Part 13.

257 38 2
                                    

Amara meringkuk ketakutan di pojokan, padahal ia bisa saja menghilang saat itu juga tapi ia menunggu kedatangan Niko untuk menolongnya. Siluman berkepala dua itu menghilang saat Niko sudah menerobos pintu perpustaka'an dan mencari keberada"an Amara.

"Amara," saat berjalan ke pojokan, ia langsung mendekat memeluk hantu itu erat dalam ketakutan'nya. Padahal Amara juga hantu, kok bisa takut sesama makhluk lain?

Amara melepas kasar pelukan Niko, "Kamu kemana? Aku cari kamu, panggil kamu, kamu gak ada?"

"Maaf"

"Aku tanya kemana, bukan maaf!"

"Ada urusan. Lo gapapa kan?"

"GAPAPA GIMANA? NIKO, AKU DI KEJAR SILUMAN. DAN DIA SELALU NGAJAK AKU BUAT SAMA DIA, KAMU DIMANA PADA SAAT AKU BUTUH KAMU?" Amara benar-benar marah, emosinya meluap-luap tak terkontrol.

Niko diam. Ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya bahwa ia menolong Levia, bisa-bisa si hantu cantik'nya ini akan semakin marah padanya.

Tangan Niko perlahan bergerak meraih tangan Amara, walau pada akhirnya di tepis juga. "Maaf," lirihnya tulus.

"Aku tanya, kamu dimana Ko? Kenapa maaf-maaf terus sih, kaya abis idul fitri aja!"

"Ada hal yang harus lo tau, dan enggak."

"Yaudah gini aja, aku pergi, gak akan temuin kamu lagi. Urus aja hidup kamu sendiri, kita masing-masing aja. Lagian kan aku hantu, gak bisa berharap lebih bahwa kamu akan selalu sama aku. Percuma kan kita sama-sama?"

"Jangan!" Niko menarik tangan Amara, ia tidak akan biarkan hantu itu pergi meninggalkannya. Ia tidak bisa bayangkan akan se-frustasi apa dia tanpa Amara.

"KAMU AJA BEGINI NIKO, GAK MAU JUJUR SAMA AKU. KAMU DARI MANA SIH? APA KAMU GAK DENGER AKU NYARI KAMU, AKU BERKALI-KALI SEBUT NAMA KAMU, MINTA PERTOLONGAN KAMU, TAPI KAMU GAK ADA SAMA SEKALI?"

"Gue harus gimana?"

"Gak tau! Aku capek, mau pergi."

"Siluman'nya kaya gimana?" tanya Niko mengalihkan agar pertengkaran keduanya tidak terus-terusan berlanjut.

Amara diam saja tak menjawab. "Ra?" Niko menarik pelan dagu Amara agar berhadapan dengannya.

"Diem!"

"Cakepan gue apa siluman'nya?"

"Gak ada, dua-duanya jelek!"

"Masa sih?" Amara membuang pandangan'nya ke arah lain, namun Niko lagi-lagi menariknya agar berhadapan dekat.

Keduanya saling berhadapan, bertatapan penuh penghayatan. Amara benar-benar tidak bisa lepas dari pandangan'nya, dimana wajah Niko begitu tampan terlihat di depan mata.

Katakan bagaimana bisa Amara menolak pesona Niko? Lelaki itu benar-benar tampan.

"Niko jangan liatin aku kaya gitu!" cicit Amara gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Niko jangan liatin aku kaya gitu!" cicit Amara gugup. Ia benar-benar tidak sanggup untuk marah terlalu lama pada Niko.

"Kenapa, hm?" Niko semakin mendekatkan wajahnya, dan...

Di kecuplah bibir Amara cukup lama, lalu beralih menatap kembali hantu cantik'nya itu. "Jangan marah lagi, sayang"

"A-apa?"

"Apanya?"

"Tadi kamu bilang apa?"

"Jangan marah lagi"

"Kalimat terakhirnya!"

"Sayang"

"NIKO AKU KAYA'NYA BESOK-BESOK MAU MARAH TERUS BIAR DI PANGGIL SAYANG SAMA KAMU!" teriaknya histeris.

Niko terkekeh dengan tingkah Amara. Hantu itu memang selalu saja cantik dalam ekspresi seperti apapun.

•••||•••

Niko ada di lapangan melangsungkan kegiatan olahraga, padahal ia paling malas harus melakukan kegiatan yang menurutnya tidak berguna ini, tapi karena di paksa oleh ketiga teman-teman'nya, ia terpaksa mau.

"Ni-Niko, kamu hebat ya main volly'nya tadi," ucap Amanda. Gadis itu menghampiri Niko saat Niko duduk di pinggir lapangan setelah selesai bermain volly.

Niko tak menanggapi, jangan'kan menanggapi, melirik saja tidak.

"Niko, kamu haus gak? Aku bawa minum, kamu mau?" Niko menghela nafasnya kasar, mendelik malas. "Ka-kamu mau?"

"Mending buat gue aja Nda!" seru Mustakim.

"Gue gak nawarin buat lo, ini buat Niko!" kekeh Amanda.

"Niko gak akan mau nerima pemberian lo, jadi daripada mubajir, mending buat gue, sini--" Mustakim mengambil paksa minuman itu dari tangan Amanda, lalu meleguknya tanpa rasa bersalah.

"DASAR MUSANG GILA, GAK TAU DIRI!!" kesal Amanda.

"Haha, musang gak tuh?!" ledek Rama.

"Bangsat lo Ram! Eh Amanda, nama gue Mustakim, oanggil Kim biar ke korea-korea'an. Gini-gini gue banyak merebutin, cewek kaya lo mah gak ada apa-apanya, nih botol minum'nya, gak butuh gue!"

Amanda mengambil kembali botol minum miliknya, "Yaiya gak butuh, airnya udah lo minum abis, dasar musang gila!" setelah itu Amanda pergi dari hadapan ke-empat genk Mavros itu.

"Yo, cewek yang lo posting di IGEH siapa tu?" tanya Rama.

"Lah emang ada?" kepo Mustakim yang langsung mengecek lewat Instagram miliknya, "Anjrit beneran ada. Gilak cakep bener, siapa Yo?"

"Nabilla."

"CIYEHHHH ES BATU PUNYA PACAR!" heboh Mustakim.

"Adek gue."

"Adek?" tanya Rama dan Mustakim bersama'an. Tio mengangguk sebagai jawaban. "Lah, kenalin napa Yo ke gue? Apa nama IGEH'nya?" tanya Rama.

"Ogah gue comblangin adek gue sama kecebong kaya lo pada."

Niko tertawa kecil mendengar ucapan Tio. Sementara Rama dan Mustakim diam seketika mendapatkan jawaban menyakitkan secara langsung dari teman yang mereka harapkan menjadi kakak Ipar kelak.

"Yo, baliknya gue main ya ke rumah lo?" tanya Mustakim gesit.

"Rumah gue gak nerima pendosa."

"HAHAHAHA MAMPUS. YO, KALAU GUE AHLI SURGA BOLEH KAN?" tanya Rama.

"Rumah gue juga gak nerima ahli kubur."

"Bangsat lo Yo!" Tio tertawa, begitupun dengan Niko. Moment seperti ini langka memang, karena kedua es batu itu jarang tertawa jikalau tidak ada hal yang sangat lucu.

Dari sebrang sana, ada Levia memperhatikan Niko. Semenjak Niko menolongnya kedua kali, gadis itu malah jadi diam-diam kepo dan selalu ingin melihat lagi wajah Niko walaupun dari kejauhan.

Apa aku suka ya sama kak Niko? Tapi emangnya pantes, aku yang miskin suka sama cowok terpandang kayak kak Niko? Bahkan, yang cantik dan populer aja di tolak, apalagi aku. Hm, jangan mimpi kamu Levia!!

INDIGO BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang