Setelah semuanya kembali tenang, Arini pun kini telah kembali duduk di kursinya seperti semula. Manda menyodorkan air minum untuk Arini yang baru saja memuntahkan semua isi perutnya akibat stress yang berlebihan. Arini pun menerima air minum tersebut dan meminumnya perlahan.
"Bibi mau istirahat saja? Tampaknya kondisi Bibi sudah sangat lelah," saran Tika yang sejak tadi terus memperhatikan Arini.
Damar pun menatap ke arah Tika, setelah sejak tadi memperhatikan Yvanna yang kembali diam usai memberikan pengakuan yang jujur. Ia menilai bahwa keempat wanita dari Keluarga Harmoko itu memang tidak ada bedanya sama sekali. Mereka sangat menjunjung tinggi tata krama dan kepedulian terhadap orang lain. Hal yang sudah sangat jarang ditemukan pada wanita-wanita zaman modern ini.
"Bibi memang lelah, Nak. Tapi Bibi bukan lelah karena baru saja menempuh perjalanan jauh. Bibi lelah, karena terus menerus menahan semua beban dalam hidup ini sendirian," ungkap Arini begitu terbuka.
Semua orang kembali terdiam dan tak berani menyela.
"Dulu, sebelum Ayah dan Ibu kalian pindah dari kota ini, Bibi selalu bisa melepaskan semua beban dan kesulitan kepada mereka. Mereka adalah tempat berlari Bibi satu-satunya dan tidak tergantikan. Tapi setelah mereka pindah dari kota ini karena harus mengabdi pada keluarga besar, Bibi tidak lagi memiliki tempat untuk mencurahkan segalanya. Bibi selalu merasa buntu dan akan berakhir dengan diam serta pasrah pada semua keadaan. Itulah mengapa, sampai hari ini Bibi masih merasa menyesal atas kejadian lima tahun lalu. Di mana saat itu seharusnya Bibi memihak pada Yvanna dan mempercayainya. Namun karena sudah terlalu sering diam dan pasrah, Bibi akhirnya malah tidak melakukan apa-apa hingga semua malapetaka itu akhirnya dimulai," jelas Arini sambil kembali menangis pedih.
Manda menyodorkan kotak tissue ke arah Arini. Ia tak bisa berkata-kata ataupun menghibur, maka dari itu ia lebih sering menyodorkan sesuatu yang mungkin dibutuhkan oleh orang yang sedang dihadapinya.
"Itu bukan semata-mata salah Kak Arini. Itu juga salah kami yang terhasut untuk tidak menyukai Yvanna yang akan dijadikan menantu pertama di dalam keluarga kita. Andai saja kami tidak terhasut oleh ...."
"Bibi Ayuni," potong Yvanna dengan cepat.
Semua orang pun kini kembali menatap ke arah Yvanna.
"Maaf karena aku menyela tanpa meminta izin lebih dulu. Tolong, jangan sebut namanya. Firasatku tiba-tiba tidak enak," jelas Yvanna sambil memegangi Jojo dengan kuat.
Dari arah sofa, Lili juga segera memegangi tangan Aris dengan kuat. Keadaan mendadak menjadi dingin, sangat dingin, hingga beberapa orang merasakan tubuh mereka mulai menggigil.
"Semuanya diam dan jangan bergerak," saran Tika.
WHOOOSSSHHHH!!!
Embusan angin dingin yang tiba-tiba datang itu membuat mereka tampak sangat waspada. Yvanna terus membacakan ayat-ayat suci Al-Quran tanpa henti sambil mengeluarkan kekuatannya untuk melindungi rumah tersebut beserta seluruh penghuninya. Manda dan Tika juga ikut melakukan hal yang sama, bahkan Lili yang ada di sofa ruang tengah pun tak luput melakukan hal tersebut. Embusan angin dingin itu akhirnya mereda dan berhenti, seakan telah benar-benar pergi dari rumah itu.
"Alhamdulillahi rabbil 'alamiin!!!" ucap Tika, Manda, Dokter Lili, dan Yvanna secara serempak.
Jojo menatap ke arah Yvanna dan Yvanna pun segera menenangkannya sambil mengusap-usap punggung pria itu dengan lembut.
"Tenang, kamu aman selama bersamaku. Ayo, makan lagi makananmu," titah Yvanna.
Jojo pun mengangguk dan kembali menikmati makan malamnya dengan tenang. Bagus dan Ayuni kini menatap ke arah Yvanna dengan sangat serius.
"Apa itu tadi, Nak? Mengapa bisa terjadi begitu?" tanya Bagus.
"Firasatku mengatakan bahwa kedua rumah ini dan seluruh penghuninya sudah ditargetkan oleh salah satu musuh, Paman. Maka dari itu kusarankan pada semuanya, mulai sekarang jangan pernah menyebut nama siapa pun yang menjadi musuh seseorang di dalam rumah ini. Siapa pun itu! Karena saat ini, aku masih belum tahu musuh mana yang ingin sekali menyakiti kalian semua," jawab Yvanna sekaligus memberi peringatan pada semua orang.
"Termasuk menyebut musuh lamaku di SMP dulu? Itu loh, si ...."
"Aris!" tegur Yvanna dengan keras. "Tutup mulutmu itu! Jangan coba-coba melanggar atau aku akan mengirim kamu ke rumah keluargaku biar kamu dijaga oleh Kak Tio atau Reza!" ancamnya.
Yvanna tahu betul kalau Aris paling takut pada Tio dan Reza selama ini. Maka dari itu ia sengaja mengancamnya dengan sangat terang-terangan di hadapan seluruh keluarganya.
"Kirim saja, Dek. Demi Allah Kakak tidak akan keberatan," ujar Damar dengan sengaja.
"Kak Damar ... jangan pancing-pancing Yvanna! Nanti dia akan benar-benar mengirimku ke Subang, ke rumah Keluarga Harmoko!" rajuk Aris.
Lili segera menutup mulut pria itu seperti tadi.
"Sstt! Jangan teriak-teriak sama yang lebih tua! Nanti kualat loh!" omelnya.
Nania, Naya, Jojo, Damar serta Zian tertawa pelan saat melihat Aris yang terpojok dan tak berdaya di hadapan Lili. Raut wajah Yvanna masih sedatar sebelumnya dan Ben yakin sekali bahwa wanita itu belum tersenyum lagi sejak sore tadi di rumah sakit milik Keluarga Harmoko. Tatap mata Yvanna akhirnya jatuh dan bertemu dengan tatapan mata Ben, namun wanita itu segera mengalihkan tatapnya kembali ke arah Arini.
"Mari kita langsung saja pada inti ceritanya, Bibi Arini. Aku tidak mau ada waktu yang terbuang. Aku harus segera tahu apa yang terjadi pada Almarhum Paman Hendri sebelum meninggal dunia," ujar Yvanna, jauh lebih berani karena tak ingin kedua sahabatnya kenapa-napa.
"Ya, akan Bibi ceritakan semuanya pada kamu setelah makan malam selesai," balas Arini.
Mereka pun segera melanjutkan makan malam yang belum selesai. Manda masih menatap ke arah Yvanna dengan segenap ragu yang berkumpul di hatinya. Ia ingin sekali bertanya pada Kakaknya tersebut, tapi ia takut salah berucap. Namun, ia sudah terlanjur merasa penasaran dan sangat ingin tahu.
"Kak Yvanna," panggil Manda, begitu lembut.
Yvanna pun mendongakkan kepalanya dan kembali menatap ke arah Manda.
"Iya, Dek. Ada apa?" tanya Yvanna.
"Uhm ... boleh kutanya sesuatu?" Manda benar-benar merasa ragu.
"Ya, tanyalah."
Tika menatap ke arah Manda, begitu pula dengan Lili yang mendengarkan segalanya dari arah sofa.
"Apakah maksud Kak Yvanna tentang tidak boleh menyebut nama musuh di dalam kedua rumah keluarga ini, adalah karena nama mereka semua sudah ada di dalam daftar tumbal musuh?" Manda terlihat memasang wajah ngeri saat itu.
"Tu--tumbal musuh? Apa itu tumbal musuh?" tanya Ayuni yang terlihat cukup kaget dengan pertanyaan yang diajukan oleh Manda kepada Yvanna.
"Tumbal musuh adalah seseorang yang ingin sekali membalas dendam terhadap orang yang dibencinya, sehingga dia bersekutu dengan Iblis dan menumbalkan musuhnya tersebut untuk disiksa hingga mati oleh Iblis yang dipujanya," jelas Tika atas pertanyaan yang Ayuni ajukan.
Seketika, keadaan kembali menjadi sehening dan sedingin tadi.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL MUSUH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 1 Perjalanan tentang seorang wanita dalam mengatasi masalah yang tiba-tiba saja datang pada dua orang sahabatnya, yang membuat seluruh kehidupan wanita tersebut kini tertuju hanya pada sahabatnya tersebut. Satu...