Rama sibuk memotret Mustakim yang sejak tadi narsis'nya gak ketulungan.
"Coba sini gue liat hasilnya," Mustakim meraih ponsel miliknya kemudian tersenyum puas dengan hasil potret Rama.
"Anjay, ganteng juga aing." ucapnya percayadiri.
"Kirim ke WA gue Mus," kata Rama.
"Buat apaan? Dih, jangan-jangan lo ngebayangin yang enggak-enggak ya diem-diem?"
"MAU GUE SHARE KE GRUP JUAL BELI MUSANG."
Brakkk! Mustakim melempar bekas kaleng minuman pada Rama. Sialan sekali pikirnya, ganteng-ganteng begini di kirim ke grup jual beli musang, yang benar saja? Cakepan dikit kek, grup janda misalnya- ya kali aja ada yang nyantol.
Niko baru saja sampai markas. Dari tampangnya ia benar-benar memendam rasa kesal terhadap seseorang, yang sudah pasti itu Levia. Bagaimana tidak? Rumah gadis itu banyak sekali belokan setelah masuk gang, di tambah hampir saja Niko menabrak tiang listrik jika saja ia tidak buru-buru ngerem.
"Muka lo kenapa?" tanya Tio.
"Ganteng."
"Narsis juga lo," Niko mendelik. Ia kemudian ikutan duduk di antara teman-temannya, mengambil gitar dan mulai memetik senar asal.
Karena kesal, Niko memainkannya asal, terlihat marah tidak jelas. Langsung saja Tio merebut gitar dari tangan Niko, membuat pria itu sedikit jengkel.
"Lo kenapa si?" tanya Tio.
"Gapapa."
"EH SINI YO, BIAR GUE YANG MAIN GITAR!" Rama mengambil gitar itu dari tangan Tio dan ia memulainya.
"Kemarin kau datang menemui aku, saat aku ragu, saat aku layu, canda tawamu tenangkan aku, Yolanda..."
"Ku bawa cinta sebesar dunia, agar engkau tahu besarnya cintaku, apa kau tak resah, kau tak merana Yolanda..."
"Aku menunggumu di tempat biasa, ku harap kau datang menemui aku, jangan terlambat ku harap cepat, Yolanda..."
"Lelah hati ini mencari dirimu, lelah kaki ini untukku melangkah, untuk temui dirimu kasih Yolanda.."
"KAMU DIMANA DENGAN SIAPA, SEMALAM BERBUAT APA?"
"KAMU DIMANA DENGAN SIAPA, DISINI AKU MENUNGGUMU DAN BERTANYA.."
Asik sekali Mustakim dan Rama menyanyikan lagu dari Kangen Band, dengan judul Yolanda itu. Sementara Niko maupun Tio, mereka asik dengan kegiatan main ponsel masing-masing.
"Lo berdua gak ikutan nyanyi?" tanya Rama.
"Gak." jawab keduanya bersama'an.
"Anjay, lagi mabar nih kayanya?" tebak Mustakim.
"Nobar," jawab Niko asal.
"WIH, NOBAR APANIH? XXX YA LO?" Heboh Mustakim.
"Nobar Upin-Ipin wisuda."
"GOBLOK, TK AJA KAGA LULUS-LULUS, UDAH WISUDA AJA DIA." ucap Rama sedikit geram. Niko tertawa mendengar teman-nya itu percaya saja dengan canda'an'nya, sementara Tio sih sejak tadi datar-datar saja.
Memang tidak salah jika Niko datang ke Markas, mereka selalu membuat Niko terhibur dengan kebobrokan masing-masing.
"Gimana sama Afatar?" tanya Niko melirik satu persatu teman-temannya.
"Kita cuman harus jebak mereka," jawab Tio. Tanpa menjelaskan, Niko tahu apa yang harus di lakukan.
"Gerakin semua anak Mavro, lo semua pasti ngerti apa yang bakal di lakuin." ucap Niko. Mustakim dan Rama mengangguk.
"Ram, lo ngerti?" tanya Mustakim berbisik.
"Kaga. Lo?"
"Sama"
==||==
"Jangan, pergi!" teriak Amara. Ia di kejar oleh makhluk aneh berkepala dua sementara badan'nya hanya satu. Sejak ikut-ikutan ke tempat dimana Niko bersekolah, Amara sering di datangi makhluk aneh itu yang entah darimana.Dari sekian banyak makhluk gaib sepertinya, hanya satu makhluk gaib itu yang tidak berhenti mengejar-ngejar Amara.
"Stop, jangan mendekat!" Amara nampak panik. Tapi jika ia terus terbang mencari tempat persembunyi'an, makhluk mengerikan itu malah semakin mengejarnya.
"Ayolah, hantu imut.. aku menyukaimu." ucapnya mengerikan.
"Apa kamu gak pernah berkaca ya? Kamu itu aneh, menyeramkan, bau busuk! Aku gak suka sama kamu!"
"Jika aku memperlihatkan wujud Manusia'ku, kamu akan sangat terpikat pastinya. Sayang'nya aku di kuruk jadi siluman berkepala dua seperti ini, hantu imut siapa nama'mu? Biar aku lebih mudah menyapa'mu."
"KAMU DENGAR BAIK-BAIK, AKU UDAH PUNYA PAWANG, DAN KALAU KAMU LIAT DIA, KAMU PASTI BAKALAN LANGSUNG INSECURE!"
"Tidak ada kata Insecure untukku hantu imut, aku yang paling tampan."
"Kamu boros, kepala aja dua, apalagi cewek."
Hantu-hantu lain yang berada di sekolah itu tertawa mendengar apa yang Amara katakan. Mereka tak berani menolong Amara, karena memang sudah menjadi persetujuan bahwa apapun yang terjadi, mereka tetap masing-masing. Tidak ada hantu solid, sebab mereka tak memiliki hati nurani.
"Kalau kamu tidak ingin bersamaku, maka aku akan selalu mengejarmu hantu imut."
Amara terbang berlari menghindari makhluk itu, ia mencari keberada'an Niko pada setiap tempat yang ada, namun pria itu tidak ada juga, padahal tadi jelas Niko memarkirkan kendara'an-nya di tempat parkir sekolah.
"Niko, tolong aku.." Amara memohon berharap Niko merasakan marabahaya yang menimpa'nya.
"HANTU IMUT, JANGAN BERTINGKAH, SEMAKIN KAU BERTINGKAH, SEMAKIN AKU MENYUKAIMU!!"
Gila! Ya, Amara mengatakan bahwa siluman itu Gila. Bisa-bisanya secara tidak tahu diri mengejar-ngejar Amara, dan meminta suatu ikatan kebersama'an, memangnya Amara hantu apa'an? Biar hantu, dia setia, tidak akan mengkhianati Niko kekasihnya. Apalagi jika selingkuhan'nya aneh begitu, amit-amit deh pikirnya.
Niko, pria itu berada di toilet wanita, ia menolong Levia yang kena bully oleh para murid perempuan yang seangkatan dengannya.
"Ko, maaf, kita--" ucapan Laras terhenti saat mendapatkan pelototan maut dari Niko.
"Lo tau akibatnya." Setelah itu Niko menarik tangan Levia pergi dari sana. Demi apapun Levia merasakan getaran aneh, jantungnya berpacu lebih cepat, terutama wajah Niko selalu berhasil membuatnya seolah tergila-gila.
Niko membawa Levia ke UKS.
"Ganti baju lo" ucapnya datar.
"Ta-tapi, aku gak pun--"
"Ada di lemari itu, bego!" Levia menunduk gugup. Niko segera keluar dari ruangan itu.
Kalung yang Niko pakai menyala secara tiba-tiba, penglihatan Niko mulai bekerja.
"Amara."
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO BOY ✓
Terror[ SEKUEL DARI CERITA PACAR GAIB ] Niko, pria tampan yang memiliki kemampuan dapat melihat makhluk tak kasat mata. kemampuan'nya ini membawa'nya mengenal hantu bernama Amara, hantu berwujud cantik dan menjengkelkan. Mengenal Amara tentu bukanlah hal...