Part 01.

526 78 4
                                    

"Niko, aku cantik gak?" Amara, hantu menjengkelkan ini memperlihatkan baju baru yang ia pakai, yang entah Niko sendiri tidak tahu darimana.

"Kapan?"

"Kapan apanya? Oh iya, pasti maksud kamu, kamu mau tanya sejak kapan aku cantik? Tentu saja sejak aku di lahirkan kedua, bahkan sampai sekarangpun aku masih cantik."

"Kapan lo menyingkir dari hidup gue?" Amara menciutkan bibirnya kesal, tapi hantu cantik ini tetap terlihat ceria dan tak pernah mengambil hati ucapan Niko padanya yang terkadamg menyakitkan.

Amara memutar tubuhnya memperlihatkan dirinya di hadapan Niko yang menatapnya jengkel. "Niko, aku cantik kan?"

"Berisik!" Niko merebahkan diri di atas kasur, lalu ia memainkan ponselnya.

Hantu cantik ini malah ikutan berbaring di samping Niko, lantas keberadaanya yang mepet-mepet seperti ini membuat Niko merasakan hal aneh dalam dirinya. Niko ini pria normal, ia memiliki hawa nafsu tentunya.

Niko menggeserkan tubuhnya, Amara ikut-ikutan bergeser, dan Niko menggeser lagi, lalu yang terjadi...

Gedegug.

Sialan! Niko terjatuh ke atas lantai, ia meringis namun masih menampilkan wajah datarnya.

"Haha, kamu sih geser-geser melulu, padahal kan Amara cuman mau tau kamu lagi chatingan sama siapa sih?"

"Emang bangsat!"

"HEI BERHENTI PANGGIL AKU DENGAN NAMA ITU, NAMA AKU INI AMARA. BANGSAT TERLALU ANEH, DAN GAK ESTETIK."

Baru satu hari ia menghadapi Amara, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?

Sumpah demi apapun Niko tidak sanggup menghadapi kegila'an hantu satu itu! Ia tak percaya jika ada hantu seperti Amara yang luar biasa MENJENGKELKAN.

••••|||•••• |||••••|||

Niko pergi ke sekolah seperti biasanya, walaupun wajahnya kali ini lebih datar dari biasanya. Bagaimana tidak? Amara mengekorinya, mengikutnya sampai ke sekolah, bahkan banyak menanyakan hql yang Niko sendiri malas menjawabnya.

"Niko warna cat sekolah ini kenapa warna hijau?"

Lihat saja betapa konyol'nya hantu satu itu, persoalan warna cat tembok sekolah saja menjadi pertanyaan untuknya, padahal tidak sama sekali penting.

"NIKO AAAAA, AKU KANGEN BANGET TAUUUU!" seorang murid perempuan menghampiri Niko dengan kehebohan yang luar biasa membuat Amara jengkel. Bisa-bisanya ada perempuan modelan nenek gambreng menurutnya itu. Bagaimana tidak? Penampilan yang seperti tante-tante, lalu suara yang cempreng membuat gendang telinga siapapun akan rusak jika terlalu sering mendengarkannya.

Dia Briana, perempuan yang haus akan perhatian Niko. Ia selalu berusaha mendapatkan Niko, namun hasilnya gagal terus karena Niko tidak sama sekali menyukainya.

"Niko jangan deket-deket sama ulet, nanti ketularan gatel!" kesal Amara.

"Minggir!" ucap Niko dingin pada Briana.

"Gak mau ih! Nasi goreng aku kemarin di makan gak?" Persoalan makanan yang Briana berikan, sumpah demi apapun makanan'nya selalu tidak benar. Briana ini niat memberinya makanan, atau niat meracuni? Nasi goreng yang perempuan itu berikan betul nasi goreng tapi gosong, sudah gila bukan?

"NIKO WOI ANJERRR... GUE PIKIR LO GAK AKAN KE SEKOLAH, KATANYA MAU PINDAH?" datanglah Rama, bisa di bilang teman Niko sejak pertama kali masuk di SMA Garuda ini. Lelaki itu memegang pundak Niko, dan memukulnya pelan. "Lo gak jadi pindah?" tanyanya.

"Gak. Usir cewek di hadapan gue!" titahnya datar.

"Oh dia--" Rama melirik Briana, tersenyum genit dan mengedipkan sebelah matanya, "Pergi sayang, atau aku cium."

"Najis!" Briana segera pergi dari hadapan Rama, sementara Niko sudah lebih dulu meninggalkannya.

Amara, hantu satu ini terus mengikuti Niko. Sejak tadi Niko mendiamkan'nya, memang sih Niko ini jenis es batu yang di kasih nyawa, tapi alangkah baiknya sekali-kali saja mau bercakap dengan Amara, toh itu bukanlah hal yang sulit bukan?

"Yang tadi itu siapa? Pacarnya Niko? Jelek! Gak secantik aku tau!!"

Niko duduk di atas tangga yang jarang di datangi siapapun, ia mengambil sebatang rokok dari saku celananya, lalu menyalakan dengan korek dan menghisapnya sedikit tidak santai.

"Niko, rokok itu berbahaya tau. Bisa menyebakan kanker, paru-paru dan banyak penyakit lainnya lagi. Nanti Niko sakit, mangkannya biar gak sakit mending candu'nya aku aja, soalnya aku gak bikin kamu terkena penyakit."

"Lo mau gue isep, hm?"

Amara mengernyit bingung, "Apanya yang di hisap?" Niko memutar bola matanya malas tak berminat menjawab. "Yaudah deh aku mau di isep."

Niko melirik pada Amara, menatap hantu itu dengan tatapan yang sulit di artikan, "Beneran?" tanyanya gesit.

"Iyalah. Aku mau kok darah'nya kamu isep kalau emang kamu suka hehe, kamu mau isep darah aku?"

Oh astaga, Niko ini pikirannya sudah kemana? Ia bahkan berharap hal lain dari apa yang Amara katakan tadi.

Niko menginjak rokok yang baru beberapakaki ia hidap itu, ia lantas segera pergi menuju studio musik untuk mendalami bakatnya disana.

Amara, hantu itu tentu saja mengikutinya. Kemanapun Niko pergi, Amara akan ada ikut bersamanya.

INDIGO BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang