Part 18.

241 39 2
                                    

Tangan Arta mengepal kuat. Begitupun dengan Tio dan yang lainnya, mereka nampak emosi dengan apa yang baru saja Niko ceritakan prihal Zidan dan kedua kawan'nya yang berhasil melarikan diri dari pihak berwajib.

"Udah gue bilang kan, Zidan gak sebodoh yang lo pikir!" pekik Tio pada Niko. Ia benar-benar emosi sekarang. "Lo ketua disini, tapi kenapa lo jadi gak fokus gini ngurus Mavro? Ada seseorang yang bikin lo berubah, hah?!"

Niko bangkit dari tempat duduknya, ia menarik kerah baju seragam Tio, menatap lelaki itu dengan tatapan marah.

"APA URUSAN'NYA SAMA LO, BANGSAT? MAU GUE PUNYA SESEORANG ATAU ENGGAK, ITU BUKAN URUSAN LO!" teriaknya penuh emosi.

Mustakim dan Rama yang baru saja datang ke Markas langsung memisahkan kedua orang yang saling di penuhi emosi menggebu itu. "Ada apa sih? Lo berdua kenapa hah?" tanya Mustakim melirik keduanya bergantian.

Niko kembali duduk di tempatnya, begitupun dengan Tio.

"Gini Ko, kalau emang lo ada cewek, lo cerita'lah sama kita-kita? Mavro kan udah kaya keluarga. Atau emang lo ada masalah, bisa'lah shering sama kita-kita, siapa tau kita bisa bantu," ucap Damar- anggota Mavro.

"Bener Ko, lo punya cewek?" tanya Rama penasaran.

Niko menghembuskan asap rokok ke atas udara untuk kesekian kali'nya. Ia sebenarnya bukan hanya marah atas keberada'an Zidan yang masih berkeliaran di kota Jakarta ini, tapi juga persoalan Amara yang hingga detik ini belum kembali padanya.

Sudah hampir satu minggu Amara pergi. Dan semenjak itu, Niko jarang tidur, dia sering kali ke klub malam, ia sering kali juga bermabuk-mabukan, tapi untuk bermain wanita tentu tidak. Ia hanya akan menyentuh Amara, hanya ingin Amara, tidak akan ia biarkan wanita lain menyentuhnya selain Amara.

"Ko, bener?" tanya Mustakim memastikan.

Niko mengangguk, membuat semua anggota Mavro yang berisi 20 orang itu langsung meliriknya terkejut. Pasal'nya ini pertama kali selama Mavro di dirikan, ketua'nya itu mengaku memiliki kekasih. Dari sekian anggota, hanya Niko yang tidak pernah memiliki pacar. Bahkan Tio saja yang sedingin es itu pernah memiliki kekasih dan di bawa ke Markas beberapakali. Sementara Niko tidak pernah satu kalipun, jadi wajar apabila mereka terkejut.

"SIAPA SIAPA? WOI'LAH KEPO NI GUE!"

"Cantik ga Ko?"

"Ah gila, si Bos punya cewek."

"Gitu dong Ko, itu namanya lo normal."

"Jangan sembarangan goblok, gue masih normal!" jawab Niko kesal. "Cewek gue beda, lo semua gak akan bisa ketemu dia."

"MAKSUD LO?" tanya mereka serempak. Bahkan Tio ikut-ikutan juga bertanya.

"Mak-maksud gue, dia nolep. Beda sama cewek lain'nya pokoknya. Sekarang gue sama dia lagi LDR!" tentu saja Niko harus berbohong. Tidak mungkin jika ia berkata sejujurnya bahwa kekasihnya bukan'lah Manusia, mereka semua tentu akan terkejut. Belum lagi teman-teman Niko itu tidak ada yang tahu kemampuan Niko yang bisa melihat makhluk tak kasat mata.

"Kok bisa si lo mau sama cewek nolep?" tanya Arta.

"Bukan urusan lo!" Arta langsung di buat diam oleh jawaban Niko.

Tio berdiri dari tempatnya, "Gue gak perduli lo punya cewek atau enggak. Dan kalau'pun punya, seharusnya lo bisa atur kapan waktu lo buat mikirin masalah Mavro dan kapan waktu lo buat ngebucin! Dulu, waktu gue masih pacaran sama Reyna, gue gak pernah ikut campurin masalah gue sama dia sama Mavro! Lo sebagai ketua juga bisa kan lakuin hal serupa?"

BUG!!

Satu tonjokan lolos dari Niko tepat di pipi Tio. "Lo kenapa nyolot? anjing!"

Mustakim kembali menghentikan pertengkaran itu. Sepertinya akan semakin ribut apabila Niko tetap berada di Markas, ia memutuskan pergi begitu saja dari sana sebelum emosi'nya meledak-ledak terhadap Tio.

"Ketua kok menye-menye!" ucap Tio pelan. Bahkan saking pelan'nya, tidak terdengar oleh anggota lainnya.

•••|||•••

Niko menatap jalanan lurus, ia tidak tahu sekarang harus mencari kemana keberada'an Amara. Berhari-hari hantu itu pergi setelah ia bentak. Rasanya menyesal, bahkan Niko teramat menyesal.

"Ra, lo dimana?" suaranya terdengar kacau.

Saat melintasi jalanan berbelok, dari lawan arah ada truk yang melaju cepat, hingga terjadilah kecelaka'an yang membuat Niko terpental di jalanan dan tidak sadarkan diri.

Orang-orang sekitaran langsung membawa Niko ke rumah sakit, sementara sebagian dari mereka meminta pertanggungjawaban dari si pengendara truk tadi.

Niko di larikan ke rumah sakit. Ia di bawa ke ruang ICU, dan orang-orang yang membawa'nya tidak di perbolehkan ikut masuk oleh Dokter.

Dalam ketidak sadaran'nya, Niko berada di tempat yang tidak sama sekali ia kenali.

Ia melihat sepasang kekasih sedang berpegangan tangan lalu berjalan ke arahnya.

"Niko, ini bunda" ucapnya.

"Bunda?"

"Iya nak. Dan di sebelah bunda adalah orang yang dulu sangat bunda sayangi. Bunda bersyukur kamu lahir ke dunia sebagai Niko, Niko dalam fisik yang berbeda. Nama kamu berasal dari seseorang yang sekarang berada di samping bunda, dia Niko. Maaf, bunda harus katakan ini, bahwa masalalu bunda tidak sesuai dengan hal yang bunda ingin"

"Bunda menikah dengan papa kamu, papa Gio, karena keterpaksa'an. Bunda berharap bisa melupakan Niko, tapi nyata'nya bunda tidak bisa lupa, bahkan saat bunda memiliki kamu, bunda selalu berkhayal bahwa kamu adalah anak dari Niko. Maaf--"

"Akan tetapi sangat di sayangkan, kamu memiliki mata batin terbuka. Kamu bisa mengenal seseorang yang bukan dari dunia'mu. Kisah itu terulang lagi, namun pemeran'nya adalah kamu, bukan lagi bunda. Nak, mencintai seseorang yang bukan dari dunia kita adalah hal yang paling menyakitkan, percayalah. Lupakan Amara, dia bukan tujuan hidupmu."

Niko terpaku di tempat. Arra bunda'nya sangat cantik, wanita itu di dampingi oleh pria yang sangat tampan, hampir mirip dengannya. Sekarang Niko tahu jawaban dari segala informasi yang ia dapat lewat penglihatan'nya.

Sekarang pria ini tidak bisa mengatakan apapun lagi, ia hanya diam seribu bahasa, dan tanpa ia sadari air matanya menetes.

Arra memeluk putra'nya, "Kembali'lah. Disini bukan tempatmu, belum waktunya kamu akan terus bersama bunda. Kamu harus melajutkan kembali hidupmu, membuat papa'mu bangga, dan membahagiakannya! Niko, tidak ada yang berarti lagi bagi papa'mu selain kamu satu-satunya putra kebangga-an'nya. Bunda tidak bisa memilih jalan hidup bunda, takdir yang menentukan sebuah perpisahan antara bunda dan papa'mu."

"BUNDAAAA!" Niko beteriak histeris saat dimana Arra selaku bunda'nya menghilang begitu saja bersama'an dengan pria di sampingnya.










"Ini sebuah keajaiban, jantungnya kembali berdetak setelah berhari-hari tidak ada perubahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini sebuah keajaiban, jantungnya kembali berdetak setelah berhari-hari tidak ada perubahan. Puji Tuhan, pasien beruntung bisa melewati masa kritisnya." Ucap Dokter.

Gio menghela nafasnya lega. Ia menangis haru atas kabar baik yang baru saja ia lihat ketika tangan Niko bergerak pelan, dan alat Elektrokardiogram memplihatkan jantung Niko yang kembali berdetak.

Niko, selamat dari maut setelah berhari-hari mengalami koma.

INDIGO BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang