia telah menyinggung perasaan semua orang dari Keluarga Adriatma saat itu. Ia bisa merasakannya meski tak ada yang berucap sama sekali.

"Maaf, aku tidak bermaksud menyinggung permasalahan lama. Aku sudah lama melupakan masalah itu. Aku hanya tidak ingin Adikku merasakan apa yang kurasakan, makanya aku melarangnya untuk ikut bekerja seperti yang kulakukan," jelas Yvanna, tidak ingin ada yang salah paham dengan jawabannya.

"Kami yang harusnya minta maaf padamu dan keluargamu. Hanya saja, entah apakah kata maaf sudah cukup untuk menuntaskan kesalahan kami di masa lalu," tutur Nania yang tampak menyesali segalanya sambil menjatuhkan tatapnya pada Ben melalui pantulan kaca spion.

Ben tahu akan hal tersebut, namun ia memilih berpura-pura tidak tahu dan hanya menatap ke arah jalanan di depannya.

* * *

TUMBAL MUSUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang