20 | Meminta Izin

1.1K 101 28
                                    

Tika terus mengawasi dan menjaga Yvanna yang tengah melakukan ajian grayah tilas. Sudah hampir dua puluh menit berlalu dan Yvanna tampaknya masih berusaha mencari keberadaan perempuan yang saat ini sedang sekarat usai beradu ilmu dengan Yvanna. Zian muncul di ambang pintu kamar tamu rumah Arini, Tika terlihat kaget dengan kedatangannya dan langsung memberi isyarat pada pria itu untuk tetap diam dan tidak bersuara. Zian pun menuruti isyarat itu. Ia mendekat dan duduk di samping Tika tanpa bersuara sama sekali. Tika menatapnya dan mencoba menerka-nerka tentang maksud kedatangan Zian saat itu. Zian sendiri tampak mengerti dengan arti tatapan Tika, sehingga ia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengetik sesuatu agar Tika bisa membacanya.

Aku mau menemani kamu menjaga Yvanna.

Itu adalah hal yang ditulis oleh Zian pada ponselnya. Tika membaca hal itu lalu segera membalas menuliskan sesuatu di bagian bawah tulisan Zian.

Kalau begitu duduk saja dan jangan bersuara. Yvanna tidak boleh terganggu atau ajian grayah tilas yang sedang dilakukannya akan gagal.

Zian kembali membaca apa yang ditulis oleh Tika, lalu mengcungkan ibu jarinya agar Tika mengerti kalau ia paham dengan apa yang Tika tuliskan. Mereka berdua memperhatikan mimik wajah Yvanna dengan serius dalam diam. Yvanna tampaknya sangat berusaha sekuat tenaga untuk menemukan keberadaan perempuan itu. Hingga akhirnya beberapa menit kemudian kedua mata Yvanna terbuka, yang menandakan bahwa ajian grayah tilas itu sudah selesai dijalani dengan baik. Yvanna menatap ke arah Zian yang saat itu sudah ada di hadapannya bersama Tika.

"Sejak kapan Kak Zian ada di sini?" tanya Yvanna baik-baik.

"Baru sekitar tiga menit yang lalu. Aku mau menemani Tika menjaga kamu yang sedang berupaya mencari keberadaan perempuan itu," jawab Zian dengan jujur.

"Memangnya Kakak tidak lapar? Kenapa Kakak tidak ikut makan siang bersama yang lainnya?" Yvanna ingin tahu.

"Kakak belum terlalu lapar kok. Makanya Kakak ke sini mencari kalian berdua."

Yvanna pun mengalihkan tatapannya ke arah Tika sambil mencoba menahan senyumannya. Tika tahu kalau Yvanna berusaha menahan diri untuk tidak menggodanya yang terus didekati oleh Zian sejak tadi. Tika tahu betul kalau Yvanna tidak akan melanggar adab dan membuatnya merasa malu di hadapan Zian. Namun sayangnya, Yvanna juga bukan pembohong yang handal dan bukan juga aktris yang mudah berpura-pura bodoh di hadapan orang lain. Yvanna itu terlalu polos dimata Tika, hingga Tika selalu bisa menebak jika Yvanna sedang menahan-nahan sesuatu.

"Sudah kamu temukan keberadaan perempuan itu?" tanya Tika untuk mengalihkan pikiran Yvanna dari usaha Zian yang begitu terang-terangan terhadap Tika.

"Iya, Kak. Sudah kutemukan," jawab Yvanna.

"Lalu, apakah kalian akan pergi sekarang juga untuk menghentikan perempuan itu?" tanya Zian.

"Iya, Kak. Sebelum malam tiba, semuanya sudah harus tuntas. Kalau tidak, akan terjadi hal yang lebih buruk karena Iblis yang bersekutu dengannya akan memberi bantuan lebih, jika dia sampai mempersembahkan jiwanya. Maka dari itu aku harus pergi bersama Kak Tika, Manda, dan Lili untuk menghentikan dia. Karena saat ini, dia sedang melemah dan tidak bisa melakukan apa-apa," jawab Yvanna agar Zian mengerti.

"Hanya kalian berempat? Apakah di antara kami tidak ada yang boleh ikut?" tanya Zian lagi.

Yvanna dan Tika pun saling menatap satu sama lain, namun tanpa mengatakan apa pun.

"Akan ada resiko yang besar, jika ada yang ikut dengan kami ke tempat perempuan itu. Resikonya adalah, orang itu akan mengalami hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya alias melihat hal-hal yang gaib," jelas Tika pada Zian.

Zian kembali menatap Yvanna.

"Bukankah tadi pagi Ben dan Jojo juga mengalami hal seperti itu? Ben tadi cerita padaku mengenai apa yang dilihatnya bersama Jojo dan Manda ketika kalian pergi," ujar Zian yang tampaknya ingin mengajukan diri untuk ikut.

"Nah justru itu, aku enggak mau ada lagi yang mengalami hal serupa dengan yang terjadi pada Kak Ben dan Jojo. Kak Ben tadi langsung pingsan setelah melihat dua makhluk yang dikirim oleh perempuan itu. Lumayan lama jangka waktunya bagiku untuk membuat dia sadar dari pingsannya," jelas Yvanna.

Zian terdiam selama beberapa saat.

"Tapi aku tetap mau ikut dengan kalian. Aku janji enggak akan pingsan seperti Ben," mohon Zian.

"Lah ... sejak kapan tidak pingsan bisa dijanjikan?" heran Tika sambil menatap Zian dengan tatapan aneh.

Yvanna lagi-lagi harus menahan tawanya demi menjaga adab terhadap yang lebih tua.

"Ya sudah, sekarang Kak Zian makan siang dulu. Nanti Kak Zian boleh ikut kalau sudah dapat izin dari kedua orangtua Kak Zian," ujar Yvanna.

"Tapi tadi pagi Ben enggak perlu izin, tuh," protes Zian.

"Sudah, jangan protes. Ben sampai melihat hal-hal gaib hingga pingsan itu karena pergi dari rumah tanpa izin. Makanya sekarang Yvanna menyuruh kamu untuk minta izin dulu, agar mendapat restu dan doa ketika ikut dengan kami," jelas Tika agar Zian menurut.

Zian pun mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda bahwa dirinya telah mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Yvanna dan Tika. Mereka bertiga pun segera beranjak dari kamar itu dan pergi ke rumah sebelah untuk makan siang bersama. Manda dan Lili tampak baru saja selesai menyajikan makanan di meja makan ketika mereka tiba. Kedua wanita itu langsung menatap Yvanna dan ingin segera tahu hasil dari apa yang telah Kakak mereka lakukan selama setengah jam yang lalu.

"Bagaimana, Kak? Sudah ketemu keberadaan perempuan itu?" tanya Lili.

Semua orang kini menatap ke arah Yvanna, persis seperti yang dilakukan oleh Manda dan Lili.

"Alhamdulillah sudah, Dek. Sekarang makan sianglah lebih dulu, baru setelah itu kita berangkat sama-sama," jawab Yvanna dengan tenang.

Zian duduk di samping Ayuni dan langsung menatap Ibunya dengan serius.

"Bu, aku mau ikut sama mereka berempat. Aku mau menemani mereka," ujar Zian memohon izin.

Ben pun menatap lurus ke arah Zian.

"Tumben kamu minta izin dulu sama Ibu. Biasanya juga kalau pergi ya pergi saja," ujar Ayuni, agak bingung dengan sikap putra keduanya itu.

"Aku tidak mau pingsan gara-gara tidak direstui saat akan pergi, Bu. Ben tadi pingsan gara-gara pergi tanpa izin, jadi aku enggak mau itu terjadi sama diriku," jawab Zian dengan jujur.

"Pingsan? Ben pingsan karena apa?" tanya Bagus sambil menatap ke arah Ben.

"Karena kami melihat makhluk kiriman yang dikirim sama perempuan itu, Paman," jawab Jojo. "Sayangnya, aku dan Manda hanya melihat satu makhluk. Tapi Kak Ben melihat dua makhluk dan makhluk yang satunya itu, katanya jauh lebih seram daripada yang kami lihat."

* * *

TUMBAL MUSUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang