Mendengar pertanyaan dari Bagus saat itu, membuat Yvanna sadar bahwa ia takkan bisa menghindar dari pertanyaan-pertanyaan lain yang akan segera bermunculan. Ia memberi tanda pada Lili untuk mengambilkan salah satu album kelulusan yang ada di meja. Lili mengambilkan album kelulusan tersebut dan menyerahkannya pada Yvanna.
"Perempuan itu satu angkatan denganku di SMP, Paman Bagus. Aku mengenalnya, tapi tidak terlalu dekat karena dia memiliki sikap yang aneh. Boleh Paman tanyakan pada Aris, dia adalah saksi mengenai keanehan sikap perempuan itu selama kami bersekolah di SMP. Jadi bukan hanya aku sendiri yang menyadari kalau sikapnya memang aneh, tapi juga ada banyak orang lain yang menyadarinya. Dulu, dia selalu berusaha untuk mendekat pada Jojo. Berusaha menarik perhatiannya dan bahkan sering sekali melakukan hal tersebut secara terang-terangan. Awalnya aku santai saja dengan hal tersebut, karena kupikir namanya juga remaja yang pasti memiliki rasa tertarik pada lawan jenis. Tapi aku mulai mewaspadainya saat Jojo mengadu padaku bahwa dirinya merasa sangat tidak nyaman ketika perempuan itu sedang berusaha mendekatinya," ujar Yvanna, tengah mengingat masa lalu.
Bagus dan yang lainnya benar-benar memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama penuturan Yvanna mengenai perempuan itu.
"Lalu aku mulai mencari tahu mengenai dia setelah menerima pengaduan itu dari Jojo. Aku ingat betul semua tentang dia ketika membaca biodata lengkapnya di kantor Guru. Saat itu, aku hanya biasa saja ketika tahu mengenai dirinya. Hanya, aku berusaha mati-matian membuatnya menjauh dari Jojo, bahkan sampai aku digosipkan oleh orang satu sekolah bahwa aku cemburu kalau Jojo didekati oleh perempuan itu. Kupikir, tidak masalah jika hanya digosipkan seperti itu. Toh kenyataannya hanya aku, Aris, Jojo, dan Silvia yang tahu segalanya serta kebenarannya. Sampai suatu hari, dia mulai bertindak agresif dan membuat Jojo yang berusaha menghindarinya terjatuh dari tangga yang ada di pekarangan sekolah. Kepala Jojo berdarah akibat benturan yang terjadi dan aku pun mengamuk pada perempuan itu. Aku berkelahi dengannya hingga kami berdua babak belur. Aku memberinya peringatan yang keras, bahwa jika sampai dia kembali mendekati Jojo, maka aku akan membuat dia lumpuh seumur hidup. Jadi sejak saat itu, dia yang berusaha menghindari Jojo dan terutama diriku. Dia jelas tidak ingin kembali berhadapan denganku, karena takut kubuat lumpuh seumur hidup."
Damar dan Zian pun tersenyum.
"Kami juga enggak akan mau dekat-dekat denganmu lagi, kalau diancam begitu," ujar Damar dengan jujur.
"Benar. Ancamanmu itu menakutkan, Dek," tambah Zian.
Yvanna pun tersenyum sesaat usai mendengar tanggapan kedua pria itu.
"Lalu, apa hubungannya dengan pertanyaan Paman tadi?" Bagus kini semakin ingin tahu lebih banyak.
Yvanna menghela nafasnya sejenak, lalu kembali menatap ke arah Bagus.
"Tadi kita berdiskusi sebelum aku membuka semua nama musuh anak-anak di dalam Keluarga Adriatma. Aku bertanya pada Paman mengenai sosok yang mungkin sangat menginginkan Almarhum Paman Hendri di masa lalu. Paman memberikan jawaban padaku dan bahkan menunjukkan foto serta nama orang tersebut," ujar Yvanna.
Bagus mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda ia membenarkan apa yang Yvanna katakan. Yvanna pun segera membuka album kelulusan angkatannya dan memperlihatkan sebuah biodata singkat kepada Bagus yang disertai foto di dalamnya. Bagus membaca biodata itu dan mendadak merasakan seluruh tubuhnya lemas tak berdaya.
"Ya, perempuan gila yang begitu ingin memiliki Almarhum Paman Hendri hingga menyimpan dendam terhadap Bibi Arini serta anak-anaknya, adalah Ibu dari perempuan yang dinikahi oleh Kak Ben lima tahun lalu setelah gagal dijodohkan denganku," tutur Yvanna akan kenyataan yang sebenarnya di hadapan semua orang.
Wajah Ben pun memucat seketika. Yvanna menatapnya dengan tenang seraya tersenyum.
"Tidak usah panik, Kak Ben. Kak Nia, Jojo, dan Naya tidak akan pernah lagi menyalahkan Kak Ben atas kesalahan di masa lalu itu. Kak Ben saat itu sedang berada di bawah pengaruh pelet yang digunakan oleh perempuan itu, sehingga Kakak terus bersikeras tidak ingin menjalani perjodohan denganku. Lupakan saja, toh semuanya sudah berlalu dan sekarang Kakak hanya perlu berhati-hati jika mengenal seseorang yang baru di luar sana. Kita tidak pernah tahu bagaimana isi hati manusia, karena kita bukan Allah," Yvanna memberi masukan untuk Ben.
Arini pun membawa Ben ke dalam pelukannya. Ia menangis saat tahu mengenai apa yang menimpa putranya hingga bisa berbuat sesuatu yang buruk di masa lalu.
"Benar kata Yvanna, ke depannya nanti kamu harus lebih hati-hati terhadap orang baru yang kamu temui. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran dan jangan sampai kamu mengulanginya lagi," pesan Arini sambil menciumi puncak kepala putra tertuanya.
Tubuh Ben pun merosot dari sofa lalu bersimpuh pada kedua kaki Ibunya.
"Maafkan aku, Bu. Maaf karena aku selalu saja menjadi anak yang pembangkang jika sedang Ibu nasehati. Maaf karena aku tidak pernah mendengar semua kata-kata Ibu. Maaf atas kebodohanku yang begitu mudah terperdaya oleh orang lain. Maaf karena aku telah menjadi penyebab hancurnya keluarga kita dan juga meninggalnya Ayah. Maafkan aku, Bu. Aku menyesali segalanya," Ben memohon sambil menangis.
Saat itu Ben sudah benar-benar tidak peduli dengan harga dirinya. Ia tak lagi peduli akan merasa malu terhadap Kakak, Adik, dan juga para sepupunya. Keinginan Ben saat itu hanyalah mendapatkan maaf dari Ibunya agar ia bisa kembali menjalani hidup seperti sediakala. Ayuni ikut menangis saat mendengar permohonan maaf yang Ben utarakan saat bersimpuh di kaki Arini. Ia sampai harus memeluk Tika dengan erat demi menumpahkan rasa sedihnya. Arini kembali menciumi puncak kepala putranya dan memintanya bangun. Ia memeluk Ben dengan erat tanpa ingin melepasnya. Putranya telah benar-benar dikembalikan ke sisinya sekarang, hal itu membuatnya jauh lebih tenang dan lebih lega dari sebelumnya.
"Ibu sudah memaafkanmu, Nak. Ibu sudah memaafkanmu," balas Arini sepenuh hati.
Satu tugas Yvanna yang dipesankan oleh Ibunya sebelum pergi kini sudah ia selesaikan. Membuat Arini memaafkan Ben dengan ikhlas adalah salah satu tugas yang Larasati tekankan pada Yvanna. Larasati tampaknya tahu kalau Arini masih belum bisa mengikhlaskan kepergian suaminya yang begitu tragis, dan juga tampaknya Larasati tahu kalau Arini sangat menyalahkan Ben atas semua itu. Kini, Yvanna bisa sedikit merasa lega dan tidak lagi perlu merasa khawatir dengan hubungan antara Ibu dan anak tersebut. Mereka telah berdamai dengan masa lalu dan telah saling memaafkan.
Ponsel milik Yvanna berdering, membuat wanita itu segera mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam sakunya.
"Halo, assalamu'alaikum Dek," sapa Yvanna saat tahu kalau Reza yang meneleponnya saat itu.
"Wa'alaikumsalam, Kak. Apakah Kakak baik-baik saja? Aku mimpi buruk barusan tentang Kakak," balas Reza dengan panik.
Yvanna pun tersenyum lalu memutuskan bangkit dari sofa dan menjauh dari yang lainnya.
"Duh anak bungsu, kamu itu bawel ya!" omel Yvanna dengan nada bercanda yang masih bisa didengar oleh semua orang sebelum wanita itu benar-benar menjauh.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL MUSUH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 1 Perjalanan tentang seorang wanita dalam mengatasi masalah yang tiba-tiba saja datang pada dua orang sahabatnya, yang membuat seluruh kehidupan wanita tersebut kini tertuju hanya pada sahabatnya tersebut. Satu...