Amara mundur ketakutan saat dimana Niko menatapnya tajam seolah mau menerkamnya, ia di bawa ke gudang belakang sekolah setelah Niko meminta agar Amara keluar dari tubuh Tio.
"Ak-aku minta maaf-- aku, tadi-"
"LO PENGGANGGU!"
"LO BIKIN HIDUP GUE GAK KARUAN, SIALAN!"
"LO SETAN SIALAN YANG PERNAH GUE KENAL!"
"LO NGERUSAK ALUR KEHIDUPAN GUE!!" Niko terus berteriak frustasi, ia terus melampiaskan apa yang ada di hatinya. Bagaimana bisa ia hidup bersama hantu yang terus menganggunya setiap saat, mengikutinya kemanapun ia pergi? Demi apapun Niko merasa risih dengan semua itu.
Terlebih lagi berani sekali Amara merasuki tubuh Tio membuat situasi menjadi semakin runyam. Pasti teman-temannya akan berburuk sangka yang bukan-bukan, untung saja tadi Niko bisa fokus bermain dan memenangkan pertandingan tadi.
"Bilang sama gue, apa mau lo? Lo mau gue tolong? Dimana jasad lo?"
"Aku gak mau kamu tolong, aku mau kenal kamu jauh, aku suka sama kamu Niko sejak pertama kali kita ketemu."
"Gue Manusia, lo setan, bodoh!"
"Iya aku tau, tapi apa salah kalau hantu punya rasa suka sama Manusia?"
Niko mengeraskan rahangnya emosi, ia mengikis jarak di antara keduanya, menatap tajam hantu di hadapannya. Namun niatannya untuk marah malah gagal karena ia merasakan hal aneh ketika menatap lamat kedua bola mata Amara.
Cantik. Kata itu lolos meskipun hanya bisa ia utarakan dalam hati.
Niko menjauhkan dirinya dari Amara, ia mengacak rambutnya frustasi. Perasaan apa ini? Tadi ia marah-marah dan ingin hantu itu pergi, namun saat menatap kedua matanya mengapa malah ia merasa gugup tidak karuan begini?
"Kalau kamu masih marah, aku pergi. Nanti aku balik lagi kalau emang kamu udah gak marah," Amara menghilang dari hadapan Niko.
Entah mengapa bukannya merasa tenang, Niko malah cemas tidak karuan. Mau kemana hantu itu? Pergi kemana? Apa akan lama? Begitulah pertanyaan yang terus tersirat dalam dirinya. Padahal tadi Niko memaki-maki Amara dan mengatakan banyak hal menyakitkan kepada hantu itu, tapi mengapa sekarang ia malah merasakan hal aneh seperti takut Amara benar-benar hilang.
•••||•••
Sudah berhari-hari Amara tidak hadir mengganggunya, padahal baru 2 hari bersama hantu itu, tapi entah mengapa rasa sepi mulai Niko rasakan ketika hantu itu tidak ada lagi bersamanya.
"Lo kenapa si Ko? Tumben mau ikutan mabok gini?" tanya Deni. Niko memang suka nongkrong dan berkelahi, tapi ia jarang sekali mau meminum minuman ber-alkohol. Entahlah, sekarang ia sedang merasakan hal yang tidak karuan dalam dirinya, berharap alkohol dapat menghilangkan beban pikiran'nya.
"Ko, lo beneran kan gak ada hubungan sama si Tio?" pertanyaan dari Mustakim berhasil memancing amarah dari seorang Niko.
Bug.
Bug.
Bug.Niko menghantam'nya dengan pukulan-pukulan yang membuat Mustakim kesakitan, "Bangsat! Kenapa lo mukul gue sampe kaya gini? Gue cuman nanya, anjing!" pekiknya tak terima.
Rama dan Deni menghentikan Niko, menahan Mustakim untuk membalasnya.
"Ko, lo kenapa sih sebenernya? Lo marah kita tau hubungan lo sama Tio sebenernya?" tanya Rama. Niko sebenarnya marah bukan karena hal tidak penting itu, ia marah karena tak dapat mendapati keberadaan Amara.
Tio, lelaki itu bangkit dari tempat duduknya, menarik baju Rama dengan sengit. "Lo waras gak?"
"Waras Yo, sorry-- gue gak maksud buat-"
"Gue normal, setan!"
"Tapi waktu itu--"
"Gue kemasukan Jin cewek, kurang jelas?"
"OH JADI ADA JIN CEWEK YANG SUKA SAMA SI NIKO, TERUS MASUK KE DALAM TUBUH LO?" tanya Mustakim yang kemudian di balas anggukan dari Tio.
Mustakim melirik pada Niko yang sibuk dengan ponselnya, ia duduk mendekat memukul pelan bahu Niko, "Sorry Ko gue gak tau."
"Hm."
"Lo sebenernya kenapa sih?" tanya Deni. Ia tahu bahwa amarah Niko tadi bukan soal apa yang Mustakim tanyakan, tapi ada hal lain yang membuatnya kacau seperti ini.
Niko memakai kembali jaket'nya, ia segera mengambil kunci motor di atas meja, lalu pergi dari Markas.
Tentu saja keanehan Niko tadi menjadi bahan pertanyaan kawan-kawan'nya, walaupun mereka sendiri tak mengerti dengan apa yang sekarang Niko rasakan.
Niko, pria itu sengaja melewati jalan yang sunyi, jalan yang dulu menjadi awal pertemuan'nya dengan Amara. Ia berharap dapat menemukan Amara disana, sumpah demi apapun Niko merasa frustasi dengan kepergian hantu itu.
Sialnya bukan bertemu dengan Amara, motornya malah di hentikan oleh ketiga begal yang mau mencelakainya. Niko mengambil jalan yang salah pada tengah malam begini, tentu saja para begal beraksi terutama jalanan yang sekarang Niko singgahi ini sangatlah sepi, jauh dari pemukiman warga.
"Turun lo!" ucap salah satunya yang membawa senjata tajam.
Tanpa rasa takut sedikitpun, Niko turun dari atas motornya. Ia tersenyum miring meremehkan ketiga begal itu.
"Serahin kunci motor lo, dan apapun harta berharga yang lo punya!"
"Kalau gue gak mau?"
"Nantangin dia bos," ucap kawan'nya.
"Sikat gak nih?" Ketua dari begal itu mengangguk menyetujui lalu mereka beraksi untuk memberikan pukulan pada Niko.
Niko tentu tidak diam, ia menghadapi ketiga begal itu sendirian walaupun sedikit kewalahan karena mereka bertiga sementara dirinya sendirian.
Perkelahian terus berlangsung, sampai akhirnya Niko tersungkur lemah. Ia seperti ini karena efek alkohol yang membuatnya sulit berkonsentrasi dalam hal apapun kecuali memikirkan Amara.
Saat ketua begal itu mau menusukan pisau pada Niko, tiba-tiba hembusan angin datang begitu kencang hingga membuat pisau yang di pegangnya terjatuh ke tanah.
"Ada apaan ni bos," ujar salah satunya panik.
"HIHIHIHIHI" suara yang mereka yakini adalah suara makhluk tak kasat mata, berhasil membuat bulu kuduk mereka merinding ketakutan.
Amara, hantu itu datang menampilkan wujud paling mengerikan yang berhasil membuat ketiga manusia jahat itu pergi berlarian melarikan diri akibat ketakutan.
Amara kembali dengan wujud asli'nya yang cantik, ia melihat Niko begitu lemah di atas tanah.
"Niko apa kamu masih kuat?"
"Am-Amara.. gu-gue, nyari lo." Lirihnya.
"Maafin aku. Gimana caranya aku bantu kamu? Aku-- hm, yaudah aku coba menyamar jadi manusia buat cari pertolongan ya, kamu tung--" tangan Amara di tahan oleh Niko. Pria itu malah beralih memeluk Amara, menumpahkan segala rasa bersalahnya karena telah membentak dan membuat Amara pergi darinya.
"Jangan pergi lagi.."
"Iya, aku gak akan pergi lagi Niko."
"Janji?"
"I-iya, aku janji." Tatapan Niko begitu tulus memohon agar Amara tak pergi lagi meninggalkannya.
Keadaan Niko memang cukup parah, tapi ia masih sanggup berdiri dan meyakini bahwa ia masih bisa membawa kendaraan'nya dalam keadaan selamat sampai rumah.
"Naik," ucap Niko dengan tampang datarnya.
"Tapi keadaan kamu--"
"Gue masih sanggup." Niko memakai helm'nya kembali, sementara Amara mengikuti keinginan pria itu untuk naik ke atas motornya. Niko melajukannya dengan kecepatan standar, dan selamat sampai tujuan pulang walau keadaan babak belur, dan sempoyongan akibat efek dari alkohol.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO BOY ✓
Horror[ SEKUEL DARI CERITA PACAR GAIB ] Niko, pria tampan yang memiliki kemampuan dapat melihat makhluk tak kasat mata. kemampuan'nya ini membawa'nya mengenal hantu bernama Amara, hantu berwujud cantik dan menjengkelkan. Mengenal Amara tentu bukanlah hal...