Mendengar kepasrahan Tika atas ketiga Adik perempuannya membuat Arini dan Ayuni tertawa dengan kompak.
"Nak Tika, kamu harus bersyukur karena ketiga Adikmu ini hanya tidak mau disuruh merias dan mempercantik diri. Bayangkan kalau kamu menjadi kami. Nia dan Naya itu senang merias diri, tapi sulit kalau sudah disuruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah," ujar Arini.
Tika pun kembali tertawa usai mendengar apa yang Arini katakan.
"Bibi tenang saja, kalaupun bukan sekarang, Kak Nia dan Naya pasti akan mulai belajar bertanggung jawab atas urusan pekerjaan rumah tangga setelah mereka menikah. Segala sesuatu di dalam hidup ini selalu kita lalui secara bertahap dan urutan memulainya pun berbeda-beda," tanggap Tika.
"Betul itu, Bu. Aku dan Naya pasti akan belajar untuk mengurus pekerjaan rumah tangga kok. Tapi mungkin bukan sekarang, karena kami belum siap," Nania berupaya menenangkan Ibunya.
"Aku siap belajar sekarang kok, Bu. Aku mau belajar mengurus pekerjaan rumah tangga pada Kak Tika, Kak Yvanna, Kak Manda, dan juga Kak Lili," Naya memberikan jawaban yang lain.
Yvanna pun bangkit dari posisi setengah berbaringnya di sofa.
"Yakin?" tanya Yvanna kepada Naya.
"Insya Allah yakin, Kak Yvanna," jawab Naya penuh kesungguhan.
"Kalau begitu ayo kita ke dapur. Kita siapkan makan malam sama-sama," ajak Yvanna.
Naya pun segera mengangguk-anggukkan kepalanya dengan penuh semangat. Mereka berdua segera beranjak pergi ke dapur setelah rambut Naya selesai dihias oleh Tika. Manda dan Lili menyusul mereka tak lama kemudian. Arini dan Ayuni pun menatap ke arah Tika yang masih membereskan sisir serta jepit rambut.
"Kamu dan Adik-adikmu itu apa tidak merasa repot karena harus mengurus urusan rumah kami?" tanya Ayuni.
"Iya, apa kalian tidak merasa repot? Kalian 'kan tamu di rumah kami. Tapi bukannya kami yang menjamu kalian dengan baik, malah kalian yang ikut membantu kami mengurus pekerjaan rumah," Arini merasa tidak enak.
Tika tersenyum lagi seperti tadi.
"Kami sama sekali tidak merasa repot, Bi. Justru kalau kami dijamu oleh Bibi berdua, maka kami yang akan merasa tidak enak saat tinggal di sini. Kami bisa-bisa merasa tidak betah kalau dilarang membantu mengurus pekerjaan rumah tangga," jawabnya.
Zian melirik sejenak ke arah Tika dan memperhatikan ekspresi Ibunya saat sedang berbicara dengan wanita itu. Ia diam-diam tersenyum dan merasa bahagia saat melihat interaksi mereka yang begitu santai, persis seperti Ibu dan anak sungguhan.
"Tapi coba lihat ini," Arini menunjuk ke arah keranjang cuciannya. "Bibi sendiri belum pernah bisa mencuci sebanyak ini seorang diri, loh. Tapi Manda justru bisa mencuci semua ini dan tidak terdengar mengeluh."
"Mana mungkin Manda akan mengeluh, Bibi? Di rumah kami penghuninya jauh lebih banyak daripada di rumah Bibi. Di rumah Bibi hanya ada Kak Nia, Ben, Jojo, dan Naya. Jadinya hanya berlima jika ditambah dengan Bibi. Sementara di rumah kami jumlah penghuninya ada delapan orang dan semua pakaiannya Manda yang urus. Kami selalu berbagi tugas dan Manda memang selalu kebagian tugas mengepel lantai, menyiram seluruh tanaman di taman, serta mencuci pakaian semua orang. Sisa pekerjaan rumah yang lain adalah urusanku, Yvanna, dan Lili," jelas Tika.
"Kalian tidak pernah punya pembantu rumah tangga?" tanya Ayuni yang tampak serius menatap ke arah Tika.
"Tidak pernah, Bi. Selama kami tinggal di Subang, Ibu kami ingin anak-anak perempuannya terus berlatih untuk mengurus rumah tangga. Kami bukan hanya dilatih untuk bekerja, tapi juga dilatih untuk bertanggung jawab. Dulu saat kami masih remaja, Ibu masih sering ikut membantu kami bekerja. Tapi setelah kami beranjak dewasa, Ibu sudah kami larang untuk ikut mengerjakan pekerjaan rumah. Kami berempat mengambil alih tugas itu sepenuhnya, kecuali saat kami harus pergi bertugas seperti saat ini. Asisten rumah tangga dan penjaga rumah ada yang dipekerjakan oleh Ayah dan Ibu, tapi hanya untuk mengurus rumah keluarga kami yang ada di sini, bukan di Subang."
"Wah ... kalau suatu saat kalian berempat menikah, pasti Suami-suami kalian tidak akan perlu pusing memikirkan pekerjaan rumah yang biasanya tidak selesai-selesai. Orang yang kalian nikahi nanti adalah orang yang paling beruntung," ujar Nania sambil bersandar di pundak Ibunya dengan manja.
"Makanya kamu juga harus belajar seperti mereka! Lihat itu Naya, dia sudah mau mulai belajar bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga," saran Arini sambil mencubit ujung hidung putri tertuanya.
"Tenang, Bu. Aku pasti belajar kok," balas Nania yang akhirnya disambut dengan tawa dari Ayuni, Tika, dan Arini.
Di dapur, Naya benar-benar sepenuhnya mengikuti arahan dari Yvanna ketika memasak. Tidak ada satu pun yang ia lewatkan ketika memasak sup krim jagung kali itu. Dokter Lili dan Manda yang sedang menyajikan lauk ke atas piring pun memuji hasil masakan Naya yang sangat enak.
"Kamu berbakat, Nay. Hebat loh karena kamu bisa langsung memasak seenak ini dalam sekali coba," puji Dokter Lili.
"Betul itu. Dulu kami belajar membuat sup krim jagung dari Kak Yvanna itu membutuhkan waktu seminggu, untuk benar-benar bisa mendapatkan rasa yang pas," tambah Manda yang tidak berhenti mencicipi sup krim jagung buatan Naya.
Yvanna bergegas menutup panci agar Manda segera berhenti.
"Kalau niatnya cicip, jangan banyak-banyak. Nanti yang ada kita enggak akan jadi makan malam," tegur Yvanna.
Manda pun tersenyum lebar ke arah Kakaknya dan berharap Yvanna akan luluh untuk kembali membuka tutup panci sup tersebut. Namun dugaannya salah, Yvanna justru langsung membawa panci sup itu keluar dari dapur agar Manda tidak lagi bisa mencicipinya.
"Kak Yvanna! Kembalikan pancinya!" rajuk Manda.
"Enggak! Enggak akan kukembalikan!" tolak Yvanna.
Lili dan Naya pun tertawa saat melihat tingkah kedua wanita itu yang kini sama-sama sedang saling mengejar sambil mengitari meja makan yang ada di luar dapur. Jojo dan Aris ikut menertawai mereka karena sudah tahu kalau Yvanna dan Manda adalah yang paling sering saling mengganggu dalam kehidupan mereka sehari-hari. Ben hanya mengawasi dalam diamnya, sementara Damar sudah tertawa geli di sampingnya.
"Ya Allah, ternyata mereka bisa juga ya bertengkar seperti itu," ujar Damar.
"Oh, sering! Dari dulu Yvanna dan Manda memang yang paling sering bertengkar. Hanya saja, tidak terlalu terlihat kalau mereka itu sering bertengkar. Karena Yvanna lebih sering banyak diam dan Manda lebih sering mengasuh Lili dan Reza," jelas Jojo.
"Manda ... Yvanna ... berhenti!" tegur Tika.
Kedua wanita itu pun langsung masuk kembali ke dalam dapur setelah mendapat teguran dari Tika. Aris kini tertawa terpingkal-pingkal di tempatnya.
"Sudah kuduga kalau mereka akan langsung kabur setelah Kak Tika menegur," ungkap Aris.
"Wajar. Dari dulu Kak Tika memang paling galak terhadap Adik-adiknya," balas Jojo.
"Hah? Bukannya yang paling galak itu Yvanna, ya?" tanya Ben, yang sudah menyaksikan sendiri bagaimana cara marahnya Yvanna saat di mobil tadi.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL MUSUH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 1 Perjalanan tentang seorang wanita dalam mengatasi masalah yang tiba-tiba saja datang pada dua orang sahabatnya, yang membuat seluruh kehidupan wanita tersebut kini tertuju hanya pada sahabatnya tersebut. Satu...