Part 10.

280 40 2
                                    

"Afatar nyerang sekolah kita!" ucap Rama tergesa-gesa memghampiri Niko dan yang lainnya.

Baru saja Niko hendak menumpangi motornya, ia di kejutkan dengan persoalan genk tidak berguna itu. Amara yang tidak tahu menau hal itu, ia berada dalam tubuh Levia dan berlari kecil menghampri Niko.

"Niko kita jadikan?" pertanyaan dari Amara membuat teman-teman Niko yang lainnya melirik.

"Pacar lo?" tanya Mustakim pada Niko, "CIELAHHHHHH PACARAN CIYEEEE" hebohnya.

"Gak ada waktu lagi, buruan ke depan gerbang!" tegas Tio yang kemudian semuanya menumpangi motor masing-masing setelah memakai helm.

Amara bingung, "Aku gimana?" tanyanya.

"Naik" ucap Niko dingin. Amara menuruti, ia ikutan naik.

Rupanya benar genk Afatar mulai membabi-buta. Mereka berani menyerang SMA Garuda dengan menimpuk batu-batu dari depan gerbang sekolah saat para murid bubaran.

Niko dan yang lainnya turun dari motor, dan terjadilah aksi saling menyerang.

Amara yang duduk di atas motor celingukan bingung, "Aku harus ngapain?" tanyanya pada diri sendiri.

"Ah iya aku punya ide!" Amara mengambil ranting pohon kecil, ia langsung ikutan berada di tengah-tengah mereka hendak menyerang.

"Waw! Cantik dan pemberani," ucap salah satu genk Afatar.

"Apa? Berani kamu? Sini lawan aku!"

"Gak lah. gue masa lawan cewek sih?"

BUG! Amara memukul lebih dulu perut pria bernama Gino itu. "Haha kaya di cubit tau." ledek Gino si pria bertubuh gemuk itu.

"KO CEWEK LO NOH!" unjuk Mustakim memberi arahan pada Amara.

Niko langsung menarik Amara agar jauh dari area perkelahian itu.

"Diem sini!" ucapnya lalu setelah itu kembali berkelahi.

Niko melawan 4 orang sekaligus, sementara Mustakim, Tio dan juga Rama lawan sendiri-sendiri.

Zidan tersenyum smirk setelah mendapatkan pukulan keras dari Niko di pipi'nya, sementara yang lainnya tumbang dan sudah lemah tak sanggup lagi melawan.

"Jangan cari perkara disini, anjing!" pekik Niko.

"Larangan adalah perintah. Gengs, cabut!" intruksi Zidan kepada teman-temannya yang kemudian langsung menumpangi motor mereka masing-masing.

"PENGECUT HAHA. GAYA LO MAIN KROYOKAN, KALAU MASIH KALAH MENDING MAIN CONGKLAK SANA!" teriak Mustakim.

"Kenapa lo biarin mereka pergi?" tanya Tio pada Niko.

Niko melirik pada Amara disana yang masih memakai tubuh Levia, "Gue cabut duluan." ucapnya lalu menghampiri Amara, menarik gadis itu dan kemudian pergi.

"Si Niko beneran pacaran sama adek kelasnya itu?" tanya Rama pada Tio.

"Mybe."

"Lo kapan Yo punya cewek? Gak bosen jomblo mulu?" ledek Mustakim.

"Gak penting"

"Penting tau! Cewek adalah penyemangat." Tio memutar bola matanya malas, kemudian ia langsung menumpangi motornya kembali.

"Sialan ni si gentong Gino nonjok pipi gue sampe gigi gue mau ompong," keluh Mustakim.

"Sama perut gue juga sakit kena pukulan berkali-kali. Tapi mereka lebih parah, Haha"

"Ram, kapan ya kita pacaran?"

"Bangsat! Gue masih normal!"

"Maksud gue, kapan lo sama gue punya cewek? bego!"

"Au, gue nyari yang dua puluh lima ke atas,"

"Selera lo tante-tante?"

"Janda cui. Lebih berpengalaman."

•••|||•••

"AAAAA MAKASIH YA NIKO, AKU SENENG BANGETTTT LOHHHH!" teriak Amara setelah mendapatkan ice cream yang Niko belikan untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AAAAA MAKASIH YA NIKO, AKU SENENG BANGETTTT LOHHHH!" teriak Amara setelah mendapatkan ice cream yang Niko belikan untuknya. Melihat wajah menggemaskan itu, membuat Niko semakin sayang saja pada gadisnya.

"Lo tadi di apain?" tanya Niko.

"Gapapa kok. Justru aku pukul di gendut itu, tapi katanya kaya di gigit semut." Niko tertawa kecil mendengar apa yang baru saja Amara ceritakan padanya.

Setelah ice cream'nya habis, Amara merengek-rengek menginginkan punya Niko yang bahkan baru dua jilatan saja, "Aku mauuuuu.." rengeknya.

"Nanti pilek"

"Akukan hantu, mana bisa pilek"

"Lo pake tubuh orang"

"Kamu perduli sama Levia?" wajah Amara berubah marah. Bahkan hantu itu memilih pergi meninggalkan area kafe tersebut.

Niko menghela nafasnya kasar, ia mengejar Amara setelah membayar dua ice cream itu.

Ini yang Niko takuti jika Amara memakai tubuh oranglain, hantu itu akan selalu salah paham padanya. Berbeda dengan fikiran Amara yabg justru takut jika Niko memiliki perasaan terhadap Levia.

Rasanya Amara menyesal, mengapa ia harus memakai tubuh Levia? Sudah jelas Levia ini cantik, walaupun kelihatan cupu, bagaimana jika nanti suatu saat Niko tertarik? Seharusnya Amara memilih memakai tubuh murid perempuan yang tidak sama sekali menarik, jadi kemungkinan Niko juga tidak akan pernah jatuh cinta pada manusia yang Amara pakai tubuhnya.

"Ra," lirih Niko memeluk Amara dari belakang. Keduanya berada di sebuah jembatan gantung, jembatan yang di juluki jembatan cinta pada tempat tersebut. "Cemburu, hm?"

"Aku takut! Aku takut kamu suka sama Levia. Aku gak mau itu terjadi!"

"Gak akan, liat gue!" Niko menyentuh kedua bahu Amara agar berhadapan dengannya, "No one can take me from you. Gue gak gampang jatuh cinta, dan cuman lo yang bisa buka hati gue dalam sekejap."

Terlihat jelas Niko mengatakan hal itu dengan tulus. Apa yang di katakan pria itu benar, selama ini Niko tidak pernah tertarik pada gadis manapun, bukan karena ia tidak normal, tapi memang tidak ada satupun yang berhasil membuka hatinya. Lalu, Amara hadir, membuat dunia'nya berbalik, prinsipnya untuk tidak menjalin hubungan hancur, sekarang Niko malah mengklaim hantu itu sebagai miliknya tanpa perduli perbedaan besar di antara keduanya.

Tidak tahu akan seperti apa nanti, tapi Niko berharap saat waktunya Amara pergi dari hidupnya, saat itu pula ia sudah merasa siap. Untuk sekarang, biarlah semuanya mengalir sebagaimana air yang tidak tahu kapan harus berhenti.

"Niko suka sama aku?" tanya Amara. Bodoh sekali hantu ini, sudah jelas dari ucapannya tadi bukan hanya suka tapi Niko sudah benar-benar jatuh mencintainya.

"Gak." jawab Niko malas.

"IH ENGGAK? KOK GITU? KENAPA? NIKO UDAH SUKA SAM--"

"Gue sayang sama lo, cinta sama lo Amara!" ucap Niko cepat dan menekan. Amara tersenyum, ia merasakan jantung milik Levia berdetak lebih cepat.

"Niko, mau ice cream lagi boleh?" Niko mengangguk dan keduanya kembali ke kafe memesan ice cream, setelah itu Niko mengantar Levia kembali ke sekolah agar gadis itu tidak curiga yang macam-macam, sementara Amara ikut dengan Niko ke rumah tentunya.

INDIGO BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang