Yvanna duduk di kursi teras yang ada di depan rumah Ayuni agar bisa berbicara lebih leluasa dengan Reza di telepon. Jam yang ia lihat pada arloji mungil di lengan kirinya menunjukkan pukul sebelas lewat empat puluh empat menit, yang mana tak lama lagi waktu shalat dzuhur akan segera tiba.
"Bukan bawel, Kak. Aku hanya merasa khawatir dengan keadaanmu," sanggah Reza di seberang telepon sana.
"Iya ... iya ... aku tahu kok kalau kamu khawatir," balas Yvanna.
Wanita itu menghela nafas selama beberapa saat dan hal itu diketahui oleh Reza yang masih mendengarkannya.
"Kamu benar soal firasat baik dan buruk yang tadi kamu sampaikan padaku, Dek. Aku sempat melemah tadi, saat mengungkit tentang seseorang yang kukenal dimasa lalu di hadapan Kak Ben. Aku sampai menjadi tidak waspada, sehingga Bibi Arini harus dirasuki oleh sosok yang diutus oleh orang yang saat ini tengah melakukan ritual tumbal musuh untuk Keluarga Adriatma. Tapi semuanya sudah kuatasi dan sudah kembali tentram seperti biasanya. Insya Allah aku tidak akan lengah lagi pada langkahku yang selanjutnya," ungkap Yvanna secara terbuka pada Reza.
"Tapi kamu baik-baik saja 'kan, Kak? Tidak ada sedikit pun kekuatan dari sosok itu yang berhasil menyakitimu, 'kan?" tanya Reza sekali lagi.
Reza tampaknya ingin memastikan bahwa Yvanna masih baik-baik saja sampai detik itu.
"Iya, aku baik-baik saja. Sosok itu telah kulenyapkan, dan orang yang sedang melakukan ritual tumbal musuh itu saat ini ilmunya sudah mulai memudar. Aku menggunakan Manda ketika menggunakan ajian pembelah sukma. Hari lahir orang itu sama persis dengan hari lahir Manda, yang mana itu adalah kelemahan terbesarnya," jawab Yvanna.
"Tapi Kakak tetap masih harus waspada. Aku takut dia akan menempuh jalan terakhir demi melaksanakan tujuannya terhadap anggota Keluarga Adriatma. Akan sangat sulit melawannya, jika sampai dia mempersembahkan jiwanya pada Iblis untuk mendapatkan kembali kekuatannya yang saat ini sudah memudar. Dia sudah tahu kalau Kak Manda memiliki hari lahir yang sama dengannya, jadi Kakak tidak akan bisa lagi menjadikan Kak Manda sebagai media untuk menghadapinya," Reza mengingatkan hal yang terburuk pada Yvanna.
"Iya, Dek. Kakak ingat akan hal tersebut. Maka dari itulah, setelah shalat dzuhur siang ini Kakak akan mencari keberadaan orang itu menggunakan ajian grayah tilas. Jika Kakak bisa menemukannya hari ini dan menghentikan perbuatannya sebelum malam tiba, kemungkinan ritual tumbal musuh yang dia lakukan bisa Kakak hancurkan. Keluarga Adriatma akan terbebas dari ritual penumbalan itu dan Kakak serta Kak Tika, Manda, Lili akan segera kembali ke Subang," jelas Yvanna akan niatnya.
"Kalau begitu Kakak harus berhati-hati setelah tahu di mana keberadaan orang itu. Kabari aku sesering mungkin. Aku akan mencoba membantu Kakak dari sini, agar pekerjaan Kakak menjadi lebih mudah," pesan Reza.
"Iya, Dek. Insya Allah Kakak akan terus mengabari kamu mengenai perkembangannya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah sambungan telepon itu terputus, adzan dzuhur pun terdengar berkumandang di kejauhan. Yvanna menatap langit yang terlihat begitu cerah pada siang itu selama beberapa saat sambil berdzikir lirih. Ben--yang sejak tadi ada di balik pintu rumah itu--memilih segera menjauh usai mendengar apa yang Yvanna sampaikan pada Reza di telepon. Mendengar rencana Yvanna yang ingin sekali segera kembali ke Subang setelah selesai mengurus kasus Keluarga Adriatma membuat Ben sedikit merasa kecewa. Entah mengapa ia mendadak tak ingin wanita itu pergi begitu cepat dari sisinya.
Yvanna masuk kembali ke dalam rumah untuk melaksanakan shalat dzuhur. Bagus akan menjadi imam bagi mereka semua siang itu, agar tak ada satu pun yang menunda-nunda shalat ketika waktunya telah tiba. Mereka menjalani shalat dengan khusyuk, memanjatkan doa dengan penuh kerendahan hati kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar semua urusan mereka dipermudah dan juga tak ada lagi keburukan yang akan menimpa anggota keluarga tersebut seperti yang pernah terjadi. Dzikir tak henti-hentinya ditasbihkan, agar hati yang selama ini kosong bisa kembali terisi dan dipenuhi dengan rahmat serta cinta-Nya.
Setelah melaksanakan shalat dzuhur berjamaah, Yvanna pun meminta Tika, Manda, dan Lili untuk ikut dengannya ke rumah sebelah. Mereka harus membawa beberapa barang yang mereka perlukan di perjalanan, setelah Yvanna selesai melakukan ajian grayah tilas.
"Aku akan lakukan ajian grayah tilas untuk mencari keberadaan perempuan itu. Kita harus menemukannya, sebelum dia bertindak mempersembahkan jiwanya pada Iblis yang dia persekutui," ujar Yvanna.
"Kamu mau lakukan ajian grayah tilas itu sekarang juga?" tanya Tika.
"Iya, Kak. Lebih cepat tentu lebih baik. Kalau kita menunda-nunda, takutnya nanti perempuan itu akan semakin sulit untuk ditaklukkan," jawab Yvanna.
"Baiklah kalau begitu, Kak. Lakukanlah ajiannya di sini bersama Kak Tika. Kami berdua akan ada di rumah sebelah untuk menyiapkan makan siang untuk semua orang," ujar Lili.
"Iya, kalian pergilah ke rumah sebelah. Nanti akan kami susul kalian berdua setelah mendapatkan hasil," ujar Tika, setuju dengan apa yang Lili katakan.
Manda dan Lili pun segera meninggalkan Yvanna dan Tika. Mereka kembali ke rumah Ayuni untuk menyiapkan makan siang.
"Loh, mana Tika dan Yvanna? Kenapa hanya kalian berdua yang kembali ke sini?" tanya Ayuni sambil mencari-cari jejak kedua wanita yang ditanyainya.
"Kami memang hanya datang berdua ke sini, Bibi Ayuni. Kak Tika sedang mendampingi Kak Yvanna di rumah sebelah. Saat ini Kak Yvanna sedang melakukan ajian grayah tilas untuk bisa menemukan keberadaan perempuan itu sebelum malam tiba. Jadi, kami berdua diberi tugas untuk menyiapkan makan siang sebelum pergi jika Kak Yvanna sudah mendapatkan hasil," jawab Manda apa adanya.
Semua orang pun terdiam dan membiarkan Manda serta Dokter Lili beranjak ke dapur. Anak-anak tak berani mengatakan apa-apa, sementara para orangtua tampak masih takut dengan apa yang tadi terjadi di hadapan mereka.
"Mereka itu benar-benar hidup dengan penuh tanggung jawab. Setelah apa yang mereka hadapi tadi, sekarang mereka masih juga tidak lupa dengan pekerjaan rumah. Seharusnya setelah bergelut dengan pekerjaan dan merasa lelah, mereka bisa saja memutuskan beristirahat. Tapi mereka benar-benar tidak egois dan tetap memikirkan orang lain," ujar Ayuni sambil menatap ke arah pintu dapur.
"Begitulah Laras dan Rendra mendidik anak-anaknya, Dek. Mereka selalu mengingatkan untuk mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri. Entah bagaimana cara didiknya, aku yakin cara mereka tidak akan bisa kutiru meskipun aku mau," tanggap Arini yang sudah bisa kembali tersenyum meski samar.
"Lalu, apakah mereka akan segera pulang ke Subang jika permasalahan keluarga kita sudah selesai?" tanya Bagus. "Kita masih bisa menahan mereka di sini selama beberapa hari, 'kan?" harapnya.
Diam-diam, Ben juga tengah mengharapkan hal yang sama.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL MUSUH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 1 Perjalanan tentang seorang wanita dalam mengatasi masalah yang tiba-tiba saja datang pada dua orang sahabatnya, yang membuat seluruh kehidupan wanita tersebut kini tertuju hanya pada sahabatnya tersebut. Satu...