Yvanna turun dari pelaminan setelah memastikan kalau Naya dan Reza telah duduk dengan nyaman di sana. Acara resepsi pernikahan itu terselenggara dengan meriah. Banyak sekali tamu undangan yang datang dari kedua belah pihak keluarga besar. Jojo dan Aris terus saja menggoda Yvanna yang hari itu tampil sangat anggun dengan balutan kebaya berwarna pink salem dan juga sarung batik berwarna cokelat muda. Rambut Yvanna yang panjang di gelung dengan sangat rapi dan wajahnya hanya dipoles dengan make-up tipis.
"Aduh ... sebentar lagi pasti akan banyak lamaran yang berdatangan ke menara milik orangtuamu dari para pria yang terkesima melihat penampilanmu hari ini," ujar Aris.
"Benar itu, Yv. Demi Allah kamu cantik sekali hari ini dan sulit untuk dikalahkan oleh wanita manapun, meski pakaian pagar ayunya sama persis seperti yang kamu pakai," tambah Jojo.
Kedua mata Yvanna pun menyipit seketika tepat ke arah Aris dan Jojo.
"Makanannya kurang pedas, ya? Mau langsung kusuapi sambal ke mulut kalian?" tawar Yvanna yang tangannya kini sudah hampir menyentuh sendok sambal yang ada di meja saji.
Aris dan Jojo pun langsung berjengit ketakutan, sementara Damar, Zian, dan Nania kini heboh menertawai nyali mereka yang melempem jika sudah berhadapan dengan Yvanna. Tio berjalan mendekat ke arah Yvanna dengan wajah merajuk.
"Gimana? Kamu sudah memimpikan jodoh Kakak, belum?" tanya Tio.
"Astaghfirullah Tio, sabar saja. Nanti juga datang sendiri kalau memang sudah waktunya. Kasihan Yvanna, dia tertekan sekali karena kamu terus menanyainya seperti itu," tegur Nania.
"Kamu carilah sendiri jodohmu itu, Tio. Kamu 'kan laki-laki. Kodratnya wanita itu menunggu jodohnya dan kodratnya laki-laki adalah mencari jodohnya," ujar Damar sambil menepuk-nepuk pundak Tio.
"Itu Reza ... dia enggak perlu mencari-cari tapi langsung nikah! Cuma gara-gara dia masuk ke mimpinya Yvanna saja, dia langsung dapat jodoh," keluh Tio.
"Kak Tio, itu namanya takdir. Mungkin saja yang sebenarnya Yvanna mimpikan itu bukan Rezanya, tapi justru Naya," ujar Jojo.
Ben hanya tersenyum saja dan memilih tetap diam seperti biasanya atas perdebatan yang sedang terjadi saat itu. Sesekali ia menatap ke arah Yvanna yang juga sedang berdiam diri sambil menatap ke arah pelaminan. Wanita itu tidak menanggapi perdebatan yang sedang terjadi dan hanya tersenyum bahagia ketika menatap ke arah Reza dan Naya. Jojo dan Aris benar, bahwa mungkin tak lama lagi akan banyak sekali lamaran yang berdatangan untuk meminang Yvanna. Sejak tadi sudah banyak sekali pria yang menatapnya dalam-dalam dan juga beberapa orang sudah mencoba untuk menarik perhatiannya. Namun sampai saat ini, tak ada satu pun dari para pria itu yang ditanggapi oleh Yvanna. Wanita itu benar-benar seperti tidak tertarik untuk membuka dirinya.
Hal itu membuat Ben sedikit merasa lega. Namun di sisi lain ia tetap saja merasa gelisah dan takut, kalau suatu saat nanti dirinya akan mendengar kabar bahwa Yvanna mungkin segera menikahi seseorang. Entah ia siap atau tidak jika memang kabar tersebut akan datang ke telinganya. Yvanna juga berhak untuk bahagia, karena Ben merasa pesimis jika harus mencoba lagi untuk mendapatkan hati wanita itu. Ia telah menyakitinya satu kali dan mungkin Yvanna takkan pernah melupakan hal tersebut seumur hidupnya setiap kali melihat wajah Ben.
Seseorang mendekat ke arah mereka tak lama kemudian, tepat di belakang Yvanna. Yvanna pun menoleh ketika merasakan pundaknya ditepuk dengan lembut.
"Masya Allah Silvia! Apa kabar, Sayang?" Yvanna memeluknya dan terlihat sangat bahagia luar biasa ketika menatap wajah sahabatnya tersebut.
Aris dan Jojo pun bangkit dari kursi mereka untuk ikut memeluk Silvia dengan erat.
"Ya Allah Sil, kami kangen banget sama kamu! Kamu ke mana saja selama ini?" tanya Aris begitu bersemangat.
"Aku selama ini kerja di Singapura. Aku membuka butik di sana dan Alhamdulillah berkembang. Tapi sekarang aku akan kembali tinggal di Indonesia. Aku akan mengembangkan usahaku di sini dan kembali berkumpul dengan kalian bertiga," jawab Silvia.
"Alhamdulillah!!!" sambut Yvanna, Jojo, dan Aris.
Silvia pun tertawa pelan.
"Kalian itu enggak berubah sama sekali, ya. Masih saja kompak dan konyol seperti dulu," ungkap Silvia dengan jujur.
"Kalau kami berubah, kamu enggak akan merasa nyaman lagi saat bersama kami. Kamu akan menjauh dan akan melupakan kami. Kami tidak ingin itu terjadi, makanya kami akan selalu mempertahankan sifat konyol kami selama-lamanya," janji Jojo.
"Ih, aku enggak ikutan ah. Malu tahu, kalau di usia yang sudah tiga puluh tahun masih saja bertingkah konyol," tolak Yvanna.
"Tapi kalau untuk menghiburku pasti kamu mau 'kan bertingkah konyol lagi?" goda Silvia.
Yvanna pun mengulum senyumnya dengan manis.
"Apa sih yang enggak buat kamu, Sil?" balas Yvanna.
"Huuu!!!" Aris dan Jojo bersorak jengkel dengan kompak.
Tio diam-diam menatap ke arah Silvia sejak tadi. Seingatnya, dulu Silvia masih remaja ketika bertemu dengan Tio. Tapi sekarang, Silvia tampak benar-benar sudah menjelma menjadi wanita dewasa yang sangat menarik perhatiannya. Mereka pun duduk pada satu meja yang sama. Jojo dan Aris memperkenalkan Silvia pada Kakak-kakak mereka lalu kemudian kembali bersenda gurau lagi seperti tadi. Di tengah-tengah keakraban itu, Silvia pun tiba-tiba berhenti tertawa dan menjatuhkan tatapannya ke arah Yvanna dengan serius. Yvanna juga membalas tatapannya, seakan sedang mencoba menerka-nerka isi hati Silvia pada saat itu.
"Yv, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu," ujar Silvia.
"Mm ... bicaralah. Kamu mau membicarakan apa? Aku akan dengarkan semuanya," balas Yvanna.
"Mm ... lebih tepatnya," Silvia berhenti sejenak.
Semua mata masih tertuju ke arah Silvia saat itu dan ikut merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh wanita tersebut pada Yvanna.
"Lebih tepatnya apa, Sil?" tanya Aris sambil menyenggol lengan Silvia dengan santai.
Sejenak Silvia tampak ragu, namun tetap berusaha memberanikan diri.
"Lebih tepatnya aku mau meminta bantuanmu ... Yvanna," Silvia kini benar-benar tidak tersenyum lagi seperti tadi.
Yvanna pun merasakan kegelisahan sahabatnya tersebut dengan sangat nyata. Perasaannya mendadak terarah pada sesuatu yang selama ini telah dicurigai oleh Silvia sendiri. Yvanna pun bergegas bangkit dari kursinya dan menarik lengan Silvia agar ikut dengannya menjauh dari sana.
"Hei, kalian berdua mau ke mana?" tanya Jojo.
"Diam saja di sana! Hal-hal di luar nalar manusia biasa tidak untuk kalian konsumsi dengan bebas!" tegas Yvanna.
Apa yang Yvanna katakan akhirnya membuat Jojo dan Aris saling menatap satu sama lain. Sementara itu di meja tersebut mendadak kembali terasa ketegangan yang sama, yang pernah mereka lewati beberapa hari yang lalu. Yvanna pun berhenti di tengah jalan yang menurutnya sudah cukup sepi. Ia menatap Silvia lagi dan itu sudah cukup bagi Silvia untuk menyadari kalau Yvanna memang akan membantunya.
"Kecurigaanku selama ini benar, Yv. Tapi aku masih tidak tahu siapa yang melakukannya," ujar Silvia.
[TAMAT]
Bersambung ke Seri Cerita TUMBAL Bagian 2.
TUMBAL KELUARGA, next story.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL MUSUH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 1 Perjalanan tentang seorang wanita dalam mengatasi masalah yang tiba-tiba saja datang pada dua orang sahabatnya, yang membuat seluruh kehidupan wanita tersebut kini tertuju hanya pada sahabatnya tersebut. Satu...