Part 15.

272 36 3
                                    

"Belakangan ini kepala aku suka pusing, dan aku suka ada di tempat-tempat yang justru gak pernah aku fikirkan, menurut kamu, aku kenapa ya Re?" tanya Levia pada teman sebangku'nya sekaligus teman baru'nya di kelas, namanya Rere.

Rere sedang berfikir, lalu menit kemudian ia memberi jawaban, "Lo mau kaya kali Vi! Biasanya kalau keseringan pusing kepala itu ciri-ciri mau kaya raya."

Ya-ampun padahal Levia sudah serius sekali menunggu jawaban teman'nya itu, dan setelah mendapati jawaban'nya ia malah semakin pusing kepala.

"Vi, karna lo mau kaya raya, nanti bagi hasil ya? Guekan udah bantuin mikir."

Levia memijit pelipisnya pelan, ingin rasanya ia berkata kasar, tapi spek lemah lembut sepertinya itu tidak pantas berbicara kasar. "Kamu udah nyalin PR'nya?" tanya Levia mengalihkan pembicara'an. Jika terus menanggapi persoalan tadi, ia bisa gila.

"Ehehe belum. Bentar ya," Rere melanjutkan kembali kegiatan menyalin PR yang belum ia kerjakan.

BRAK!!

Meja kelas tempat Levia dan Rere belajar di gebrak oleh seorang murid perempuan yang entah tidak Levia kenali.

"LO BERANI DEKETIN NIKO?"

Lagi-lagi soal Niko, mengapa banyak sekali yang sering melabrak Levia seperti sekarang ini? Yang kemarin-kemarin bahkan sampai keluar dari sekolah karena Niko bertindak tegas. Tapi sekarang siapa lagi?

Saking banyak'nya di gemari para wanita, mereka teramat posesif terhadap Niko. Dan berfikir, siapapun yang memiliki hubungan khusus dengan Niko, maka akan mereka beri peringatan.

"Maaf kak, aku sama sekali gak ngerti, apa maksud kakak?" tanya Levia.

"Lo gak ngerti atau pura-pura bego, hah? Lo denger baik-baik ya, jangan berani deketin Niko, karena dia inceran gue!!"

Amanda, ya gadis itu adalah Amanda. Levia mengetahui nama Amanda dari nametag yang di pakainya.

"Baru inceran kan? Bukan pacar lo? Kenapa lo sewot banget kalau kak Niko deketin temen gue Levia? Lo takut kalah bersaing? Eum, btw tanpa bersaing'pun kaya'nya temen gue yang bakalan menang!" Rere berdiri menantang, menatap sengit wanita di hadapannya itu.

"Re,udah--"

"DIEM VI, NI ORANG HARUS DI KASIH NGARTI BIAR GAK SO KECANTIKAN!"

PLAK!

Amanda menampar pipi Rere cukup kuat. Levia melohok tak percaya, bahkan tangannya menutup mulut yang mengangga.

"Lo siapa hah? Berani banget lo ngomong nada tinggi sama gue?"

PLAK!!

Rere menampar balik Amanda, dan membuat Levia semakin menganga saja. Bisa-bisanya keduanya bertengkar, padahal Levia yang seharusnya marah pada Amanda. Tapi, bagi Levia sebuah pertengkaran tidak akan menyelesaikan masalah.

"Eh udah, Re-- em, kak Amanda, udah ya? Aku minta maaf kalau aku salah, tapi demi Tuhan aku gak ada hubungan apapun sama kak Niko."

"Re-- ayo kita keluar.. kerjain PR-nya di perpus aja. Maaf kak, kita permisi" Levia menarik tangan Rere paksa.

"VI, TAPI DIA UDAH BERANI KURANG AJAR TAU VI. GUE GAK BISA DIEM AJA DONG!!" Rere berontak hendak mau melawan lagi Amanda, akan tetapi tenaga Levia berhasil menariknya keluar kelas.

Sementara Amanda, ia mengepalkan tangannya emosi. Ia tak terima atas tamparan Rere yang menurutnya kurang ajar!

"Awas lo berdua!"

INDIGO BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang