23 | Hancur Tanpa Sisa

1K 105 8
                                    

"Kak Tika, tolong bawa mundur yang lainnya dan berikan aku ruang," pinta Yvanna.

Tika pun segera meraih lengan Ben agar ikut mundur bersamanya.

"Hei, tunggu dulu! Ini serius kamu mau langsung menyerang dia? Kamu bisa terluka, Yvanna!" Ben terus menolak dirinya ditarik oleh Tika untuk mundur.

Zian pun segera membantu Tika dengan cepat.

"Sudah, ikuti saja. Jangan banyak tanya tentang apa yang diputuskan oleh Yvanna. Kamu masih ingat semua pesan yang disampaikan pada kita sebelum berangkat, 'kan?" Zian membujuk sekaligus membantu Tika menarik tubuh Ben agar menjauh dari posisi awal mereka.

"Tapi Zi ...."

"Sudah, berhenti keras kepala Ben. Ini bukan waktu yang tepat untuk berkeras atas kekhawatiranmu," tegur Tika.

Manda, Aris, Jojo, dan Lili sudah lebih dulu mundur dari tempat semula, sementara Tika, Zian, dan Ben baru menyusul beberapa menit kemudian.

"Tapi kalau ada apa-apa pada Yvanna bagaimana? Bantuan dari kepolisian juga belum sampai ke sini," Ben masih saja bersikeras dengan apa yang dikhawatirkannya.

Manda pun menoleh ke arah Ben dan menatapnya dengan tenang.

"Kalau Kakak segitu khawatirnya pada Kak Yvanna, kenapa dulu Kakak menolak ketika akan dijodohkan dengannya? Perempuan itu mungkin melakukan pelet terhadap Kak Ben pada saat itu. Tapi pelet itu tidak akan bekerja sepenuhnya, jika saja Kak Ben memang tidak punya keinginan untuk menolak dijodohkan dengan Kak Yvanna. Sekarang aku tanya, apa gunanya kekhawatiran yang Kakak rasakan terhadap Kak Yvanna saat ini? Apakah itu akan mengubah semua kesalahan dimasa lalu dan seketika akan menjadi masa depan yang indah? Maaf Kak Ben, aku harus jujur bahwa semuanya tidak akan terjadi semudah itu," tutur Manda dengan sangat sopan.

Hal itu tentu saja menusuk dengan tajam di hati Ben. Apa yang Manda katakan adalah benar, segalanya tidak akan berubah dengan mudahnya hanya karena ia menunjukkan rasa khawatir terhadap Yvanna. Di masa lalu, Ben telah menyakiti Yvanna dengan bersikap kasar secara terang-terangan mengenai rasa tak sukanya terhadap wanita itu. Padahal jika ia memikirkannya kembali, Yvanna bahkan tidak pernah memaksanya untuk menerima dan bahkan wanita itu tidak pernah mencoba untuk mendekati Ben seperti yang disarankan oleh para orangtua ketika perjodohan itu diumumkan. Yvanna bahkan mati-matian mencoba untuk tidak mengusik diri Ben dan memberikan jarak yang menurutnya memang harus ada akibat sikap Ben yang buruk. Lalu sekarang, setelah ia tahu segalanya mengenai Yvanna, setelah ia mengenal semua sisi yang ada di dalam diri wanita itu, segalanya jelas sudah terlambat bagi Ben. Yvanna mungkin telah menutup hatinya untuk Ben dan kemungkinan besar wanita itu takkan membuka lagi kesempatan meski hanya satu kali. Sikap Yvanna yang begitu dingin terhadapnya, seharusnya sudah menjadi tanda sejak awal untuk diri Ben untuk tidak berharap banyak.

Yvanna memusatkan kekuatannya sambil terus membaca ayat-ayat suci Al-Quran untuk membuat perempuan itu semakin melemah. Ia mulai berjalan mendekat untuk masuk ke dalam rumah itu, namun ternyata perempuan itu justru tiba-tiba menerjangnya dari atas atap rumah yang hendak ia masuki. Semua orang terkejut saat melihat Yvanna menerima serangan mendadak seperti itu. Ketakutan kembali melingkupi perasaan mereka, ketika melihat wujud perempuan itu secara nyata.

"Astaghfirullah hal 'adzhim!!! Astaghfirullah hal 'adzhim!!!" teriak Aris sambil menutup kedua matanya akibat merasa ngeri dengan apa yang tengah dilihatnya.

"Kenapa, Ris? Wujud perempuan itu tidak seseram yang tadi kupikirkan kok," tegur Jojo.

"Beda-beda, Jo. Kita semua menatap satu orang yang sama, tapi tidak dengan wujud yang sama," jelas Tika yang juga merasa ngeri dengan perwujudan perempuan itu di matanya.

"Masa sih? Aku lihat dia hanya berpenampilan lusuh dan memiliki luka-luka di beberapa bagian lengannya saja loh," ujar Jojo.

"Berarti kamu beruntung, Jo. Aku malah melihat dia dengan wajah hancur dan tubuh penuh nanah," Zian juga tampak sangat gemetar sekarang.

"Di mataku enggak begitu! Dia berwujud besar penuh darah dengan taring yang sangat panjang!" Aris benar-benar ketakutan.

"Aku lihat dia sangat kurus, seperti tinggal tulang dan kulit saja yang ada di tubuhnya," bisik Lili.

"Sama, aku juga melihat begitu," balas Manda yang ikut berbisik.

Ben sendiri memilih diam saja sambil mencoba untuk tidak menatap ke arah perempuan itu. Perutnya terasa mual saat melihatnya, terlebih saat ia mengingat bahwa dirinya pernah menikahi wanita itu lima tahun yang lalu meski hanya berjalan tiga bulan. Yvanna saat ini sedang melawannya. Mereka berkelahi dan bahkan saling mengadu kekuatan. Perempuan itu--meski sudah kehilangan ilmunya--masih juga berusaha sekuat tenaga untuk mencegah Yvanna menghancurkan tempat ritualnya. Tempat ritual itu tidak boleh hancur sebelum malam tiba. Ia berniat mempersembahkan dirinya kepada Iblis yang selama ini ia sekutukan, agar ritual tumbal musuh yang ia jalankan bisa kembali dilancarkan. Itulah sebabnya, ia tak mau Yvanna berhasil menghancurkan tempat ritualnya. Ia berusaha terus menyerang wanita itu agar tidak menyentuh apa yang diperjuangkannya selama ini.

Yvanna terdorong mundur beberapa langkah ke belakang saat perempuan itu hendak memberinya pukulan gaib. Ia memilih menghindar, daripada harus membuat repot diri sendiri kalau sampai terkena pukulan gaib tersebut. Terus bertarung dengan perempuan itu jelas hanya akan mengulur-ulur waktu. Malam tidak boleh tiba lebih dulu sebelum ia berhasil menghancurkan tempat ritual tersebut. Maka dari itu, Yvanna pun segera mengambil keputusan telak untuk menghentikan langkah perempuan itu.

"Apa yang Yvanna lakukan?" tanya Zian.

"Dia mengambil keputusan untuk membuat perempuan itu berhenti di tempatnya. Dia akan menggunakan ajian endap raga," jawab Tika.

"ARRRGGGHHHH!!!"

Teriakan perempuan itu adalah yang terakhir terdengar oleh mereka semua, sesaat setelah Yvanna benar-benar menyerangnya dengan ajian endap raga. Perempuan itu berhenti di tempatnya dengan posisi yang tidak bisa dijelaskan, antara ingin membalas serangan atau ingin menghindari serangan dari Yvanna. Saat itu, perempuan tersebut telah membatu dan tidak bisa lagi melakukan apa-apa untuk menghalangi Yvanna. Yvanna pun menoleh ke arah yang lainnya.

"Tetap di sana sampai bantuan datang! Arahkan mereka ke sini jika sudah melihat tanda-tanda kedatangan mereka!" serunya.

"Ya, akan segera kami arahkan mereka ke sini!" tanggap Manda dengan cepat.

Yvanna pun kembali menatap ke arah perempuan itu.

"Inilah akhirnya. Kamu tidak akan bisa lagi menyentuh Keluarga Adriatma selama-lamanya," ujar Yvanna, yang kemudian langsung memukul tanah yang dipijaknya dengan sekuat tenaga.

BHUUUUMMM!!!

BRAKKKK!!! BRAKK!!! BRUSSHHH!!!

Dalam sekejap tempat ritual yang terlihat seperti rumah itu pun hancur lebur dan tenggelam ke dalam tanah. Tempat mereka berpijak saat itu bergetar dengan kuat seiring dengan lenyapnya tempat ritual tersebut. Polisi berdatangan dan sempat menyaksikan tenggelamnya tempat ritual itu. Perempuan itu kini sudah benar-benar tak memiliki ilmu apa pun lagi, dan wujud sebenarnya dari perempuan itu kini terlihat dengan jelas. Keadaannya adalah tepat seperti yang dilihat oleh Lili dan Manda. Dia terkulai lemas di atas tanah setelah Yvanna mencabut ajian endap raga darinya. Polisi pun membawanya menggunakan tandu, karena perempuan itu tidak bisa lagi berjalan dengan normal akibat tubuhnya yang kini hanya tinggal kulit dan tulang.

* * *

TUMBAL MUSUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang