21 | Perjalanan

1K 103 22
                                    

Zian menatap ke arah Ben yang juga akhirnya meminta izin untuk ikut bersama mereka. Hal tersebut juga diikuti oleh Aris dan Jojo yang tidak mau ketinggalan oleh mereka berdua.

"Kalau kamu nanti melihat hal-hal yang menyeramkan lagi, usahakan untuk tidak pingsan. Yvanna harus berkonsentrasi untuk menghentikan perempuan itu, bukan hanya untuk menyadarkan kamu dari pingsan akibat tidak tahan melihat yang seram," ujar Zian.

"Iya, aku akan mencoba sekuat tenaga untuk tidak pingsan lagi," balas Ben.

"Insya Allah!!!" tegur Tika, Manda, Yvanna, dan Lili dengan kompak.

Ben pun menatap ke arah mereka berempat setelah mendengar teguran itu.

"Jika menjanjikan sesuatu pada orang lain, jangan pernah lupa untuk menyebut Insya Allah, Kak Ben. Janji itu adalah hutang dan Allah harus jadi saksi agar Kak Ben tidak lupa dengan janji yang Kakak buat," jelas Lili.

"Iya, itu benar Kak. Dan juga Kak Ben akan menjadi bagian dari orang-orang yang selalu tepat janji jika tidak lupa menyebut Insya Allah, bukan bagian dari orang-orang yang selalu ingkar janji," tambah Manda.

Ben pun mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia tidak akan lupa dengan nasehat itu.

"Ya, Insya Allah aku akan mencoba untuk bertahan dan tidak pingsan lagi seperti tadi," ujar Ben, meralat janjinya.

Mereka pun kembali menyantap menu makan siang yang tersaji dengan tenang. Ayuni, Bagus, dan Arini pun kompak tersenyum usai mendengar bagaimana cara keempat wanita itu menegur anak-anak mereka yang tidak melakukan hal dengan tepat. Sedikit banyaknya, mereka juga jadi ikut mendidik anak-anak dalam Keluarga Adriatma seperti sebagaimana mereka dididik selama ini oleh Narendra dan Larasati.

"Ini kalau telur dadarnya kuhabiskan enggak apa-apa 'kan, ya?" tanya Damar yang sejujurnya ingin menambah lauk sejak tadi.

"Silakan, Kak Damar. Habiskan saja. Di dapur masih ada kami sisihkan telur dadar bali untuk lauk makan malam nanti," jawab Manda.

"Iya, Kak. Lauk yang ada di dapur itu nanti tinggal dipanaskan saja menggunakan microwave jika akan disajikan saat makan malam," tambah Lili.

"Loh, kalian itu sudah memikirkan juga makan malam untuk kami?" tanya Arini.

"Iya, Bibi Arini. Lauknya sama, hanya saja sayurnya yang berbeda. Sayur yang ada di wajan itu adalah capcay, bukan sayur lodeh seperti yang tersaji saat ini," jawab Manda.

"Wah, kami bisa-bisa jadi gendut akibat selalu makan enak setiap saat jika Kakak-Kakak berempat tinggal di sini selamanya," ujar Naya dengan wajah berbinar-binar.

"Hm ... membuatmu tambah malas ngapa-ngapain ya, kalau mereka tinggal di sini selamanya?" sindir Damar sambil tertawa mengejek.

"Ish! Kak Damar jahil!" rajuk Naya.

Tika, Yvanna, Manda, dan Lili hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah Naya yang bisa berubah-ubah dengan cepat. Mereka sama sekali tidak menanggapi ucapan Naya tentang tinggal di rumah Keluarga Adriatma selamanya. Mereka sebisa mungkin menghindari topik itu, agar tidak lagi mengorek luka lama yang pernah tertoreh lima tahun lalu. Bagi mereka berempat, tidak lagi mengungkit dan tidak lagi mengingat momen itu adalah sesuatu hal yang akan sangat membantu untuk menyatukan hubungan silaturahmi antara Keluarga Adriatma dan Keluarga Harmoko agar bisa kembali seperti dulu.

Usai makan siang selesai, mereka yang akan ikut pergi bersama Tika, Yvanna, Manda, dan Lili pun segera bersiap-siap. Damar yang tidak ikut telah diminta untuk menghubungi pihak kepolisian di daerah Garut, agar segera bisa membantu untuk menindaklanjuti perkara yang akan dituntaskan hari itu juga. Kali itu, Zian yang ditunjuk untuk menyetir mobil. Ben tidak diizinkan lagi untuk menyetir setelah apa yang terjadi tadi pagi. Bahkan, kali ini Ben diminta untuk duduk di bagian tengah, agar bisa diapit oleh Aris dan Jojo.

"Harus betul ya posisinya seperti ini?" keluh Ben.

"Sudah terima saja. Kalau kebanyakan protes nanti Kakak bisa ditinggal sama Yvanna. Yvanna itu sejak dulu paling tidak suka mendengar orang yang protes, apalagi kalau orang itu protes mengenai hal yang sudah diatur untuk kebaikannya sendiri," ujar Jojo, berusaha membuat Ben mengerti dengan sifat Yvanna yang keras.

Ben pun akhirnya memilih diam dan tidak lagi melancarkan protes terhadap apa yang sudah diatur untuknya. Entah mengapa ia tak ingin membantah kali itu. Mungkin ia sedikit merasa trauma setelah lima tahun lalu pernah protes dan membantah habis-habisan mengenai rasa tidak inginnya dijodohkan dengan Yvanna, yang berakhir dengan petaka di dalam keluarganya. Yvanna, Manda, Lili, dan Tika akhirnya akan masuk ke mobil setelah selesai berpamitan pada Arini, Bagus, dan Ayuni. Tika duduk di kursi depan, sementara Manda, Yvanna, dan Lili akan menempati kursi paling belakang.

"Sudah siap? Kita berangkat sekarang?" tanya Zian.

"Sabar, kami sedang berdoa," jawab Tika.

Keempat wanita itu benar-benar diam dan berdoa dengan khusyuk. Aris dan Jojo mengikuti apa yang mereka lakukan, begitu pula dengan Zian dan Ben. Setelah selesai berdoa, Tika pun memberi isyarat pada Zian untuk mulai melajukan mobil tersebut. Perjalanan itu pun akhirnya di mulai. Yvanna mengirimkan pesan pada Reza untuk mengabarkan hal tersebut.

"Ini kita mau ke mana?" tanya Zian.

"Yvanna, kita mau ke mana ini?" Tika kembali bertanya pada Yvanna.

"Ke Cimareme, Kak. Tepatnya ke kecamatan Banyuresmi," jawab Yvanna.

"Kamu sudah tahu di mana perempuan itu bersembunyi di daerah sana?" tanya Zian sekali lagi.

"Sudah, Kak Zian. Nanti akan kutunjukkan jalannya."

"Seharusnya kamu duduk di depan sini, Yvanna," ujar Aris.

"Enggak mau. Nanti kalau ada yang tiba-tiba menyerang dari belakang, siapa yang mau mengatasi?" balas Yvanna, berusaha memberikan jawaban yang masuk akal.

Tika, Manda, dan Lili jelas tahu kalau itu bukanlah alasan sebenarnya, karena saat ini sudah jelas tidak akan ada yang menyerang mereka. Perempuan yang melakukan ritual tumbal musuh itu sedang tak berdaya karena ilmunya telah memudar. Yvanna sengaja memberikan jawaban seperti itu agar tak perlu ada yang menyadari bahwa ia berusaha menghindari berada di dekat Ben.

"Sudah kamu kabari Reza, Yvanna?" tanya Tika.

"Sudah, Kak. Baru saja dia kukabari," jawab Yvanna.

"Apakah kami nanti akan tetap berada di mobil atau sebaiknya kami ikut turun?" tanya Ben.

"Ikut turun saja, Kak. Biar kami bisa menjaga kalian satu persatu," jawab Manda.

Yvanna pun terdiam. Ia baru ingat kalau jumlah mereka genap pada saat itu, yang artinya ia akan menjaga Ben saat tiba di tujuan. Mendadak ia benar-benar bingung menghadapi situasi tersebut, di mana pada satu sisi ia harus berupaya menghindari Ben, namun di sisi lain ia tampaknya begitu sulit untuk menghindarinya karena Ben yang selalu saja ada di dekatnya.

"Mau bertukar jaga denganku?" bisik Yvanna pada Manda.

* * *

TUMBAL MUSUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang