Mendengar pertanyaan yang Zian ajukan, Yvanna pun dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Mohon maaf Kak Zian, Kak Tika harus mendampingi aku. Karena dia yang akan menulis pada whiteboard ketika aku sudah membuka kertas-kertas ini," jelas Yvanna seraya mencoba menahan senyumannya.
Ia jelas tak berani terang-terangan menertawai usaha Zian mendekati Tika, ia tahu persis apa yang akan terjadi kalau sampai ada tawa yang lolos dari mulutnya saat itu. Tika bisa mengamuk dan mengomelinya selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti karena dianggap mengejek yang lebih tua. Jadi meskipun Zian kini harus menekuk wajahnya akibat penolakan yang ia utarakan, setidaknya Yvanna tak perlu melihat Tika mengeluarkan tanduk. Itu sudah cukup baginya.
"Baiklah, tanpa basa-basi lagi aku akan langsung menjelaskan pada kalian semua sebelum membuka satu persatu semua kertas ini. Saat aku membuka kertas ini dan Kak Tika menuliskan nama musuh kalian satu persatu, kalian harus siap dengan konsekuensinya jika nama yang kutulis ternyata adalah orang yang telah menjadikan seluruh anggota keluarga ini sebagai tumbal atas persekutuannya dengan Iblis. Hal itu juga akan berlaku pada Paman Bagus, Bibi Ayuni, dan Bibi Arini. Kalian juga akan merasakan konsekuensinya ketika Kak Tika ternyata menulis nama yang tepat pada whiteboard. Intinya, apa pun yang kalian rasakan saat konsekuensi itu datang, kalian hanya perlu tutup mulut dan tidak menyebut nama yang tertulis pada whiteboard ini. Silakan berspekulasi, tapi jangan ada yang mengucapkan namanya. Apa kalian paham?" tanya Yvanna setelah memberikan penjelasan.
"Paham!!!" jawab semua anggota Keluarga Adriatma, serempak.
Semua orang mencoba menahan rasa gelisah dan takut yang mereka miliki saat itu. Yvanna pun mulai membuka kertas yang pertama dan melihat nama musuh yang tertulis di sana, lalu menatap ke arah Tika.
"Ini musuhnya Kak Damar," ujar Yvanna sambil memperlihatkan nama dalam kertas itu pada Tika.
Tika pun segera menuliskan nama tersebut pada whiteboard beserta tanggal lahir si empunya nama. Selama beberapa saat setelah nama itu ditulis, ternyata keadaan tenang-tenang saja dan tidak terjadi apa-apa. Hal itu menunjukkan pada Yvanna bahwa bukan musuh Damar yang menjadikan seluruh anggota keluarga itu sebagai tumbal dalam persekutuan dengan Iblis.
"Ternyata bukan yang ini. Bukan musuh Kak Damar yang menjadikan anggota keluarga ini sebagai tumbal persekutuan dengan Iblis," ujar Yvanna sambil menatap ke arah semua anak-anak di rumah itu.
"Aku juga tidak yakin sih Dek, kalau dia bisa berpikiran picik dan bersekutu dengan Iblis. Tapi memang dia adalah musuhku satu-satunya yang ada di dalam hidupku, makanya kutulis namanya," jelas Damar.
Yvanna pun mengangguk-anggukkan kepalanya usai mendengar hal yang Damar jelaskan.
Baiklah, kita akan lanjutkan membuka kertas yang selanjutnya," lanjut Yvanna.
Yvanna membuka kertas selanjutnya dan memperlihatkan nama yang ada di dalamnya kepada Tika.
"Ini nama musuh Kak Zian," ujar Yvanna.
Tika pun menulis nama itu pada whiteboard dan seperti yang sebelumnya, sama sekali tidak terjadi apa-apa. Hal itu pun kemudian membuat Yvanna segera membuka kertas-kertas lainnya agar Tika bisa menuliskan nama-nama yang ada di sana.
"Ini sudah nama musuh yang kelima dan ini adalah musuhnya Jojo," ujar Yvanna sambil membuka lipatan kertas di tangannya.
Tak lama setelah kertas itu terbuka, Yvanna pun tertawa sejadi-jadinya sampai harus menutup mulutnya sendiri sambil berlutut di lantai. Semua orang menatap Yvanna karena belum pernah melihat wanita itu tertawa lepas dan begitu senang seperti itu. Tika mengernyitkan keningnya dan berharap Yvanna memberitahunya alasan mengapa wanita itu harus tertawa lepas seperti itu.
"Apa yang kamu tertawai, Dek?" tanya Tika.
Yvanna pun memperlihatkan nama yang Jojo tulis di dalam kertas itu dan Tika pun ikut tertawa meski masih mencoba menahan diri.
"Jo, kamu yakin nama ini harus ditulis pada whiteboard?" tanya Yvanna.
"Tulis saja. Satu-satunya musuh yang ada di dalam hidupku memang cuma dia kok," jawab Jojo dengan santai dan masih sempat tersenyum geli.
Aris melirik ke arahnya dengan cepat.
"Siapa itu?" tanyanya, curiga.
"Lihat saja sendiri. Namanya tidak boleh kusebutkan, sesuai dengan apa yang Yvanna perintahkan," jawab Jojo.
Tika pun segera menuliskan nama Aris dengan lengkap pada whiteboard beserta tanggal lahirnya. Hal itu membuat kecurigaan Aris terbukti dan pria itu melotot seketika ke arah Jojo, sementara Kakak-kakak serta Adik mereka berdua kini tertawa seperti yang tadi Yvanna lakukan.
"Kurang ajar!" umpat Aris.
"Lah memang itu kenyataannya kok! Kamu memang satu-satunya musuhku di dunia ini, karena selalu saja mencemburui aku ketika Yvanna ada di sisiku! Enggak usah mengelak. Bahkan Silvia pun tahu persis kelakuanmu yang pencemburu itu!" tegas Jojo, setengah mencibir ke arah Aris.
"Hei ... hei ... sudah berhenti! Kalau kalian berkelahi, aku akan ikat kalian berdua di pinggir kolam ikan yang ada di samping rumah!" ancam Yvanna sambil melerai.
Jojo dan Aris pun memilih segera diam, karena mereka tahu kalau Yvanna tidak pernah main-main jika sudah memberi ancaman. Yvanna akan melaksanakannya, tak peduli kalau orangtua mereka akan protes sekalipun. Karena bagi Yvanna, mendidik itu lebih penting ketimbang menumbuhkan rasa iba. Jika salah, sudah barang tentu harus menerima hukuman, bukan menerima rasa iba.
Yvanna pun membuka lembaran-lembaran kertas selanjutnya, namun tetap saja tidak terjadi apa-apa. Hingga akhirnya ia tiba pada kertas terakhir, yaitu kertas berisi nama orang yang dianggap musuh oleh Ben.
"Ini kertas terakhir dan ini adalah nama orang yang dianggap musuh oleh Kak Ben. Jika masih juga tidak terjadi apa pun, maka berarti musuh yang telah menumbalkan anggota keluarga ini adalah musuh dari para orangtua, bukan musuh dari anak-anak dalam keluarga ini," jelas Yvanna akan kemungkinan lainnya.
Mereka semua tampak mengangguk-anggukkan kepala, pertanda bahwa mereka mengerti dengan apa yang Yvanna katakan. Wanita itu pun membuka kertas terakhir tersebut dan membaca nama yang ada di dalamnya. Sejenak wajah Yvanna tampak mengeras, lalu tatapannya beralih ke arah Ben yang duduk paling ujung di sofa panjang sebelah kanan.
"I--ini ... siapa dia bagi Kak Ben dan kenapa Kak Ben menulis namanya sebagai musuh?" tanya Yvanna, agak terbata-bata.
"Memangnya kenapa? Kenapa kamu bertanya begitu sementara pada yang lain kamu tidak bertanya alasan sama sekali?" Ben balik bertanya.
"Karena aku pernah berkelahi mati-matian dengan orang yang namanya Kakak tulis di kertas ini, demi menyelamatkan Jojo yang hendak dia pengaruhi saat masih SMP. Aku kenal dia, aku bahkan berada di satu kelas yang sama dengan dia," jawab Yvanna dengan jujur.
Aris dan Jojo pun ikut melotot seketika, lalu menatap ke arah Ben.
"Kamu menulis nama dia, Kak?" tanya Jojo dengan lantang.
"Memangnya kenapa, Jo? Kenapa namanya harus sampai ditulis oleh Kak Ben sebagai musuh?" desak Yvanna pada Jojo.
Jojo menutup kedua matanya dengan berat. Aris menatap ke arah Yvanna.
"Karena dia adalah mantan Istri Kak Ben. Dia adalah orang yang mempengaruhi Kak Ben untuk menyakiti dan menyingkirkan kamu, agar gagal menjadi menantu di dalam Keluarga Adriatma," Aris menjawab mewakili Jojo.
Tika pun mengambil kertas itu dari tangan Yvanna dan menuliskan nama tersebut pada whiteboard. Seketika, hawa dia dalam rumah itu terasa sangat panas dan juga tanah yang mereka pijak mendadak bergetar seperti yang terjadi pada malam mereka berusaha membebaskan Aris dari makhluk yang menginginkan kematiannya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL MUSUH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 1 Perjalanan tentang seorang wanita dalam mengatasi masalah yang tiba-tiba saja datang pada dua orang sahabatnya, yang membuat seluruh kehidupan wanita tersebut kini tertuju hanya pada sahabatnya tersebut. Satu...