"Kak Niko!" Levia berlarian menghampiri Niko yang baru saja sampai sekolah. Ia membuka helm'nya, dan turun dari motor. Sementara Amara yang melihat gadis itu semakin mendekat, ia kelihatan jengkel.
Ia tahu bahwa Levia menyukai Niko, kekasihnya. Tapi sekali lagi, ia percaya bahwa Niko tidak menyukai balik Levia. Lagipula ia tidak ingin melakukan kesalahan dengan memperlihatkan rasa cemburu yang berlebihan, karena nanti Niko akan marah padanya dan terjadi pertengkaran.
"Cewek lo agresif, baru juga sampe udah teriak-teriak aja." ucap Tio.
"Yo, sekarang lo udah banyak omong ya? Oh gue lupa, kan semalem abis video call sama mantan haha." ledek Rama.
"Wah yang bener Ram? Bau-bau CLBK dong?" timpal Mustakim.
"Bacot!" Tio berjalan lebih dulu pergi. Tentu di ikuti oleh Mustakim dan Rama, sementara Niko harus meladeni gadis di hadapannya saat ini.
Levia tersenyum manis, ia menyodorkan paper bag yang entah isinya apa.
"Dari ibu, buat kamu. Pas tau kamu udah sembuh, ibu seneng banget. Maaf aku kamarin cerita sama ibu kalau kamu abis kecelaka'an, ibu khawatir banget" ujar Levia.
Niko menerima pemberian gadis itu, ralat, maksudnya pemberian ibunya.
"Thanks." Niko hendek pergi, namun Levia masih juga memanggilnya. Bukan apa-apa, masalahnya Niko memperhatikan raut wajah Amara yang kelihatan kesal. Ia takut jika hantu di sampingnya itu berbuat di luar batas lagi.
"Kak Niko, maaf kalau aku lancang, tapi aku suka sama kak Niko."
Niko tidak terkejut dengan pernyata'an itu. Bukan sekali dua kali, tapi berpuluh-puluh wanita mengungkapkan perasa'an-nya secara terang-terangan kepada Niko. Niko tidak masalah, jika memang hal itu dapat membuat hati seseorang tenang, maka ungkapkan saja. Asalkan orang tersebut harus menerima resiko, bahwa Niko pasti akan menolak mentah-mentah.
"Kak Niko. Aku cuman ungkapin aja perasa'an aku, kak Niko jangan marah ya? Kata Rere, perasa'an suka gak boleh di pendem nanti jadi penyakit. masa aku udah miskin, di tambah lagi penyakitan sih? Nanti kak Niko ilfiel sama aku. Sekali lagi maaf, kalau gitu aku permisi."
Amara mengepalkan tangan'nya emosi, namun mendapat tatapan maut dari Niko, ia terpaksa menahan emosinya.
Niko membiarkan Levia pergi berlalu. Lagipula ia tak memiliki perasa'an apapun terhadap gadis itu. Hanya ada rasa tidak tega sekaligus berhutang budi.
"Apa yang ada dalam bingkisan itu? Aku mau liat?" ucap Amara.
"Nanti"
"Kamu kenapa nerima?"
"Jangan mulai" seketika Amara diam. Niko memang tidak bisa di tebak, kadang-kadang pria itu bersikap manis, kadang pula cuek bebek.
•••||•••
Di kantin, Niko nampak asik berkumpul dengan teman-temannya. Ia bahkan belum sempat mengetahui apa yang di berikan ibunya Levia untuknya.
"Gue denger-denger si Cakra bakalan sekolah disini," ucap Mustakim.
"Seriuslly? Gila, bakalan makin seru ni!" ujar Rama.
"Walaupun dia udah bukan bagian Mavro, dia tetep sahabat kita!" tekan Mustakim.
"Setuju banget si. Lo berdua gimana?" tanya Rama melirik pada Niko dan Tio. Kedua es batu itu hanya mengangguk saja sebagai jawaban.
Diam bukan berarti keduanya tidak suka dengan kehadiran Cakra, tapi mereka punya cara sendiri untuk mengekspresikan rasa senang masing-masing. Lagipula watak keduanya- Niko dan Tio itu, memang datar, jadi tidak aneh untuk Mustakim dan Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO BOY ✓
Horror[ SEKUEL DARI CERITA PACAR GAIB ] Niko, pria tampan yang memiliki kemampuan dapat melihat makhluk tak kasat mata. kemampuan'nya ini membawa'nya mengenal hantu bernama Amara, hantu berwujud cantik dan menjengkelkan. Mengenal Amara tentu bukanlah hal...