Part 05•••

362 57 1
                                    

"Niko, yang tadi omongan kamu bercandaan aja kan? Boongan aja? Aku gak akan mau loh di suruh jauh-jauh dari kamu, Niko, kamu bakalan rugi jauh dari aku!" ucap Amara memperlihatkan wajah songongnya, yang seolah-olah apa yang ia katakan benar, Niko akan rugi.

"Rugi?" tanya Niko.

"Iya. Aku cantik, udah gitu aku juga gak sama kaya cewek lain yang deketin kamu. Mereka manusia, aku bukan. Jadi, jelas kan?!"

Apa yang di katakan Amara benar, hantu satu ini cantik dan unik, kapan lagi Niko bisa dapatkan hantu sepertinya? Tapi tidak benar jika keduanya menjalin hubungan, dan saling mencintai bukan?

Meskipun sebuah kesalahan, jujur Niko tidak bisa sadar akan hal itu. Ia terlajur menyukai Amara, terlanjur jatuh cinta pada hantu ini. Seumur hidupnya, ia tidak pernah jatuh cinta, dan Amara adalah yang pertama membuka hatinya.

Bukan fisik, tapi pilihan hati. Niko menyukai Amara, karena pilihan hatinya, walaupun Amara bukan Manusia.

"Gue--" sebelum melanjutkan kalimatnya, Amara mendekat, menatap lekat wajah Niko dengan saksama. Jelas, perlakuan Amara membuat Niko mendadak jantungan. "Lo mau ngapain?" tanyanya panik. Ia sudah berfikir yang bukan-bukan, tapi Amara malah semakin dekat saja.

"IH PIPI KAMU BENTOL, KAMU DI GIGIT NYAMUK? ASTAGA. KAMU GAK PERNAH PAKE SOFEL KALAU TIDUR? NIKO, YA AMPUN, KAMU UDAH GEDE LOH, MASA BISA-BISANYA KECOLONGAN DI GIGIT NYAMUK! AKU CEMBURU!!"

Dahi Niko mengernyit bingung, apa-apaan Amara ini? Hanya karena persoalan nyamuk saja bisa seheboh itu? Dan apa katanya tadi, cemburu? Seriusan, ada hantu cemburu sama nyamuk?

"Aku gak mau kejadian ini terulang lagi, jangankan nyamuk, semut aja kalau caper sama kamu, aku usir!" kesalnya.

Niatan Niko untuk marah dan mengusir hantu ini jauh dari kehidupannya jadi pudar karena sekarang malah Amara yang cemberut kesal.

"Niko, kamu gak ada niatan bujuk aku gitu? Aku lagi marah loh sama kamu!"

"Bujuk?"

"Iya. Kamu kaku banget sih kaya kanebo kering? Masa bujuk pacar sendiri aja enggak bisa?"

"Pacar?"

"NIKO ASTAGA!! KENAPA YA OTAK KAMU LEMOT TERUS? UDAHMAH KAMU GAK PEKA, GENGSIAN, KULKAS, DATAR, KAKU PULA! Semenjak kamu nahan aku pergi, itu tandanya aku pacar kamu."

"Gue--"

"Apalagi? Pasti kamu mau bilang maaf? Yaudah, udah aku maafin kok. Sini aku ajarin cara bujuk cewek marah," Amara meraih tangan Niko, menyimpan tangan kekar itu di pipinya lalu ia arahkan agar tangan Niko mengusap-usap pipinya, "Lembut kan pipi aku kaya pantat bayik?"

"Gini cara bujuk cewek marah?" Amara mengangguk, "Gue pikir cara cuci piring." Amara ngamuk, ia menepis tangan Niko jengkel.

"Niko gak romantis, aku gak suka! Masa ngusap pipi di bilang cuci piring?!!"

Niko tertawa pelan, ada-ada saja hantu satu ini. Ekspresi'nya itu loh? Astaga, lucu sekali jika sedang ngambek.

"Niko kenapa ketawa sih?"

"Gapapa" sekarang ekspresinya berubah datar kembali.

"Yang tadi itu baru trening, ayok sekarang Niko lakuin!" titahnya.

Perlahan Niko mendekat, ia mengarahkan tangannya pada pipi Amara yang mulus dan putih. Hantu satu ini memang benar-benar cantik, godluking, ketimbang hantu-hantu lainnya yang pernah Niko temui.

Niko mengusap pelan pipi Amara, menatap kedua bola mata gadis di hadapannya ini, "Lo cantik." Bukannya minta maaf malah memuji, tapi hal itu berhasil membuat Amara melenyot.

"Kayanya aku mau mati deh,"

"Kan udah mati?"

"Dua kali boleh gak sih? Gak kuat liat mode kiyowo kamuuuuuuuuu!!"

~~~

Genk Afatar buat onar lagi, beberapa dari mereka melakukan tindakan kriminal terhadap salah satu pengemudi mobil. Tentu saja Niko dan Mavro- nama genk'nya langsung memberi peringatan, karena dengan adanya kerusuhan itu membuat seluruh nama genk motor tercemar.

"Lo bisa, sekali gak bikin onar?" sengit Niko menatap tajam si ketua- Zidan Basgara.

Zidan tertawa meremehkan, "Bukan genk motor namanya kalau gak ngebegal. Yagays?" Semua teman-temannya ikutan tertawa.

"LO SEMUA NORAK BANGSAT!" teriak Rama.

"Tidak ramah, bintang satu." ucap Mustakim.

"GENK GAK JELAS, CUMAN BISA BIKIN ONAR!" kali ini Arta yang ikut-ikutan memancing genk Afatar bangkit dari emosionalnya.

Azka, lelaki itu lebih dulu maju lalu menonjok perut Rama, dan terjadilah perkelahian yang membabi-buta antara genk Afatar dan Mavro.

Aksi saling hantam terjadi di kalangan jalan raya, membuat beberapa pengendara meresah. Salah satu dari orang-orang melihat kerusuhan itu, menelfon polisi.

Terdengar suara dari kendaraan yang mereka yakini itu polisi, maka mereka semua bubar.

Hantaman dari antar genk itu membuat beberapa pasukan Mavro lebam-lebam, dan yang menjadi lawan-pun mengalami hal serupa. Sudah biasa untuk mereka merasakan hal ini, tujuan adanya genk motor bukan untuk mencari keributan, ada juga yang justru membela kebenaran, berbuat hal-hal positif, dan tidak mengacaukan suasana kota.

"Afatar harus berhenti." ucap Tio.

"Bener. Kalau mereka terus ada di kota ini, mereka bakalan terus berbuat kejahatan," ucap Arta.

"Niko maaf tadi aku gak ikut tawuran, aku takut banget. Gimana kalau nanti mereka pukul aku coba?" Sepertinya Amara ini sedang amnesia, bagaimana bisa mereka memukulnya sementara keberadaan dirinya saja tidak di ketahui kecuali orang-orang yang memiliki mata batin terbuka seperti Niko.

"Ko, kita gak bisa diem aja." kata Arta melirik Niko yang sejak tadi hanya diam. Bukan berarti Niko tak perduli, ia sedang memikirkan cara agar Afatar lenyap dari muka bumi ini.

"Mereka pasti selesai." Setelah mengatakan itu, Niko menuju kamar markas. Ia sengaja pergi ke kamar agar obrolan'nya dan Amara tak di ganggu.

Amara mengikuti Niko sampai kamar, pria itu menarik tubuh Amara agar berada di atas pangkuannya.

"Pipinya pasti sakit ya? Mau aku obatin gak?" tanya Amara. "Lagian sih kamu ngapain berantem? Sekarang gini kan jadinya?"

"Gak sakit."

"Boong? Coba sini aku pencet." Amara menekan pipi Niko yang lebam, lelaki itu meringis sakit. "SAKIT KAN?"

"Kalau di pegang sakit. Kalau di usap apalagi di cium enggak."

Pipi Amara memerah, "Ci-cium?" Niko mengangguk. "Tapi--" dengan gerakan cepat Niko menarik tengkuk Amara, dan bibir mungilnya itu berhasil mendarat tepat di pipinya. Keduanya sama-sama terdiam sesaat, Amara yang sedang salah tingkah, sementara Niko yang nampak begitu agresif minta di cium lagi.

"Lagi."

"A-apanya lagi?"

"Ciumnya. Tapi disini," Niko menunjuk pada bibirnya.

"NIKO MESUMMMM!!!!"

INDIGO BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang