9 | Makhluk Yang Sama

1.2K 119 22
                                    

Lili dan Manda mengambil alih tugas mencuci piring malam itu, agar Yvanna bisa berbicara dengan Arini tanpa memikirkan pekerjaan rumah yang masih tersisa usai makan malam berakhir. Arini duduk di sofa ruang tengah sambil mengusap-usap kepala Jojo yang sedang berbaring di pangkuannya. Ayuni menemani Aris, karena Lili saat ini sedang tak bisa menjaganya seperti tadi. Yvanna duduk sendiri pada sofa tunggal yang ada di antara kedua sofa tempat Jojo dan Aris berbaring. Tika memilih duduk di ruang depan bersama Nania dan Naya, serta Bagus, Zian, dan Damar. Tika tidak ingin pembicaraan antara Yvanna dan Arini kembali terganggu, maka dari itu ia memilih menjauh.

"Adikmu itu ... sejak kapan menyadari kalau dirinya memiliki kelebihan?" tanya Bagus pada Tika.

Tika pun menatap ke arah Bagus dan terdiam selama beberapa saat.

"Awalnya waktu itu saat dia berusia enam tahun, Paman. Yvanna tiba-tiba bilang pada Kak Tio untuk tidak bermain terlalu lama di sungai belakang menara milik keluarga kami. Dia menunjuk ke arah satu tempat dan mengatakan bahwa penunggu sungai itu akan marah jika Kak Tio terus-menerus berisik. Setelah itu, Ibu kami mulai menanyai Yvanna mengenai apa yang dia lihat dan Yvanna menjawab bahwa di sungai itu dia melihat si penunggu yang bertubuh besar, bertanduk empat, dan bertaring panjang. Penunggu sungai itu sedang tidur dan merasa terusik oleh suara Kak Tio yang bermain-main. Lalu Yvanna mengatakan pada Ibu kalau si penunggu itu menyuruhnya membawa Kak Tio menjauh atau dia akan membuat Kak Tio sakit akibat berisik di wilayah kekuasaannya. Saat Ayah bertanya sejak kapan Yvanna bisa melihat hal-hal seperti itu, Yvanna hanya menjawab sejak hari kelahirannya yang keempat. Jadi dia sudah bisa melihat hal-hal seperti itu selama dua tahun lebih awal dan dia diam saja," jawab Tika, mengenang yang pernah ia saksikan mengenai Yvanna.

Zian terlihat mengusap belakang lehernya akibat merasa merinding usai mendengar cerita yang Tika tuturkan.

"Lalu, apa tanggapan Ayah dan Ibumu setelah tahu kalau Yvanna bisa melihat hal-hal gaib serta sering memiliki firasat?" tanya Zian.

"Mereka santai saja, tidak memberi tanggapan yang berlebihan. Mereka, terutama Ibu, sudah tahu kalau anak-anaknya akan ada yang mewarisi kelebihan yang dimiliki oleh Keluarga Harmoko. Kalau bukan anak pertama, pasti anak ketiga atau keenam yang akan mewarisi kelebihan itu dan ternyata memang Yvanna dan Reza yang mewarisinya. Sementara itu Kak Tio, aku, Manda, dan Lili ditakdirkan tidak memiliki rasa takut terhadap apa pun yang berhubungan dengan hal-hal gaib. Kami hanya memiliki rasa takut yang besar terhadap Allah, karena Allah adalah pemilik segalanya, baik itu manusia ataupun hal-hal gaib. Intinya, kami berempat ditakdirkan untuk mendampingi Yvanna dan Reza. Kami bertugas untuk mengatasi hal-hal nyata, seperti menyelesaikan masalah sesuai hukum manusia serta merawat yang sakit secara medis," jelas Tika yang benar-benar terdengar santai.

"Sejauh ini, sudah berapa banyak kasus gaib yang ditangani oleh Kak Yvanna?" Naya akhirnya tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Wah, kalau itu jelas tidak terhitung. Selama menjadi Polisi, aku dan Manda selalu menunjukkan kasus-kasus tidak masuk akal bagi manusia biasa yang harus diurus oleh pihak kepolisian kepada Yvanna, jika memang kasus itu sudah tidak bisa dipecahkan dengan nalar manusia. Yvanna yang akan mengurusnya sampai tuntas dan kami berdua akan menyelesaikan sisanya secara hukum yang berlaku. Jujur saja, banyak sekali kasus-kasus aneh seperti itu yang dilaporkan ke Polisi. Tapi tentu saja Polisi juga merasa bingung dengan kasus-kasus aneh yang datang itu. Bahkan yang lebih senior daripada aku dan Manda sering menyerah begitu saja pada akhirnya, karena mereka takut terjebak kegilaan akibat hal yang tidak masuk akal," jawab Tika.

"Wah ... kalau memang demikian, lalu apa yang dipermasalahkan oleh Almarhum Paman Hendri sehingga membatalkan niatnya menjadikan Yvanna sebagai menantu keluarga ini? Apa yang Yvanna lakukan terdengar hebat loh bagiku," Damar tampak ingin tahu lebih jauh seraya menatap ke arah Ben yang duduk tak jauh darinya.

Ben pun balas menatap Damar dengan wajah datar, sementara itu Damar hanya tertawa geli ketika melihat reaksi Ben. Tika juga ikut mengawasi Ben dan mencoba menerka-nerka apa yang ada di dalam pikirannya saat itu.

"Hei, aku cuma bercanda. Jangan terlalu serius menanggapi bercandaanku," lanjut Damar dengan santai.

"Damar benar, jangan terlalu serius menanggapi bercandaannya. Lagi pula, siapa sih yang tidak tahu kalau saat itu kamu sedang tergila-gila dengan perempuan sinting yang akhirnya kamu nikahi? Kamu benar-benar mencari-cari cara untuk menjelek-jelekkan Yvanna agar tidak jadi dijodohkan denganmu, sehingga kamu bisa menikahi perempuan itu. Tapi setelah menikahinya, pernikahanmu akhirnya hanya bertahan tiga bulan karena kamu sendiri tidak kuat menghadapi gaya hidup serta tingkah asli perempuan itu. Jadi, jangan merasa tersinggung kalau ada yang mengungkitnya. Dia pilihanmu dan kamu harus mengakui kebodohanmu itu," tegur Nania kepada Adiknya sendiri.

Ben pun memutuskan untuk mengalihkan tatapannya dari wajah Damar ke arah lain. Ia benar-benar tak bisa membantah ataupun sekedar ingin merasa kesal pada saat itu. Apa yang dikatakan oleh Nania adalah hal yang benar, bahwa semua adalah kesalahannya karena telah mencari-cari kesalahan Yvanna dan membuat perjodohan dengan wanita itu dibatalkan demi perempuan yang lebih buruk. Ben menyesali itu, hanya saja segalanya telah berlalu dan tak mungkin diulang kembali.

Tak berapa lama, Manda dan Lili berlari-lari saat keluar dari dapur. Lili segera mendekat pada Aris dan memberinya minum dengan sisa air yang tadi menjadi media melepaskan kesakitan pria itu, sementara Manda berlari ke ruang depan dan langsung mengintip melalui jendela yang tertutup oleh gorden.

"Ada apa, Manda?" tanya Tika.

Manda memberi tanda pada Tika untuk mendekat padanya dan ikut mengintip di jendela. Tika pun bangkit dari sofa dan mengikuti apa yang Manda lakukan.

"Astaghfirullah hal 'adzhim!" seru Tika dengan raut wajah ngeri ketika melihat apa yang dilihatnya.

"Aku dan Lili melihatnya dari jendela dapur. Dia terus menerus mengelilingi rumah ini sejak tadi," ujar Manda.

"Lalu Aris?"

"Kak Aris baik-baik saja, Kak," sahut Lili yang mendengar pertanyaan Tika dari ruang depan.

Yvanna berjalan mendekat ke arah Tika dan Manda.

"Dia hanya mampu sampai sebatas itu saja, dia tidak akan bisa melewati garis yang sudah kutetapkan pada kedua rumah ini," ujar Yvanna.

"Boleh aku ikut mengintip?" tanya Damar.

"Jangan, Kak. Itulah yang dia inginkan sekarang sehingga menampakkan diri secara terang-terangan. Dia ingin salah satu anggota keluarga ini melihat sosoknya agar bisa mendatangi serta menyiksa yang melihatnya melalui mimpi," jawab Yvanna sambil menahan bahu Damar agar kembali duduk.

Damar merasa sentuhan tangan Yvanna seakan penuh dengan tenaga ketika berada di bahunya. Hal itu membuat Damar patuh dan duduk kembali seperti semula sambil memegangi bahunya yang tadi disentuh oleh Yvanna. Semua menatap ke arah Damar, namun tak berani bertanya apa-apa.

"Makhluk apa itu, Yvanna?" tanya Tika.

"Itu adalah makhluk yang sama, yang mendatangi Almarhum Paman Hendri melalui mimpi di malam kematiannya," jawab Yvanna, begitu tenang.

* * *

TUMBAL MUSUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang