"Gila Ko, lo keren banget tadi anjir!" ucap Mustakim. Jangan'kan Mustakim, yang lainnya'pun di buat kicep dengan serangan yang mereka anggap Niko yang melakukannya.
"Kaya orang kerasukan lo tadi," ucap Rama.
Niko diam saja, ia sejak tadi menahan rasa jengkel terhadap Amara. Hantu itu malah duduk santai di hadapan'nya seolah tidak berdosa.
"WADIDAW, HIATTTT BLUK BLAK BLUK!" Mustakim seolah mempraktikan seperti apa Niko saat menyerang seluruh anggota DRAKOS.
"Kaya orang yang kena penyakit ayan lo begitu." ledek Tio.
"Dih, nora lo Yo! Itu tadi jurus yang di pake si Niko ngalahin Drakos. Btw, Drakos genk baru kan?"
"Yoi. Genk new tapi udah berani cari perkara sama suhu." ucap Damar.
"Ko, tapi gue penasaran, lo tadi berguru dimana si?" tanya Fahmi.
Niko mengambil kunci motornya, ia memilih pergi daripada menjawab pertanya-an dari teman-temannya itu. Lagipula tidak mungkin kan apabila Niko mengatakan yang sebenarnya?
"Ye kampret! Kebiasa'an si Bos mah!" kesal Fahmi.
"Mulut lo bau terasi kali Mi, jadi males ngobrol sama lo." kata Rama.
Fahmi mentoyor kepala Rama kesal, "Goblok lo! Mana suka gue terasi? Kalau ayang Sisi si iya, gue suka banget"
"LAH LO MASIH NGEJAR-NGEJAR SISI?" tanya Damar melotot kaget
"Ciye sang mantannnnnn" Ledek Mustakim.
"Dih najis, gue gak anggap dia mantan."
"Tapi cemburu kan? Gimana kalau nanti si Fahmi beneran jadian sama Sisi? Langsung stroke kali lo Dam HAHAHA"
"Kaga! Jadian aja, gue gak sama sekali cemburu kali."
Memang Damar suka pura-pura begitu! Dia juga bingung dengan sikapnya yang sekarang malah tidak suka jika Sisi dekat dengan Fahmi teman'nya itu. Padahal waktu masih pacaran, Damar tidak sama sekali menganggap Sisi. Mungkin benar, cewek yang udah jadi mantan lebih menarik rupanya.
•••||•••
Niko membawa Amara ke sebuah rooftop yang ada di gedung tak terpakai. Ia mengetahui tempat ini sejak lama, dan ia seringkali datang apabila sedang merasa merindukan bunda'nya.
Niko menatap Amara penuh rasa emosi. "Kenapa lo masuk tubuh gue?" tanyanya menahan amarah yang sebentar lagi ingin ia ledakan.
"Aku tau kamu masih marah sama aku, kamu emosi. Aku cuman takut justru rasa emosi kamu jadi kelemahan untuk kamu sendiri, aku takut kamu kenapa-napa Ko."
"Gue gak selemah itu Amara! Satu kesalahan lo aja belum gue maafin, dan sekarang? Kesalahan baru lagi? Bukan berarti lo bukan manusia, dan lo bebas rasukin siapapun buat kepentingan lo sendiri. Lo fikir, gue bakalan berterimakasih?"
Seperti tertusuk ribuan pisau, hati Amara merasakan sakit bukan kepalang. Ia bisa memaklumi segala ucapan Niko saat pria itu merasa emosi, tapi kali ini ucapannya benar-benar menyakitkan.
"Aku pergi aja, kamu lagi emosi." namun saat Amara mau menghilang, Niko menahan pergelangan tangan'nya.
"LO BISA DEWASA GAK AMARA? GUE LAGI MARAH SAMA LO, DAN LO MAU PERGI GITU AJA?"
Amara terdiam.
"Gue gak suka lo pake tubuh orang buat nyakitin Levia lagi." ucapnya. Niko membuang pandangannya ke depan.
"Kenapa? Kamu udah suka sama Le--"
"Dia cewek baik. Dia nolong gue waktu itu, keluarganya juga baik sama gue. Gue ngerasa berhutang nyawa, dan gue gak akan biarin siapapun nyakitin dia. Satu lagi, jangan rasukin tubuh dia buat bisa jalan bareng gue, atau kesenangan kita. Dia berhak bahagia Amara!"
"Iya aku gak akan lagi rasukin tubuh oranglain buat nyakitin dia, aku juga gak akan rasukin tubuh dia buat seneng-seneng sama kamu. Kamu mau kita selesai kan?"
Deg.
Kali ini Niko menatap Amara. Ia tidak yakin dengan ucapannya sewaktu itu yang ingin selesai dari Amara. Ia sangat mencintai Amara!
"Bukan itu, gue--"
"Jadi apa? Kamu yang pengen itu semua kan?" bibir Amara bergetar menahan tangis.
"Sayang" Niko memegang kedua bahu Amara, namun gadis itu menolaknya. "Lo salah paham. Gue gak bermaksud kaya gitu. Ra, kita gak akan pernah selesai, gak akan pernah!" ucapnya tulus.
"Coba aku tanya, kamu suka sama Levia?"
"ENGGAK AMARA! KAPAN GUE BISA BIKIN LO PAHAM, BAHWA PERASA'AN GUE CUMAN BUAT LO HAH?!"
"Tapi sikap kamu beda. Niko, aku juga punya perasa'an, aku juga gak pengen lagi merasuki tubuh Levia, karena aku juga ngerasain sakit banget waktu kamu akuin aku sebagai pacar kamu tapi yang oranglain lihat adalah Levia. Tapi kamu tau? Tujuan aku merasuki tubuh Levia bukan buat nyakitin cewek yang kamu sebut baik itu, tapi biar temen-temen kamu gak beranggapan aneh sama kamu, kamu gak di tuduh gila, atau halusinasi. Aku juga pengen di akuin di depan banyak orang, dan orang-orang lihat kalau emang kamu punya aku..."
Amara mengusap airmatanya pelan, "Ak-aku juga pengen bahagia Niko. Tapi yaudah, gapapa. Kalau kamu meminta hal itu, aku turutin. Tolong buat sekarang biarin aku pergi dulu, aku butuh nenangin diri aku, aku bu--" kalimat Amara terhenti saat Niko tiba-tiba memeluknya.
Terdengar isakan tangis dari pria itu. Amara tidak menyangka bahwa seorang Niko yang terkenal dingin dan ketus, hari ini menangis di hadapannya?
"Niko, ka-kamu nangis?" tanyanya yang perlahan melepaskan pelukan Niko. Rupanya benar pria itu menangis, "Kamu kok cengeng si?" sebal Amara yang juga ikut-ikutan menangis bahkan lebih kencang daripada sebelumnya.
Niko perlahan mengulurkan tangan'nya untuk menghapus airmata Amara, lalu bergantian Amara menghapus airmata pria itu.
"Gue emosi tadi, maaf kalau omongan gue nyakitin lo. Ra, gue gak tau lagi harus gimana, tapi Levia orang baik, dia gak pantes di perlakuin seperti ini. Cepat atau lambat, dia pasti bakalan tau kalau tubuhnya di peralat sama wujud lo. Dia akan ngerasa sangat kecewa."
"Tapi gak ada pilihan lain Niko, kita terlanjur memulai. Apa kamu mau semua orang harus liat kamu bersama Levia, bukan aku?"
Niko menghela nafasnya kasar. Amara benar, keduanya sudah terlanjur jauh memulai semuanya.
Maafin gue Vi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO BOY ✓
Horror[ SEKUEL DARI CERITA PACAR GAIB ] Niko, pria tampan yang memiliki kemampuan dapat melihat makhluk tak kasat mata. kemampuan'nya ini membawa'nya mengenal hantu bernama Amara, hantu berwujud cantik dan menjengkelkan. Mengenal Amara tentu bukanlah hal...